Side Story (6) PERTOLONGAN

159 14 0
                                    

Ijichi yang menjauh terbangkan benak Nanami. Sampailah Gojo menarik tangannya dan menoleh seakan dia yang merasa sakit.

Nanami terhendik sebentar, dia cermati arti tatapan Gojo. Kemudian, dia tersenyum dan tanpa perhitungan bawa tangannya 'tuk mengelus pipi pucat kesayangannya.

"Ijichi, kamu mengenalnya?" Tanya Nanami pelan.

Gojo mengangguk ragu, "Dia tidak asing."

Lama mata coklat yang siluetnya hijau itu melekati mata biru langit Si Albino. Nanami sempat termenung sebentar dimakan pikirannya. Ia sedikit mengingat-ingat apa yang telah terjadi waktu SMA dulu, bagian apa saja yang telah dia lupakan lebih jauh.

Tadi, sewaktu berpapasan dengan Ijichi, entah kenapa ada perasaan aneh yang menyelubungi hati. Nanami pada awalnya tak terlalu peduli. Namun saat Ijichi mengatakan perpisahannya, dia seketika menyusun kembali memori yang telah hilang.

Memori di bawah awan mendung hari itu. Memori di atas gedung sekolahnya. Memori saat ia mengutuk penyakit sempurnanya. Dia ingat itu, dia ingat hal yang pernah Yuuji sampaikan sebagai salah satu ceritanya.

Jadi daripada dia biarkan Ijichi jadi kalbu penuh penyesalan lagi, dia tarik manusia ringkih yang berjalan sudah lumayan jauh dengan harapan yang sama yang ia terima 7 tahun lalu.

"Aku juga berharap, hidupmu jauh lebih baik— aku mengharapkan semua hal baik untukmu."

---

.
.
.
.

"Sebenarnya kenapa kita kembali ke Kyoto?" Pertanyaan Nanami membelah konsentrasi Gojo.

"Mencari Haibara." Jawabnya ringkas, dia berkutat lagi ke tubuh kekasihnya.

Sensasi kecil yang menyetrum pada tiap sentuhan yang ia dapat tak mengalihkan keheranannya pada jawaban Si Albino.

Ia sedikit bertanya-tanya, kenapa mencari Haibara di sini? Apa Haibara ada di Kyoto? Dan pertanyaan-pertanyaan itu menuai pemikiran yang lain. Pemikiran yang bilang kalau Gojo melakukan ini karena dirinya.

Nanami mengangkat wajah Gojo dengan telapak tangannya dan mulai menatap kuat. Tatapan yang selalu sama. Tatapan yang selalu berarti tanda tanya dan kejelasan yang butuh pasti.

Gojo menggeleng, dia menolak tak teringin memberitahu dan memilih kembali fokus pada tubuh yang ia tindih.

Erangan Nanami terdengar beberapa kali. Lenguhannya pun tak mau kalah. Dia merasa sangat terganggu akan ketidakinginan Gojo turuti tanda penasarannya.

Lagipula, kenapa gerak-gerik Si Albino ini seakan sedang marah? Geraknya sangat terburu-buru dan terkesan tidak tenang.

Nanami menarik rambut Gojo lagi saat putingnya digigit kuat. Dia mengutatkan alis, sekali lagi meminta pasti.

Sekarang bahkan lebih buruk. Gojo enggan menatap mata tajam itu, memilih memejamkan mata menunggu Nanami lepaskan cengkramannya.

Nanami heran, dia tidak senang digantung begini. Apa yang ada di pikiran Gojo? Apa yang sedang dia benarkan sampai-sampai dia mengeraskan hati?

"Kamu yang berbicara atau aku?" Sentak Nanami langsung.

Tilikan biru bersinar milik Albino itu bergerak perlahan. Menangkap gambaran kekasihnya yang sedang kesal.

"Memangnya apa yang bisa kamu katakan?" Gojo mengenggam tangan Nanami yang meremas rambutnya.

Nanami terdiam. Dia menurunkan tangannya. Pertanyaan Gojo berulang-ulang lagi di benak, sementara ia sedang berusaha cari jawab yang tak kunjung dapat.

Would Never Fall (GOJO X NANAMI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang