Setengah. Kepotong dua. Ah malas sama Gege.
----
Memang menyakitkan, menyedihkan. Gojo tak dapat menahan air matanya saat ia berhasil mendekap Nanami lagi. Ia tak kuasa untuk tidak serah semua tentang dia ke Nanami.
Tangan yang terasa berat mengelus pelan punggung manusia yang peluk dia erat. Tak peduli pada nafas tercekat, Nanami ikut merintih.
Sejak kapan memeluk seseorang terasa frustasi seperti ini? Kenapa pelukannya begitu menyayat? Kenapa tangisan Gojo sekarang, rengekannya sekarang menggores pikiran waras?
Di stasiun ramai kehidupan, pelukan mereka jadi perhatian. Siapa yang tidak akan menoleh ke orang yang menangis begitu kencang; Gojo?
Rambutnya yang berantakan dan wajah sajak sembab mengiris hati manusia disana. Mereka bertanya-tanya perihal macam apa hingga sosok sempurna albino yang barus saja mereka lihat meraung diam?
----
Pelukan ini membuat tanda tanya di benak Nanami. Apa ia memang sungguh mengatakan bahwa ia merindukannya? Ia sebagai Gojo.
Apa benar Gojo sekarang menginkan dia? Tidakkah sajaknya mengagungkan Suguru lagi?
Jika iya memang tidak, maka Nanami akan membunuh dirinya sendiri dengan fakta. Bahwa iapun, sebenarnya menunggu Gojo tuk sadar seperti sekarang. Tapi tetap saja, ada bagian hati yang tak terima dan butuh penjelasan lebih.
Ehtah kalimatnya nanti yang akan menyinggung, atau malah lirikan mereka yang kembali bertaut.
Karna walau tak dapat memiliki Gojo Satoru, Nanami tetap ingin jadi manusia pengertian.
----
"Nanami..." lirih Gojo masih di posisi yang sama.
"Sudahkan tangisanmu, kita dilihat banyak orang." Nanami balas berbisik, ia menghela pelan dekat leher Gojo.
"Tidak peduli. Aku merindukanmu." Terbuai rengekan dari bibir merah seperti ia yang dia terbiasa tau. Albino sang melankolis.
Diam cukup lama, Nanami menyusun benak kepala dengan kata apa yang akan ia lontar? Namun selang sedetik dia pun tersenyum dan ikut menenggelamkan kepalanya ke pundak.
Menyandarkan pikiran ramai pada bahu albino, ia terkekeh kecil. Hatinya geli mendadak pada suasana mereka.
"Iya, aku juga merindukanmu." sontaknya.
Gojo terbelalak. Kala elusan punggung penuh sayang berganti ke kisas pelukan balik namun sama eratnya, apalagi diiringi pengakuan lurus lirih Nanami.
Ia membelalak diri. Memerah wajahnya seolah remaja jatuh cinta. Benar-benar tak mampu menahan diri agar tak bereaksi lebih.
"Kamu?" Gojo memisahkan lekatan tubuh mereka dan menjauh dengan tangan yang masih peluk pinggang Nanami. Terheran-heran.
Tersenyum tipis, "Aku juga merindukanmu, Gojo." Mengulang kalimatnya, memperjelas.
Mata biru yang berbinar-binar membentang langit.
Padatkan bintang saat ia ikut sadar bahwa ia juga sangat cinta dengan lewatan lukis tipis lengkung Nanami. Tatapan mata hijau sang perfeksionis buat ia berdegup kencang.
Ia ingin mencium Nanami dan terus menderu pelafalan sajak. Ia ingin menyentuh Nanami ia ingin mengatakan perihal hatinya pada Nanami.
Ia menginginkan Nanami untuk jatuh cinta. Memohon supaya orang itu tak jatuh cinta pada sosok selain dia.
Membalas lukisan serupa tapi lebih lebar. Sipitan mata sembab Gojo merekah sempurna saat lampiran putih dibalik bibir menyorak diri.
"Nanami? Kamu manis sekali."
KAMU SEDANG MEMBACA
Would Never Fall (GOJO X NANAMI)
NonfiksiMereka tak pernah mencintai satu sama lain. Bagaimana bisa cinta jika hati mereka saja masih terjebak di masa lalu? 🔞🔞 ---- !END! Seorang pria sekitar 25 tahun tengah duduk di kafe tempat ia bersantai biasanya. Entah apa yang dilakukan pria itu...