Tidak, dia memang selalu melakukan itu. Menarik satu pria atau wanita dari club, hanya untuk memainkan 'permainan' dengannya.
Membiarkan mereka minum sampai gila, kemudian menyeret mereka ke hotel yang memang sudah ia sediakan. Terkadang tidak hanya bermain menggunakan vibrator, atau semacamnya.
Mungkin ia harus memasukkan dildo sekaligus dua jarinya kedalam lubang mereka. Hanya untuk mendapatkan teriakan yang menjadi fetish nya yang mengerikan.
Namun Nanami ini berbeda, disaat Gojo mencoba melakukan hal serupa seperti yang ia lakukan ke mereka, ingatan asing malah terlintas dikepalainya.
Ingatan yang sudah dilupakan, dan ingatan itu lah yang sebenarnya ia cari. Entah mengapa, dia pun langsung membatalkan rencananya untuk berbuat se'brutal' mungkin.
Dia langsung merubah pikirannya, dan merubah niat ke keinginan sex normal. Bukan mengikuti apa yang biasa ia lakukan.
---
Dia menarik tangan Nanami, hingga orang itu tersentak dan tak jadi bergerak.
Seketika Nanami pun menoleh. Betapa kagetnya ia saat melihat kebelakang, ke arah si albino yang auranya bak dimakan hitam kelam.
"Nanamin,.." bisik Gojo dengan rambutnya yang menjuntai kebawah menutupi wajah.
Raut yang dipanggil tak berubah, namun tak ada sedikitpun ia mencoba melawan tarikan yang Gojo beri.
"Apa?" Nanami buka suara, nuansa yang didapatnya membuat ia merinding.
"Kau akan terus mengacuhkan ku?" Ia bertanya, terus mempererat genggamannya.
Nanami terbelalak, ia terkejut. Namun tak lama, dia pun kembali lagi ke sifat aslinya. Mengeram sedikit, dia tidak menjawab.
"Kenapa?"
Pertanyaan satu kata juga tak membuatnya bertanya untuk yang kedua. Dia masih tak terlalu ingin membuka mulut.
Merasa diacuhkan lagi, tak dijawab hingga membuat dia sangat kesal. Gojo pun menyentak tangan Nanami yang ia genggam seerat mungkin kemudian menariknya mengikuti gerakan yang ia buat.
"Hei!" Nanami berteriak, tidak ada aba-aba semenjak dia ditarik tidak jelas.
Tak selang seberapa lama, teriakan orang itu terdengar lagi. "Agh!"
Dia berbaring paksa di setengah bagian kasur sementara kakinya menjuntai. Gerakan si blonde di tahan Gojo yang menyekap badannya dari atas.
Akhirnya, mata si albino itu terlihat. "Apa ada yang ingin kau ucapkan, Nanamin?" Ia bertanya, dengan tampang mengerikan.
"Ha?! Justru kaulah yang harus berbicara! Apa-apaan!" Nanami tak berusaha memberontak, namun dia berteriak.
Agak lama untuk menunggu respon orang itu, sampai akhirnya bisikan terdengar.
"Baiklah." Suaranya berbisik. "Aku yang akan bicara."
"Satu harian ini, aku membenci sifatmu." Ia memulai kalimatnya, "jika kau setidaksuka itu padaku, seharusnya kau tidak memeluk dan menghiburku kemarin."
Orang ini mulai terisak, dia melemahkan penjagaannya. Perlahan, pipi Nanami basah diguyur tetes demi tetes air mata.
Sudah cukup lama menahan rasa sakit dan isikan dari hati yang ia dapat. Jadi sekarang dia sudah sampai pada batasnya hingga menangis tiba-tiba setelah lelah ditahan.
"Kenapa kau tidak mau menatap mataku? Atau sekedar melihat ke arah ku ketika bicara? Apa aku melakukan kesalahan? Bilang saja, aku perbaiki." Ia berusaha bicara normal ketika suaranya didesak tangisan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Would Never Fall (GOJO X NANAMI)
Não FicçãoMereka tak pernah mencintai satu sama lain. Bagaimana bisa cinta jika hati mereka saja masih terjebak di masa lalu? 🔞🔞 ---- !END! Seorang pria sekitar 25 tahun tengah duduk di kafe tempat ia bersantai biasanya. Entah apa yang dilakukan pria itu...