Sayup-sayup Sean mendengar suara wanita yang tengah menangis. Meski telinganya berfungsi dengan jelas namun matanya masih tertutup rapat. Rasanya sangat berat sekedar untuk membuka kelopak mata. Keadaan itu berlangsung cukup lama. Sampai kelopak matanya berangsur-angsur bisa dibuka perlahan. Sean akhirnya bisa membuka matanya namun penglihatannya tampak buram.
Ia bisa melihat siluet wanita yang tengah menunduk dan terus menangis. "Sa..." Sean ingin memanggil Beby namun suaranya sangat serak.
Lantas wanita itu terlihat bahagia saat melihat pria yang ada di depannya telah siuman. Semakin lama penglihatan Sean mulai jelas. Hanya saja ia mengerutkan keningnya saat wanita yang ia kira Beby ternyata bukan.
Sean mengedarkan pandangannya mencari keberadaan sang istri, tapi di ruangan ini hanya ada dia dan wanita yang tidak ia kenali.
"Kamu siapa?" tanya Sean terheran-heran melihat wanita yang tidak ia kenal tampak bahagia melihatnya siuman. Namun mendadak wanita itu menutup mulutnya dengan ekspresi terkejut.
"Kamu nggak kenal aku? Aku ini kakak kamu," ujar wanita itu. "Kamu jangan becanda, kakak nggak suka!"
"Kakak? Saya nggak punya kakak, saya anak tunggal. Mana istri saya?"
"Astaga!" pekiknya mundur dengan wajah syok berat.
"Gala sadar Gal, aku Vivi kakak kamu," ujarnya mengguncang tubuh pria itu berusaha menyadarkan sang adik.
Sean pun terkejut mendengar wanita itu memanggilnya Gala. Padahal jelas-jelas ia Sean bukan Gala. Sepertinya wanita itu salah orang.
"Maaf nama saya Sean, mungkin Gala di ruangan lain," ujar Sean yang mengingat kalau ia mengalami kecelakaan saat sedang berkelahi dengan Gala.
Wanita itu keluar ruangan dengan begitu panik. "Mas, Gala nggak ngenalin aku?" Vivi menghambur ke pelukan suaminya yang baru saja datang.
"Maksud kamu apa?"
"Gala nggak ngenalin aku," isaknya panik, takut terjadi apa-apa dengan adik satu-satunya.
Vivi dan Angga memasuki ruangan dimana sang adik dirawat. "Gala," panggil Angga saat melihat adik iparnya tengah duduk sambil menatap ke arahnya dengan raut kebingungan.
"Aku Angga kakak iparmu, kalo ini kakak kamu, Vivi."
"Saya nggak punya kakak, saya ini anak tunggal."
"Tuh kan sayang, aku nggak bohong, Gala jadi aneh."
"Kamu tenang dulu ya sayang, mungkin dia begitu karena kepalanya terbentur."
Sean semakin heran melihat sepasang suami istri di depannya. Kenapa mereka ngotot kalau dia Gala, padahal jelas-jelas wajahnya dengan Gala berbeda jauh ditambah Gala lebih muda darinya. Kalau memang kedua orang itu kakak dan kakak ipar Gala harusnya mereka mengenali wajah adiknya. Atau jangan-jangan kedua pasangan itu adalah seorang penipu. Tapi tega sekali mereka jika benar sepasang penipu. Ini di rumah sakit dan bisa-bisanya mereka menipu orang yang sedang sakit. Sayangnya mereka salah sasaran. Sean tidak sebodoh itu.
"Lebih baik kamu makan dulu, kamu kan dari tadi belum makan," bujuk Angga.
"Tapi Gala gimana mas, aku nggak mau ninggalin dia sendirian."
"Yang penting dia udah siuman, ini kan ruangan VVIP, kamu nggak usah khawatir, suster pasti selalu ngecek keadaannya."
"Yaudah mas, kita makan dulu,"
Sepeninggal kedua pasangan penipu itu, Sean berusaha turun dari ranjang. Ia merasa tubuhnya sangat ringan dan sedikit berbeda. Namun ia acuhkan semua itu. Dengan membawa tiang infus, Sean berjalan keluar ruangan. Ia heran kenapa tidak ada keluarganya yang mencari ke rumah sakit. Tadi ia sudah mencari ponselnya tapi sayangnya tidak ada. Mungkin keluarganya tidak datang lantaran tidak ada yang memberitahu bahwa ia kecelakaan.
Namun pikiran itu terpatahkan saat ia melihat Beby berjalan ke arahnya. Senyumnya pun seketika terpancar. "Sayang!" Sean langsung memeluk Beby dengan begitu erat. Rasa rindunya akhirnya terbayarkan meski harus mengalami kecelakaan terlebih dahulu.
"Lepasin aku," pinta Beby baik-baik.
"Aku nggak mau lepasin kamu, aku masih mau jadi suami kamu."
"Tapi aku bukan istrimu, bisa lepasin aku nggak?" Beby berbisik. Beby ingin mendorong tubuh pria itu, tapi ia ingat kalau pria itu baru saja mengalami kecelakaan bersama suaminya.
"Gala, lepasin aku," pinta Beby.
Sean terkejut setengah mati. Ia melepaskan pelukannya dan menatap Beby dengan raut kebingungan. Aneh, ini sangat aneh, bukan cuma pasangan tadi yang memanggilnya Gala, tapi istrinya sendiripun memanggilnya Gala bukan Sean.
"Sayang, aku minta maaf," ujar Sean memelas. Ia pikir Beby berkata begitu karena masih marah padanya.
"Gala, kamu baik-baik aja?" tanya Beby khawatir.
"Aku bukan Gala, aku Sean," sahut Sean.
"Kamu jangan becanda disaat suami aku masih koma, nggak lucu tau nggak." Beby terlihat marah dan pergi meninggalkan Sean. Akhirnya pria itu berjalan mengikuti kemana Beby pergi.
Di saat membuka pintu yang baru dimasuki Beby, tiba-tiba tubuhnya mematung saking terkejutnya. Bagaimana ia tidak terkejut, bila saat ini ia melihat dengan mata kepalanya sendiri, bahwa tubuhnya jelas-jelas tengah tergeletak tak berdaya di atas ranjang.
Kalau tubuhnya ada di sana, lantas ia berada ditubuh siapa?
Cepat-cepat Sean berjalan menuju ke toilet. Di sana ia bisa dengan jelas melihat wajah Gala alih-alih wajahnya sendiri. Beberapa kali juga ia menepuk wajah itu berharap semua ini hanya mimpi. Namun sayangnya ia merasakan rasa sakit. Hal itu menunjukkan bahwa semua hal yang tidak masuk akal ini adalah sebuah kenyataan.
"Aku Sean, bukan Gala. Tapi kenapa wajahku jadi wajah Gala?" Sean tampak linglung meraba wajahnya saat ini.
"Gala, kamu dari mana aja? Kakak khawatir kamu kenapa-napa?" Vivi begitu khawatir saat suster di ruangannya tengah panik mencari dirinya.
"Ayo ke ruanganmu." Vivi menuntun Sean kembali ke ruangannya. Tatapan mata sang adik yang kosong semakin membuat Vivi khawatir.
"Mas, Gala kenapa?"
"Kamu tenang ya, aku yakin dia bakal baik-baik aja. Sekarang lebih baik, kamu pulang ke rumah, kasihan Rafa sendirian. Biar aku yang nemenin Gala di sini."
"Kamu jaga dia baik-baik ya mas, aku nggak mau dia pergi-pergi lagi."
"Iya, mas bakal jagain Gala, kamu tenang aja. Sekarang kamu pulang dan istirahat ya."
***
Beby menggenggam tangan sang suami yang sampai kini belum sadarkan diri. Gala yang mengalami kecelakaan bersama sang suami justru sudah siuman, tapi kenapa suaminya belum bangun dari koma sampai sekarang.Sebenarnya Beby penasaran kenapa mereka berdua mengalami kecelakaan di tempat yang sama. Seingatnya Sean dan Gala tidak saling mengenal. Apa yang sebenarnya terjadi?
Tangan Beby terjulur dan mengelus lembut wajah Sean yang babak belur. Tadi ia juga melihat wajah Gala juga babak belur. Seperti luka perkelahian bukan luka yang disebabkan oleh kecelakaan. Apakah Sean dan Gala berkelahi sebelum kecelakaan? Jika benar mereka berkelahi, tapi apa alasannya?
Beby kembali berkaca-kaca mendapati suaminya masih dalam keadaan koma. Jika keadaan koma ini adalah hukuman dari Tuhan untuk pria itu. Maka Beby akan memaafkan semua kesalahannya. Agar hukumannya bisa dicabut. Bagaimanapun juga Beby tidak tega melihat suaminya menderita seperti ini.
"Mas, aku kasih kamu kesempatan, tapi tolong buka mata kamu. Apa kamu nggak kasihan sama anak-anak, mereka kangen sama kamu mas."
Tak berapa lama Kevin masuk. "Ma," panggilnya lembut sambil menyentuh bahu mamanya.
Beby bangkit lalu memeluk Kevin dengan erat. Ia tidak bisa lagi menutupi kesedihannya. "Papa koma Vin," ujarnya dengan pilu.
"Iya ma, Kevin udah tau dari oma."
"Mama takut papa nggak ada, mama takut banget." Pelukan Kevin pada ibu sambungnya semakin erat. Sejujurnya ia juga takut kehilangan sosok papanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku Bukan Istrimu 2
RomanceCerita tentang kehidupan pernikahan Beby dan Sean yang tidak mudah.