Sudah berapa kali Nanami melirikkan matanya? Ia selalu menyudutkan pandangan ke arah Gojo jika ia sempat. Mungkin tadi dialah yang mengatakan jika si silver itu harus fokus berkendara, namun sepertinya ia harus mengatakan itu pada dirinya sendiri.
Gojo terlihat tidak tenang, malam itu sedikit sepi karna keanehan dari Gojo yang tak kunjung mengoceh. Jujur saja, ia sedikit penasaran pada apa yang dirasakan Gojo tadi.
Saat ia menemui supir pikap yang hampir menabrak mereka, supir itu mengatakan jika dia sangat mengantuk. Dia tidak ingin ambil pusing, kemudian menyarankan untuk berhenti sebentar dan tidur atau kejadian yang sama akan berulang.
Apakah karna peristiwa tadi Gojo benar-benar sediam ini? Ia tidak membuka mulut bahkan tidak menatap kedepan atau bahkan memanggil namanya hanya untuk iseng seperti biasa.
Haruskah ia bertanya? Apa Gojo benar-benar baik-baik saja.
Jika bisa ia katakan pun, mungkin terkadang sorot mata Gojo seperti ingin menangis. Dan itu menyedihkan untuk dipandang.
"Gojo." Panggilnya.
Tidak ada sahutan, mungkin ia harus memanggil sekali lagi. "Gojo."
"Ah-hm..?" Reaksi yang tidak mengenakkan.
"Kau sungguh tidak apa-apa?" Ia memberanikan diri melirikkan matanya. Baru selang 20 menit sejak kejadian tadi, namun ia sudah risih pada diamnya Gojo.
"Entahlah." Balas Gojo sedikit lambat, dan Nanami kembali menyipitkan mata.
Sepertinya ini akan berat untuk Gojo jika melanjutkan perjalanan dengan keadaan yang kacau. Haruskah mereka singgah ke penginapan disekitar malam ini? Lalu melanjutkan perjalanan besok.
"Haruskah kita singgah ke penginapan sekitar?" Suaranya terdengar khawatir, bukan Gojo jika tidak menyadari itu.
Ia menegakkan kepalanya, dan tersenyum sedikit. "Kau terdengar khawatir, Nanami-kun." Ujarnya.
"Bagaimana tidak?" Balas Nanami dengan pertanyaan.
Gojo hanya diam lagi, sejujurnya ia senang mendengar itu. Namun suasana hati sangat tidak mendukung, dan dia benci jika harus sedih disekitar Nanami.
Perasaan apa ini? Bimbang di satu sisi, dan benci disisi lain. Ia bimbang pada apa yang ia ingat, namun benci dengan keadaannya yang terlihat mengkhawatirkan disaat ia dilihat Nanami.
Ada perasaan tidak rela jika harus dikatakan. Namun sekilas-kilas, pelukan yang ia terima tadi, sejujurnya sudah lebih dari cukup untuk menenangkan. Namun Nanami, ia terlihat sangat khawatir dan bahkan menyarankan agar menghentikan perjalanan ini untuk menenangkan Gojo. Padahal perasaannya bukan penentu pada liburan yang mereka jalankan tiba-tiba.
Ia sangat senang dengan respon Nanami. Dan itu sangat aneh. Gojo bahkan berpikir jika ada seseorang yang memperlakukan nya seperti ini, maka ia akan merasa biasa saja. Seperti ada sesuatu yang istimewa dengan Nanami, dan apalagi ia tau benar jika Nanami mungkin sedikit mirip dengan orang itu, walau akhirnya tetap saja berbeda.
Matanya juga mungkin sudah merintih ingin menangis saja. Hatinya perih sekali. Padahal luka ini sudah ia kubur cukup lama, namun ketika teringat sekilas saja rasa sakitnya luar biasa.
"Ha.. malam ini sebaiknya singgah ke penginapan dulu, kita bisa lanjut besok. Terlanjur tidak jauh lagi ada beberapa tempat yang sesuai." Nanami mendesah pelan, percuma bertanya jika tidak dijawab.
"Kenapa? Jangan pikirkan aku, kita bisa lanjut." Gojo terlihat tidak setuju, namun Nanami tetap pada pendiriannya.
"Kau harus tenangkan dirimu dulu. Jadi aku bisa berhenti khawatir."
KAMU SEDANG MEMBACA
Would Never Fall (GOJO X NANAMI)
SaggisticaMereka tak pernah mencintai satu sama lain. Bagaimana bisa cinta jika hati mereka saja masih terjebak di masa lalu? 🔞🔞 ---- !END! Seorang pria sekitar 25 tahun tengah duduk di kafe tempat ia bersantai biasanya. Entah apa yang dilakukan pria itu...