15. Tega

389 32 20
                                    


Akhir pekan sudah berlalu. Namun Sean masih saja terlihat sibuk hingga telat pulang ke rumah lagi.

"Apa aku telpon mas Yuda aja ya?" batin Beby menimbang-nimbang.

"Halo mas Yuda." Akhirnya Beby menelpon sekretaris Sean.

"Iya bu, ada yang bisa saya bantu?"

"Pak Sean lembur lagi ya? Udah beberapa hari ini sering lembur," ujar Beby.

"Lembur lagi? Maaf Bu, pak Sean nggak lembur malam ini, dan beberapa hari ini juga pak Sean nggak pernah lembur di kantor. Beliau malah pulang cepet akhir-akhir ini."

"Hah?"

Untuk sesaat Beby terdiam karena syok.

"Maaf, bisa diulangi lagi?"

"Iya, gini Bu, beberapa hari ini pak Sean nggak pernah lembur di kantor. Beliau malah sering pulang cepet akhir-akhir ini," sahut Yuda dengan perlahan. Pria itu berkata jujur apa adanya. Tanpa tahu kalau jawabannya membuat Beby terkejut setengah mati.

Tubuh Beby terhuyung ke belakang. Nafasnya tercekat. Dan jantungnya berdetak kencang dan sangat menyakitkan. Namun wanita itu berusaha mengatur suaranya agar tidak bergetar.

"Terus akhir pekan kemarin, apa ada pertemuan penting yang harus pak Sean datangi?"

Tanpa ragu Yuda menjawab, "nggak ada pertemuan penting bu."

"Terus keadaan kantor akhir-akhir ini gimana?" tanya Beby dengan mati-matian agar nada suaranya terdengar normal. Meski sebenarnya Beby ingin menangis karena baru mengetahui kalau sang suami telah membohonginya. Ah tidak, bukan hanya dia saja yang dibohongi, tapi Bian juga. Kasihan anak itu.

"Keadaan kantor baik-baik aja bu? Emang ada apa ya?" tanya Yuda bingung kenapa istri bosnya banyak bertanya.

Satu tetes air mata lolos juga pada akhirnya. "Nggak pa-pa, cuma mau tanya-tanya aja. Makasih dan maaf udah ganggu kamu."

"Iya bu nggak pa-pa."

Setelah sambungan telepon terputus, tiba-tiba tubuh Beby luruh ke lantai. Kakinya terasa seperti jeli, hingga tak sanggup menopang beban tubuhnya.

"Kenapa Sean tega bohongin aku? Terus dia ada dimana?" Beby pun menangis sesenggukan seorang diri di dalam kamar.

***
Pukul setengah sebelas malam Sean baru saja pulang. Namun ia tidak menemukan istrinya di dalam kamar utama. Setelah berganti baju, Sean mencari keberadaa sang istri di kamar anak-anak. Dan benar saja, saat ini Beby tidur di kamar Bian.

Pria itu menatap wajah Beby untuk waktu yang lama lalu mencium keningnya. Pria itu berbisik di telinga Beby dengan suara sepelan mungkin. "Pindah yuk ke kamar." Namun tidak ada respon.

Kalau sudah begini, Sean harus menggendong sang istri untuk kembali ke kamar mereka. Dengan hati-hati Sean menelusupkan kedua tangannya di bawah tubuh Beby. Lalu mengangkatnya dengan mudah. Namun hal yang tidak Sean ketahui adalah penolakan dari sang istri.

"Aku mau tidur di sini nemenin Bian," ujar Beby seraya menggeliat dan turun dari gendongan Sean.

"Bian sakit?" tanya Sean khawatir. Pria itu langsung meletakkan telapak tangannya dikening putranya.

"Badan Bian nggak panas," ujarnya menatap wajah sang istri.

"Iya, tapi aku mau tidur di sini."

"Sayang," panggil Sean dengan nada manja seraya memeluk Beby dari belakang.

"Aku capek mas, ngurusin Bian semingguan ini. Dia cuma mau main sama kamu, tapi mau gimana lagi ya, kan kamu lagi sibuk. Nggak mungkin juga aku maksa kamu pulang ke rumah buat main sama anak. Kecuali kalo kamu lagi santai-santai, mungkin aku bakal paksa kamu pulang," ujar Beby dengan nada lembut namun penuh dengan sindiran.

Aku Bukan Istrimu 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang