6. Hanya Kasihan

484 29 5
                                    

Sean pulang kantor langsung disambut tangisan Anby. Bocah cantik itu langsung merentangkan kedua tangannya minta digendong saat Sean membuka pintu. Pria itu pun menggendong Anby dengan mudahnya.

"Anby kenapa hobi nangis sih? Jelek tau," ujar Sean sambil menghapus air mata yang mengalir di kedua pipinya yang gembul.

"Abang nakal lagi pa," adunya sambil sesenggukan.

"Abang nggak nakal pa," ujar Bian membela diri. Bocah itu melenggang dengan santai menghampiri papa dan adik kembarnya sambil membawa belalang ditangannya.

"Abang cuma mau lihatin belalang ini ke Anby, tapi Anby malah ketakutan dan nangis."

"Tapi Anby takut pa," ujar bocah itu.

"Abang kan udah tau kalo adek takut serangga, kenapa Abang mau kasih lihat belalang ke adek?"

"Habisnya Abang gatel, kalo nggak gangguin Anby sehari aja. Hehehehe...." Bian tertawa cengengesan. Tidak ada takut-takutnya dengan Sean yang notabene papanya sendiri. Pria itu sampai geleng-geleng kepala.

"Yang satu hobi nangis, yang satunya hobi jahilin adeknya." Beby datang lalu mengambil alih tas kerja Sean.

"Kak Kevin mana ma?" tanya Anby yang sudah kangen berat dengan kakaknya yang baik hati.

"Kevin belum pulang ma?" tanya Sean.

"Kevin lagi kerja kelompok pa, ke rumah temennya."

"Anby, main sama papa aja ya? Papa kan nggak jahil kayak Abang Bian."

Anby tampak berpikir sejenak lalu mengangguk dengan lucunya.

"Tapi papa mandi dulu. Bau asem ih," ujar Beby sambil mengendus-endus ketiak sang suami lalu pura-pura tidak kuat mencium bau tidak sedap yang menguar dari sana. Sampai-sampai Beby menutup hidungnya dengan tangan. Padahal kenyataannya, tubuh Sean masih tetap wangi meskipun baru pulang kerja dan berkeringat sekali pun.

Sean menurunkan Anby terlebih dahulu. "Papa mandi dulu ya princessnya papa yang cantik," ujar Sean disertai pujian untuk anaknya, hingga membuat Anby tersenyum lebar. Lalu bocah centil itu mengibaskan rambutnya dengan tangan.

"Oke," sahut Anby dengan semangat. Hanya mendapat pujian cantik dari sang papa sudah cukup untuk membuat tangisannya berhenti dan sebuah senyuman terbit dibibir Anby.

Murah sekali untuk mendapatkan senyuman Anby, cukup beri pujian maka Anby akan tersenyum lebar. Beby geleng-geleng kepala.

"Penjaga!" teriak Anby sambil menepuk kedua tangannya dua kali.

Bian yang berdiri di sebelahnya menatap Anby dengan penuh keheranan.

"Ayo penjaga, kawal princess ke ruang makan," ujar Anby layaknya seorang putri, dan menganggap Bian menjadi penjaganya. Disaat Bian sedang bengong, tiba-tiba Anby langsung meraih tangan Bian lalu menyeretnya ke meja makan.

"Centil banget sih anak kamu?" celetuk Beby melihat putrinya.

"Siapa dulu mamanya?" Sean menatap sang istri dengan tatapan genit.

"Perasaan aku nggak centil deh," ujar Beby tidak terima kelakuan Anby nurun dari dirinya.

"Iya, kamu nggak centil." Sean lebih baik mengalah dari pada ada perdebatan panjang antara dirinya dengan sang istri.

"Mandi sana," perintah Beby sambil membantu melepaskan dasi yang melingkar dileher sang suami.

Mata Sean mengedar ke segala arah. Pria itu tersenyum, aman. Lalu tangan Sean meraih tengkuk Beby mendekat hingga ciuman panas terjadi.

Aku Bukan Istrimu 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang