11. BERSALAH

653 80 3
                                    

Sudah berapa hari sejak kejadian Nanami di gang Gojo hari itu? Hebatnya, hubungan mereka bahkan tak berubah. Nanami dengan esnya, Gojo dengan clingy- nya. Namun, sebenarnya semenjak dihari itu, ada hal yang terus menganggu Gojo.

Dia.. merasakan perasaan yang jarang ia rasakan. Bersalah.

Tiap melihat Nanami, mendengar namanya, berbicara dengannya, entah kenapa hal yang selalu ia pikirkan hanya lah perasaan bersalah. Karna hal yang dilakukannya kemarin, ia merasa menjadi manusia yang menekan Nanami. Padahal jika si blonde boleh jujur saja, ia menyukai kegiatan yang mereka lakukan saat itu.

Maksudnya siapa yang tidak menyukai sex? Aku rasa sebagian besar orang-orang seperti Nanami menyukainya.

"Agh! Aku bingung..." Ia menghempaskan kepalanya di meja sambil memegang gelas bir.

"Dasar gila, seleramu jelek." Orang itu melirik ke samping, matanya memicing kebawah melihat helaian rambut putih bersih (sebut saja silver) yang terlihat bersinar karna terkena lampu disco.

"Kau bilang Nanami jelek? Hah.. kau saja tidak pernah lihat dia, dia.. sexy" di kata sexy, jantungnya berdegup tidak normal. Untuk kesekian kalinya ia menutup wajahnya dengan bertumpu dimeja mengalihkan sembarut merah yang bertengger di pipi beserta telinganya.

"Jadi kau mau apa jika seperti itu?" Toji akhirnya memelas mata, melihat reaksi teman seangkatan SMA nya yang seperti ini membuat dirinya malas.

Oke, ia pernah mengakuinya, Gojo ini imut, kawaii mungkin istilahnya. Tapi fetish orang ini gila dan mengerikan. Dia bisa bertaruh uang 100 juta yen jika Nanami dihari itu tidak merasa ingin membunuh Gojo. Maksudnya kalian liat saja cara Gojo agar mereka melakukan sex kemarin? Brutal (itupun sisi terlembut nya Gojo hari itu).

"Aku tidak tau— setiap lihat, bicara, dengar, semua tentang dia membuat ku merasa bersalah." Si surai putih pun menaikkan kepalanya, dan duduk dengan normal. Wajahnya memang tampak menyedihkan. Tapi siapa sangka semenyedihkan ini?

Mata Toji perlahan bergerak mengikuti pergerakan temannya yang sedang resah. Tidak jelas, dia yang berbuat dia yang resah. Lagipula apa ini Gojo Satoru yang ia kenal? Sejak kapan orang ini punya perasaan bersalah? Apa yang dibuat si Nanami itu sampai albino pun bisa merasa bersalah.

"Jadi kau bilang kau merasa bersalah, jahat dengannya karna kau memaksanya untuk melakukan itu? Parahnya kau bahkan buat dia mabuk duluan pakai resep dokter yang tidak dikira dulu? Terus mengikat tangannya memakai dasi sampai merah, dan menggigitnya brutal?"

Kalimat tanya Toji seperti bukan kalimat tanya. Gojo pikir mereka bertujuan untuk lebih menjatuhkan dirinya. Sial, salah dia malah curhat ke Toji. Namun setiap pertanyaan-pertanyaan itu dilontarkan, ia selalu mengangguk dengan cepat, dan seperti ada telinga anak anjing juga ekornya yang terlihat sangat bersedih. Haha imajinasi apa yang Toji beri barusan?

Toji menghisap rokoknya, "salahmu." Ucapnya.

Jleb, mungkin pisau sekarang sudah tertikam di jantung. Toji sialan, dia juga tau kalau semua itu salahnya.

"Akh! Beri solusi aho!" Gojo rasanya bisa naik pitam. Ia menghempas genggaman tangan kemeja hingga Toji kembali melirikkan matanya dan menghela nafas panjang.

"Ha... Ini kasusnya seperti pacarmu sedang hamil saja." Ia melepaskan benda itu kemudian menintingnya ke asbak lalu mematikan rokok itu.

"Maksudnya?" Gojo langsung merubah ekspresi marah tadi, berganti dengan raut wajah bingung.

"Iya, seolah-olah butuh tanggung jawab karna dia punya anakmu." Tak selang berapa lama, Toji langsung bertindak seolah menyadari sesuatu, ia menolehkan kepalanya dengan cepat hingga membuat Gojo bergedik. "Tunggu— jangan bilang kau merasa bersalah karna merasa harus bertanggung jawab? HAHAHA APA-APAAN!!" Toji tidak jelas, dia malah tertawa lebar padahal tidak ada yang lucu.

Would Never Fall (GOJO X NANAMI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang