7. Firasat

425 27 0
                                    

"Ma, buku Abang nggak ada," ujar Bian panik. Drama pagi-pagi seperti ini sering terjadi setelah Beby menjadi emak-emak.

Beby menarik nafas lalu mengembuskannya. "Mama kan udah nyuruh Abang masukin buku ke tas," ujar Beby mulai mengomel. Tadi malam Bian minta diajari mengerjakan pr. Dan Beby sudah menyuruh bocah itu menyimpan bukunya baik-baik.

"Bantu cari ma," rengek Bian sambil menarik-narik daster Beby.

Meski kesal, akhirnya Beby meninggalkan masakannya. "Tolong lanjutin ya bik."

"Iya Bu," sahut bik Yati langsung mengambil alih masakan yang tengah dibuat Beby.

Beby masuk ke kamar Bian dan mulai mencari buku sang anak. "Kamu udah nyari dimana aja?"

"Di tas nggak ada, di meja belajar juga nggak ada."

"Cari lagi," perintah Beby yang mulai mencari keberadaan buku milik Bian di tempat lain.

"Ma, dasi warna biru papa ditaruh dimana?" Kepala Sean menyembul di ambang pintu kamar Bian.

Beby menoleh sebentar. "Di laci pa," sahut Beby kembali melanjutkan mencari buku sang anak.

"Nggak ada."

"Papa cari lebih teliti," sahut Beby yang terlihat masih sibuk. Sean mengembuskan nafas lalu kembali ke kamarnya.

"Ma, kuncirin rambut adek," pinta Anby sesaat setelah langsung masuk ke dalam kamar Bian. Gadis cantik centil itu sudah memegang kunciran dan mengikuti kemana Beby melangkah.

"Iya, mama kuncirin, tapi nanti ya."

"Nggak mau, maunya sekarang." Anby tampak keras kepala. Gadis itu menyodorkan kunciran rambutnya.

"Bentar ya Anby, mama bantuin Abang dulu."

"Mamaaaa! Anby dulu!" rengek Anby. Mau tak mau Beby mengurusi kunciran Anby lebih dulu.

"Ma, bantuin Abang cari buku," rengek Bian sambil menarik-narik tangan Beby agar mamanya itu membantunya lebih dulu mencari bukunya.

"Nggak ada ma, udah papa cari dilaci." Suara Sean tiba-tiba muncul hingga membuat kepala Beby pusing. Suami dan kedua anaknya sama-sama meminta bantuan dirinya diwaktu bersamaan. Kalau Beby bisa membelah diri, tentu saja ia akan melakukannya untuk membantu ketiganya.

"Pake dasi yang lain aja lah pa, mama lagi ribet ini!" sahut Beby dengan nada tinggi.

"Ma! Bantu Bian dulu!"

"Bantu kuncirin rambut Anby dulu!" Keduanya rebutan mamanya dengan menarik tangan Beby disisi kiri dan kanan.

"Aduh! Satu-satu, tangan mama sakit ini."

"Anby, sini kakak kuncirin. Jangan tarik-tarik tangan mama, nanti tangan mama sakit." Akhirnya bala bantuan datang juga. Kevin berdiri diambang pintu dengan seragam rapi. Beby dapat bernafas lega saat Anby menghampiri Kevin dan melepaskan tangannya.

"Mama udah cari, tapi nggak ada. Coba kamu inget-inget, bawa bukunya kemana?" Beby berkacak pinggang menatap tajam Bian.

"Bian inget ma!" pekiknya dengan semangat. Bocah itu langsung masuk ke kamar Anby lalu mengambil bukunya yang tergeletak di atas ranjang adik kembarnya. Tadi pagi, ia membangunkan Anby dengan melempar bukunya ke kepala sang adik, lalu ia lupa mengambilnya kembali.

Ya begitulah kehidupan Beby sekarang. Diantara semuanya hanya Kevinlah yang mandiri dan bisa diandalkan.

"Makasih ya ganteng, udah nolongin mama," ujar Beby menghampiri anak bujangnya.

"Iya ma," sahut Kevin seraya tersenyum manis. Senyuman manis Kevin membuat Beby meleleh. Saking gemasnya sampai-sampai Beby memeluk remaja yang lebih tinggi darinya itu hingga membuat Sean iri.

"Eheemm!" Sean berdehem untuk menarik perhatian sang istri
Dan berhasil. Beby menatap Sean dengan tatapan kesal. "Nih, dasi papa ada di laci." Beby menggoyang-goyangkan dasi biru yang Sean cari sedari tadi.

"Tapi tadi nggak ada kok ma."

"Ada tapi papa nggak liat."

"Di laci atas kan ma?"

"Bukan, di laci bawah."

"Pantes, tadi nggak ketemu. Ternyata beda laci."

***

Bel apartemen berbunyi, Aura yang sedang tidur mulai merasa terganggu. Wanita itu dengan kesal bangkit dari ranjang dan berjalan dengan malas-malasan. Baru jam berapa ini? Kenapa pagi-pagi sudah ada yang mengganggu tidur nyenyaknya?

Sedetik kemudian mata Aura melebar setelah membuka pintu dan mendapati Sean tengah berdiri di depan matanya.

"Sean?" Sontak Aura merapikan rambutnya yang berantakan.

"Pagi-pagi banget ke sini?" tanya Aura sedikit terkejut.

"Ayo masuk," ajak Aura begitu gembira.

"Di sini aja, saya nggak lama, cuma mau kasih ini aja." Sean mengulurkan amplop berisi uang untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari Aura selama tinggal di apartemennya.

Tanpa canggung sedikitpun, Aura menerima uang tersebut. "Makasih ya, udah bantu aku."

"Iya sama-sama. Saya permisi." Sean langsung balik badan dan pergi meninggalkan Aura yang masih berdiri di ambang pintu unit apartemen.

Setelah Sean memasuki lift, Aura langsung menghitung uang yang ada di dalam amplop tersebut dengan sudut bibir naik. Rasanya sudah lama ia tidak memegang uang sebanyak ini.

Dasar Aura, uang sebanyak itu bukannya digunakan untuk membeli kebutuhan sehari-hari, dia malah menggunakannya untuk melakukan perawatan dan membeli baju, sepatu dan peralatan make up.

Selama seharian ini wanita itu tampak puas berjalan-jalan di mall menghabiskan uang pemberian Sean. Namun langkahnya terhenti saat melihat sebuah poster besar yang menampilkan seorang gadis yang ia kenal sebagai juniornya di dunia hiburan. Gadis yang jauh dibawah levelnya. Tapi sayangnya itu dulu. Dan sekarang gadis itu kini menjadi brand ambassador sebuah produk skincare terkenal. Bahkan gadis itu seperti titisannya. Gadis itu membintangi banyak sinetron dan film. Dan juga sering memenangkan award sebagai pemeran utama terbaik.

Aura menggeram sambil mengepalkan kedua tangannya. Harusnya dirinya yang berada di poster tersebut sebagai brand ambassador skincare tersebut, bukan gadis itu.

Andai ia tidak termakan omong kosong mantan pacarnya yang bule itu, tentu saja ia masih menjadi aktris terkenal yang digandrungi banyak orang.

Aura bertekad akan kembali lagi ke dunia hiburan, dan merebut posisinya kembali dari gadis itu. Tapi bukan itu saja. Ia juga bertekad akan merebut posisinya sebagai istri Sean dan menyingkirkan istri baru pria itu.

Dibanyaknya orang-orang yang sibuk berbelanja dan hilir mudik di dekatnya, tak ada satupun yang mengenalinya. Bahkan saat Aura sudah melepaskan masker yang menutupi sebagian wajahnya. Itu tandanya aura bintangnya sudah pudar.

"Banyak tugas yang harus aku kerjain mulai sekarang. Pertama, mengembalikan bentuk tubuh dan kecantikanku, baru setelah itu aku bisa kembali ke dunia hiburan dan akan aku goncang rumah tangga Sean sampai hancur berkeping-keping," batin Aura penuh dendam.

"Akan kurebut kembali semua milikku," batinnya seraya berjalan dengan penuh keangkuhan.

***

Pyar!!!

"Astaghfirullah!" pekik Beby terkejut saat piring yang dipegangnya jatuh dengan tiba-tiba.

"Maaf Bu," ujar bik Yati terlihat bersalah karena sudah menyenggol badan Beby hingga mengakibatkan piring yang dipegang majikannya jatuh dan pecah berkeping-keping.

"Nggak pa-pa bik," sahut Beby tampak santai. Ia hanya terkejut saja. Tidak marah sama sekali. Karena ia tahu kalau bik Yati tidak mungkin sengaja melakukannya.







Aku Bukan Istrimu 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang