46. (END)

515 39 5
                                    

Tangan ringkih pria berambut pirang itu terangkat. Ia mengelus pipi albino dihadapannya dengan pelan sedang memujuk tenang.

Senyumannya dibuat lembut, ia tidak ingin makhluk putih itu terus-terusan menangis. Terlepas dari dia memang cengeng atau dia memang merasa bersalah, Nanami menenangkannya di cara tak pernah gagal.

"Aku hanya ingin disentuh," ia berucap di nada bisik.

Gojo termangu, ia tergamap. Netra coklat yang menatapnya dalam dan perkataan juga tindakan halus Nanami buat ia mati kutu.

Permintaan itu menyakitkan untuk di dengar, dan ia tidak terlalu menyukainya. Nanami terdengar seolah sudah menyerahkan seluruh hal yang tak ia mulai pada Gojo, dirinya.

Hatinya pilu, ia merasa dia akan menarik Nanami langsung ke pelukannya hanya untuk membuat orang itu yakin pada hal yang bahkan ia bingung, tentang apa Nanami harus yakin?

Kemudian tak disangka-sangka, Gojo bangun dan duduk. Kini, ia tidak lagi setengah tiarap diatas Nanami. Namun ia duduk dengan wajahnya yang muram.

Nanami sedikit bingung, ia pun mengikuti Gojo dengan duduk bersila berhadapan. Rasanya dia ingin bertanya ada apa dan kenapa? Tapi si albino itu justru memalingkan wajah saat ia menatap lekat.

Apa Gojo ragu? Apa makhluk cantik itu ragu? Tapi tentang apa? Ragu tentang apa yang ia miliki seketika? Ia berasumsi kurang yakin.

Tiba-tiba Gojo mendekat. Sekarang mereka duduk dengan jarak yang tidak luas. Ia langsung membenamkan kepalanya di dada sebelah kiri Nanami.

"Nanamin," penuturan pelan bibir merah yang memanggil namanya namun enggan melanjutkan perkataannya.

"Ya?" Sambut Nanami halus, ia mengelus lengan sebelah kiri Gojo.

Si albino mengigit bibirnya kuat. Ia merasa lumpuh seketika karna ternyata ini adalah perasaan saat seseorang merasa tak pantas dicintai oleh orang yang selalu ia sakiti.

"Aku ingin menangis rasanya," ia terkekeh pelan dalam dekapan tanpa tawar yang ia lirik.

"Aku merasa aku tidak mampu menyentuhmu, Nanamin." Gojo berungkap jujur, ia menggusal kepalanya ke dada Nanami. "Hatiku terlalu perih." Sambungnya.

Nanami tidak menyangka ia akan mendengar penuturan itu sekarang. Gojo yang melemah didekapannya adalah hal yang ia pikir tidak akan pernah ia hadapi.

Perih karna apa? Apa ini karna ia memikirkan Suguru? Apa ini karna ia merasa tak layak jika dia bukan Suguru? Apa Gojo merasa tak mampu karna Nanami Kento bukan Suguru?

Tak teraba, tangan Gojo memeluk Nanami erat seolah ia tidak akan pernah melepas makhluk pirang yang ia dekap semau hati.

"Aku tidak tau kalimat bagaimana yang harus kulukis sebagai gambaran rasa sakitku," ia bilang. "Ini benar-benar perih, Nanamin."

"Kalau begitu biarkan aku menyentuhmu."

Gojo terkejut. Ia betul-betul termangu.

"Kamu tidak bisa menyentuhku, jadi biarkan aku menyentuhmu." Tatapan matanya menyorot yakin, Gojo tanpa sadar mengangguk.

Setelahnya, ia biarkan Nanami duduk diatas pangkuannya, membelai belakang kemudian mengacak rambutnya kuat. Lalu dengan tenang menarik tengkuknya pelan agar bisa bercumbu.

Seluruh tubuh putih cantik itu melemah dan bergetar. Air matanya menetes. Ini terlalu berat untuk ditahan sebab hatinya terluka di rasa yang tak mampu ia tahan.

Ciuman Nanami yang dia tidak tau ada, membuat pikirannya tenang. Seolah pria itu menarik semua benak jahat dan rasa sakit tak bersisa dari dalam dirinya.

Would Never Fall (GOJO X NANAMI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang