20. Dikira Janda

530 28 11
                                    


Beby mengendarai mobil untuk menjemput Bian dan Anby di sekolah. Namun sesampainya di sana kening Beby berkerut lantaran tak menemukan keberadaan Bian dan Anby. Biasanya keduanya menunggu di halaman sekolah. Pada awalnya Beby masih santai dan mencari ke dalam kelas. Mungkin mereka masih di dalam sana. Akan tetapi setelah memasuki kelas bahkan ke seluruh sekolah. Beby menjadi panik saat tak mendapati kedua anaknya di manapun.

"Bian! Anby!" teriak Beby dengan nafas terengah-engah setelah menuruni tangga terakhir.

Dia dengan panik bertanya kepada anak-anak yang belum dijemput orang tuanya.

"Miska, kamu liat Anby nggak?" Beby berjongkok di depan salah satu teman Anby.

Gadis berambut pendek itu menelengkan kepala sambil berpikir. "Liat, tante," sahutnya dengan semangat.

"Dimana?" tanya Beby.

"Naik mobil," sahut bocah itu jujur.

"Naik mobil?" Beby membeo.

"Miska tau orang yang jemput Anby?"

Dengan cepat Miska menggelengkan kepala.

Jantung Beby berdetak kencang dan seluruh tubuhnya mendadak lemas. Meski badannya lemas, Beby berusaha berjalan mencari satpam sekolah.

"Pak Jaja, tadi liat Bian sama Anby dijemput sama orang nggak?"

"Duh, maaf nggak liat bu. Mungkin waktu saya ke toilet."

"Kamu dimana nak?" batin Beby cemas. Wanita itu meremas-remas tangannya sambil menangis. Ia takut Bian dan Anby diculik oleh orang jahat. Lalu dijadikan pengemis atau lebih parahnya ditemukan meninggal. Membayangkan hal itu Beby akhirnya menangis histeris. Ibu mana yang tidak khawatir mendapati kedua anaknya menghilang dibawa seseorang. Dan tidak tahu bagaimana keadaannya.

Otaknya mendadak tidak berfungsi dengan benar. Ia juga takut memberitahu Sean mengenai kejadian ini. Karena ia yakin kalau Sean akan menyalahkannya karena terlambat menjemput anak-anaknya.

Beby berjongkok dan menangis sesenggukkan, ia bahkan tak memedulikan penampilannya saat ini yang berantakan dan berkeringat lantaran mencari keberadaan kedua anaknya mengelilingi sekolah yang luas.

Disaat hatinya tengah kalut tiba-tiba ada tangan kecil yang mencolek bahunya dengan lembut.

Beby mendongak, ia mendapati bocah laki-laki seumuran dengan anaknya. Bocah itu menyodorkan permen lolipop dengan wajah polosnya.

"Ini buat tante?"

Bocah itu mengangguk. Lalu ikut jongkok di sebelah Beby. "Tante jangan nangis."

"Tadi kamu liat Bian sama Anby nggak?" tanya Beby dengan suara serak.

"Nggak," sahutnya polos.

Beby berdiri saat Pak Jaja, satpam di sekolah menghampirinya dan mengatakan kalau cctv sekolah bagian depan mati jadi ia tidak bisa melihat siapa yang membawa Bian dan Anby.

Mendengar hal itu membuat Beby pingsan seketika. Hingga bocah laki-laki yang ada di samping Beby terkejut sampai-sampai menutup kedua matanya.

Dengan sigap seorang pria menahan tubuh Beby agar tidak jatuh ke tanah.

"Om Gala!" Bocah itu bersorak senang lantaran pria yang ia panggil om Gala itu berhasil menangkap tubuh Beby.

Gala menggendong Beby dan meletakkannya ke kursi mobilnya yang kebetulan tak jauh dari sana. Setelah memastikan Beby tiduran di kursi mobilnya dengan nyaman. Gala langsung menghampiri satpam.

"Ada apa pak?" tanya Gala penasaran kenapa ada seorang wanita yang tiba-tiba pingsan.

"Gini mas, anaknya ibu itu tadi dijemput sama orang."

Aku Bukan Istrimu 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang