Aura menelpon Sean berkali-kali namun tidak diangkat. Aura sampai kesal setengah mati. Karena baru kali ini Sean benar-benar tidak memedulikannya. Dengan kaki diperban Aura nekat mendatangi rumah Sean. Berharap bisa bertemu dengan pria itu dan merayunya agar kembali perhatian padanya. Namun, saat pintu dibuka, ia dikejutkan oleh keberadaan mantan mertuanya yang cerewet."Kamu ngapain ke sini Aura?"
"Sean ada di rumah?" tanya Aura dengan sifatnya yang dulu.
Linda mendengus. "Untuk apa kamu nyari Sean?"
"Itu bukan urusan anda," sahut Aura dengan berani menatap mata Linda dengan tatapan menantang.
"Tapi itu jadi urusan saya kalau kamu mau menghancurkan rumah tangga anak saya."
Akhirnya Aura memilih pergi dari rumah itu karena malas meladeni orang tua seperti Linda.
Karena tak berhasil menemui Sean di rumah, akhirnya Aura mengirim pesan kepada Kevin agar Kevin memberitahu Sean supaya datang ke apartemennya nanti malam. Namun sayangnya, bukan Sean yang datang menemuinya. Tapi justru Kevin lah yang datang menggantikan papanya.
Raut wajah Aura seketika berubah saat melihat keberadaan Kevin dan tak menemukan keberadaan pria yang ia nanti sedari tadi.
"Papa mana Vin? Kok kamu sendirian?"
"Maaf ma, papa nggak bisa dateng. Jadi aku ke sini gantiin papa." Kevin berjalan masuk ke dalam apartemen.
Aura menggeram kesal diam-diam. Sebenarnya ia ingin menjebak Sean agar bisa tidur dengannya dan membuat perceraian Sean dan Beby semakin cepat. Tapi semua rencananya harus gagal lantaran pria itu tidak bisa datang.
"Emang papa lagi ngapain, kok nggak bisa dateng?" Aura bertanya dengan nada lembut, menutupi ekspresi kesalnya.
"Papa lagi sama mama Beby," sahut Kevin, remaja itu memperhatikan ekspresi Aura yang tiba-tiba berubah marah. Namun hanya sedetik, karena sedetik kemudian ia terlihat tersenyum.
Kevin akui kalau akting mama kandungnya benar-benar hebat. Jangan-jangan kebaikan mamanya kepadanya selama ini juga hanya akting semata. Kalau memang benar begitu. Ia akan sangat marah.
"Mama masak apa hari ini?" Kevin berjalan ke dapur.
"Mama lagi males masak," sahut Aura yang duduk di sofa. Tidak suka dengan keberadaan Kevin, apalagi di sini tidak ada Sean.
"Mama udah makan belom?" tanya Kevin sambil membuka lemari es yang penuh dengan bahan makanan.
"Mama udah pesen makanan," sahut Aura yang ingin Kevin cepat-cepat pergi dari apartemennya.
"Padahal Kevin mau bikinin sesuatu buat mama." Pada akhirnya remaja itu menghempaskan tubuhnya di samping mamanya.
Aura menoleh ke arah Kevin dengan senyum miring. "Gimana kabar papa sama mami?"
Kevin pun menoleh. "Baik ma. Ngomong-ngomong mama Beby nggak mau dipanggil mami."
"Baik?" gumam Aura lirih.
"Papa sama mama Beby lagi ngapain sih, Vin?" Aura tampak mencari informasi mengenai keadaan rumah tangga Sean.
"Papa sama mama Beby lagi kencan, ma. Mereka walaupun udah nggak muda lagi, tapi kelakuannya masih kayak remaja," sahut Kevin sambil terkekeh. Apa yang diucapkan Kevin bukanlah sebuah kebenaran, lantaran kenyataannya Sean sedang mati-matian meminta maaf kepada Beby dan membujuknya agar kembali ke rumah. Semua itu Kevin lakukan agar membuat Aura murka dan menunjukkan perangainya yang sebenarnya.
Dan benar saja, walau samar Kevin bisa melihat kemurkaan di wajah Aura. Namun langsung ditutupi oleh sebuah senyuman palsu.
"Wah, bagus dong. Emang papa sama mama Beby nggak pernah berantem?" Aura masih berusaha terlihat ceria.
"Pernah lah ma, namanya juga berumah tangga."
Jawaban dari Kevin tersebut membuat Aura senang.
"Tapi, mereka bakal baikan, dan kalo udah baikan. Mereka pasti jadi lebih lengket lagi."
Diam-diam Aura mengepalkan tangannya menahan emosi. Namun gagal. Hatinya benar-benar terbakar cemburu membayangkan sekarang Sean dan Beby sedang bermesraan seperti yang Kevin katakan.
Tanpa berkata sepatah katapun Aura pergi ke kamarnya. Sementara Kevin tersenyum senang saat melihat sebuah benda yang Aura tinggalkan di meja. Apalagi kalau bukan ponsel milik wanita itu.
Saat mengamati apartemen ini, ia melihat beberapa kamera cctv terpasang di sudut atas rumah. Ia yakin saat kejadian Anby dijewer oleh Aura pasti terekam cctv. Oleh karena itu, Kevin cepat-cepat mengambil ponsel Aura dan menggunakan tanggal lahir papanya sebagai kata sandi ponsel mamanya. Dan itu mudah ditebak oleh Kevin. Setelah itu Kevin mencari rekaman tersebut.
"Kamu ngapain pegang hp mama?!" bentak Aura setelah keluar dari kamar hendak mengambil ponselnya yang tertinggal di meja.
"Anu... Itu ma, aku...." sahut Kevin tergagap. Aura langsung merebut ponselnya dari tangan Kevin.
"Ini privasi, kamu nggak boleh ambil hp mama. Apalagi liat-liat hp mama seenaknya sendiri." Aura tampak murka.
"Maaf ma," sahut Kevin memelas.
"Udah sana pulang, mama mau tidur," usir Aura tanpa pikir panjang.
Wajah Kevin terlihat menyesal namun setelah keluar dari aparteman Aura, tiba-tiba wajahnya berubah menjadi dingin. Remaja itu melenggang dengan langkah panjang.
Sementara itu Sean masih saja memohon di depan rumah Beby agar dimaafkan atas segala kesalahan yang selama ini ia lakukan. Berkali-kali Sean berjanji tidak akan mengulanginya lagi. Berkali-kali pula Sean meminta kesempatan kedua. Namun sayangnya rasa sakit hati Beby sudah terlalu dalam. Hatinyapun sudah membeku, tidak ada lagi rasa cinta, yang ada hanya rasa kecewa yang tak bisa ia ungkapkan untuk sang suami.
Rasa sakit ini tidak mudah sembuh hanya dengan permintaan maaf dari sang suami. Terlalu banyak kebohongan yang terucap dari mulut itu. Sampai-sampai Beby bingung untuk membedakan mana ucapan yang tulus dan yang busuk. Semuanya nampak sama ditelinga Beby. Jadi jangan salahkan dirinya bila tak mudah untuk memberi maaf.
"Sayang, maafin aku, aku bener-bener menyesal. Aku janji nggak bakal berhubungan lagi dengan Aura!" teriak Sean.
"Aku berani sumpah, akan bakal jauhi dia! Tapi kamu maafin aku. Kasih aku kesempatan kedua."
"Aku harus apa supaya kamu mau maafin aku?!" Sean berteriak-teriak di depan rumah Beby.
Karena kesal Sean selalu berteriak-teriak di depan rumahnya. Akhirnya Beby keluar rumah. Mata Sean berbinar, ia berharap sang istri mau memaafkannya. Namun harapan itu sirna saat melihat raut wajah Beby yang sedingin gunung es.
"Kalo kamu mau maaf dariku, aku cuma minta dua hal."
"Apa? Aku pasti kabulin semua permintaan kamu."
"Yang pertama, menjauh dariku. Dan yang kedua, aku minta cerai. Kita bisa hidup sendiri-sendiri."
"Nggak! Aku bakal kabulin apapun permintaan kamu kecuali perceraian. Aku penuhi permintaan pertamamu untuk jauhin kamu. Tapi aku nggak akan menceraikanmu sampai kapan pun." Sean memilih mundur dan berjalan menjauh dengan hati terluka. Meski sakit rasanya mendengar istrinya minta dijauhi. Tapi akan Sean lakukan asal tidak bercerai. Ia yakin suatu hari nanti Beby akan kembali kepadanya. Mungkin saat ini sang istri hanya menginginkan waktu sendiri terlebih dulu. Untuk menata pikiran dan hatinya kembali.
Dan semuanya tak luput dari pendengaran Gala yang kebetulan tinggal di samping rumah Beby. Tanpa disengaja ternyata Beby pindah ke samping rumahnya. Dan hal itu membuat Gala bahagia.
Diam-diam Gala mengepalkan kedua tangannya. Dan berjanji dalam hati kalau ia akan membahagiakan Beby menggantikan pria bodoh di sana. Gala yakin bila pertemuannya dengan Beby yang tak disengaja bukanlah pertemuan biasa. Tapi memang Beby adalah jodoh yang ia nantikan selama ini. Bila Sean tidak becus membahagiakan Beby, ia tidak akan ragu lagi untuk merebutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku Bukan Istrimu 2
RomanceCerita tentang kehidupan pernikahan Beby dan Sean yang tidak mudah.