Saat malam hari Sean baru kembali ke rumah. Ia masih berharap kalau istri dan anaknya sudah ada di dalam sana. Namun sayangnya itu hanya harapan saja.
Kenyataannya mereka tidak ada. Sean pergi ke kamar dan terkejut saat ia baru menyadari kalau baju-baju dan barang-barang sang istri sudah lenyap. Bersih seperti tidak ada jejak sang istri dalam hidupnya, bahkan barang terkecil milik Beby pun menghilang. Bukan itu saja, tatanan kamar Sean juga berubah.
Tak hanya itu, Sean bergegas ke kamar anak-anaknya. Dan hasilnya sama saja, barang-barang mereka telah menghilang. Kapan semua barang-barang itu dibawa?
Sean berlari ke dapur mencari asisten rumah tangganya.
"Mbak Yani, barang-barang ibu sama anak-anak kok nggak ada? Kapan dibawanya?"
"Kemarin pak," sahut Yani.
"Dibawa kemana? Sama siapa?" cecar Sean.
"Saya nggak tau dibawa ke mana pak, tapi kalo yang bawa saya tau, mereka orang-orangnya Nyonya Linda," sahut Yani.
"Kenapa kamu nggak nanya mau dibawa ke mana?"
"Saya nggak berani nanya pak." Yani menunduk ketakutan melihat ekspresi Sean yang tampak menyeramkan saat ini.
Pria itu mengacak-acak rambutnya. Penampilannya sekarang semakin berantakan.
"Terus kenapa kamu nggak ngasih tau aku?"
"Nggak kepikiran pak, lagian yang nyuruh kan nyonya Linda. Kirain bapak juga tau," sahut Yani lirih.
Brak!
Sean menggebrak meja untuk menyalurkan kekesalannya.
"Udah sana pergi," usir Sean saat melihat wajah asisten rumah tangganya tampak pucat. Sejak Yani bekerja di rumah ini, ia tidak pernah melihat Sean marah. Baru kali ini ia melihatnya dan ia sangat ketakutan. Benar kata orang, orang yang jarang marah akan terlihat sangat menyeramkan saat sedang marah.
Sean tak bisa tidur karena memikirkan dimana keberadaan istri dan anak-anaknya. Dan bagaimana keadaan Beby, apa dia masih terpuruk setelah keguguran.
Seandainya Sean tidak mengurusi Aura, mungkin janin yang ada dikandungan sang istri bisa bertahan. Tapi semuanya telah terjadi dan sayangnya waktu tidak bisa berputar kembali. Semua terjadi karena kebodohannya. Dan Sean mengakui itu.
***
Karena kecapekan dan tadi malam tidak bisa tidur, alhasil Sean kesiangan pergi ke kantor. Tidak biasanya Sean marah-marah, hingga membuat semua bawahannya ketakutan. Semua yang dilakukan bawahannya selalu saja salah dimatanya.Sekretaris Sean menegur atasannya karena telah membawa masalah pribadi ke urusan pekerjaan. Yuda yang juga merupakan teman Sean telah mengetahui masalah yang dihadapi Sean. Meski tidak tahu secara detail. Yang ia tahu hanya istri dan anak-anak Sean tiba-tiba saja menghilang.
Berkat teguran dari Yuda, emosi Sean sedikit mereda. Ia sungguh kekanak-kanakkan jika melampiaskan emosinya kepada para karyawan yang notabene tidak tahu apa-apa tentang masalah yang sedang ia hadapi.
Sean melihat jam tangannya dan menyadari kalau sebentar lagi Bian dan Anby pulang sekolah. Bergegas pria itu keluar kantor untuk mencari tahu dimana istri dan anak-anaknya tinggal saat ini.
Sepuluh menit kemudian mobil yang Sean kendarai telah terparkir tak jauh dari gerbang sekolah. Tatapan mata Sean tak lepas dari arah gerbang sekolah. Terus memindai mencari keberadaan kedua anaknya. Sean yakin Beby tidak bisa dengan mudah mengatur kepindahan sang anak ke sekolah lain. Makanya Sean yakin akan menemukan kedua anaknya di sana.
Dan benar saja, Bian dan Anby tampak tengah menunggu jemputan. Sean ingin sekali memeluk kedua anak kembarnya. Setelah ditinggalkan Beby dan anak-anak rasa rindu baru terasa. Padahal setelah kepulangan Aura, Sean jarang berada di rumah. Ia lebih sering menemani Aura namun ia tidak merasa rindu kepada kedua anaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku Bukan Istrimu 2
RomanceCerita tentang kehidupan pernikahan Beby dan Sean yang tidak mudah.