Setelah mengantar Jisung pulang dan sedikit berbasa-basi dengan anggota keluarga Jung. Haechan memutuskan untuk pulang ke mansion nya, lagi pula di luar sudah mulai gelap, Haechan menyetir sendiri dan dia agak takut kalau pulang terlalu malam, lagi pula jalanan menuju ke mansion Seo ada beberapa yang sepi.
Sebenar nya Mark sudah menawarkan diri untuk mengantar, namun Haechan menolak. Tentu saja dia menolak, selain tidak ingin merepotkan, Haechan juga masih tidak bisa berada terlalu lama di dekat Mark, hati nya tidak bisa di kontrol, kadang senang, kadang sedih.
Alhasil Haechan pulang sendiri bersama sang anak, namun yang tidak Haechan sadari, mobil yang dia tumpangi sudah di pantau sedari dia keluar dari mansion Jung, atau lebih tepat nya sebenar nya ada beberapa mobil yang mengikuti mobil Haechan sejak dia sudah keluar dari mansion Seo ketika hendak mengantar Jisung tadi. Tapi Haechan tidak menyadari hal itu.
Tepat ketika sampai di jalanan yang agak sepi karena memang hanya ada pohon-pohon yang tumbuh, sebenar nya jalanan sepi ini tidak terlalu panjang, hanya sekitar 50 meter saja, namun tetap saja sepi. Haechan bergidik ngeri, bukan takut dengan hal lain, dia cuma takut kalau ada orang berbaju putih dengan rambut panjang tiba-tiba saja muncul di depan mobil nya, kan gak lucu.
Namun Haechan segera menormalkan pikiran horor nya, tidak mungkin ada kuntilanak yang beroperasi di jam seperti ini kan? Mereka pasti lagi siap-siap sambil berdandan sebelum nangkring di sini. Ya sudah positif thinking saja.
Untuk mengatasi ketakutan nya, Haechan segera menyalakan ponsel dan menyambung kan telpon nya kepada Kun.
Haechan tidak peduli dengan apa yang sedang di kerjakan Kun sekarang, mau dia sibuk atau tidak, yang penting Kun harus menemani nya dalam perjalanan pulang walau pun cuma lewat telpon.
Sambungan telpon itu akhirnya di angkat oleh Kun, tapi suara pemuda itu kedengaran serak seperti baru bangun tidur. Dan benar saja, Kun mengomel kepada Haechan karena telah mengganggu tidur nya, tapi bukan nya marah kepada Kun yang telah berani mengomeli nya yang notabene adalah atasan Kun di kantor, Haechan malah tertawa. Entah apa yang lucu? Sebenarnya tidak ada, Haechan hanya mencoba membuat suara agar tidak terlalu sunyi saja.
Haechan memang penakut dengan hal yang berbau mistis, dia bahkan lebih memilih berhadapan dengan penjahat kelas kakap dari pada kuntilanak atau pocong yang sudah senior.
Kata nya sih kalau penjahat ditembak bisa mati, lah kalau orang mati di tembak gimana? Gak mati-mati karena sudah mati. Eh gimana sih? Ya pokok nya gitu.
"Awas saja kamu tutup telpon nya, gajih mu 5 tahun tidak akan ku keluarkan" ancam Haechan sambil meletakkan ponsel nya dengan sembarang di atas dashboard mobil.
"Memang nya kenapa sih? Kamu dimana?" -Kun
"Aku sedang dalam perjalanan pulang, ini tempat nya sepi" kata Haechan.
"Maksud nya kamu takut??"
"Aku tidak takut, hanya mau di temani saja" jawab Haechan mencoba menyembunyikan ketakutan nya.
"Bilang saja kau takut" ejek Kun
"Aku tidak . . Oh shit mobil itu kenapa tiba-tiba berhenti . ." umpat Haechan ketika tiba-tiba saja ada mobil yang membalap mobil nya namun segera berhenti tepat menghalangi mobil milik nya.
Haechan menginjak pedal rem hingga membuat Chenle hampir terbentur dashboard jika saja anak itu tidak menggunakan seatbelt.
"Why mommy??" tanya Chenle agak syok karena ibu nya tiba-tiba saja menghentikan mobil mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
✓ Where's Daddy? (Sekuel of KRK 🔞)
Romance(Di sarankan untuk membaca Karma Rasa Kurma terlebih dahulu untuk tau alur cerita nya. Silahkan buka profil author dan temukan season 1 nya di sana) "Eumm Mommy . . Lele punya Daddy tidaa??" "Where's Daddy?" "Mommy . . I wan meet Daddy" "Pliss Momm...