Pertama: Awal Dari Semuanya

850 64 2
                                    

Diusia dua puluh lima tahun, Eva Adeline sudah hampir mendapatkan semuanya. Karir beraktingnya sangat berkembang saat ini. Wajahnya banyak terpampang di sampul-sampul majalah. Ribuan penggemar selalu mendukung dan menantikan karya terbarunya. Keluarga yang membesarkannya penuh dengan cinta. Hanya satu yang rasanya kurang.

Sore itu, Eva baru saja menyelesaikan semua jadwalnya. Kepulangannya tentu saja disambut bahagia oleh keluarganya. Namun, satu hal yang menarik di matanya.

Seorang laki-laki yang juga ikut menatapnya. Seolah tersihir, Eva hanya terdiam kaku. Matanya melirik sang saudari, merasa mengerti Emma pun mendekat ke arah laki-laki itu.

Dengan senyum yang terlampau cerah Emma berkata, "Eva. Kenalin ini Jay kekasihku."

Mendengar pernyataan itu, Eva terkejut. Dengan senyum yang sedikit dipaksakan dirinya menyapa laki-laki yang dirinya ketahui kekasih sang kembaran.

Laki-laki itu memandang Eva sembari tersenyum lantas memandang sang kekasih dengan tatapan yang dalam. Emma hanya mengangguk setelah mendengar apa yang diucapkan kekasihnya itu.

"Tante, Om. Saya pamit pulang dulu," ujar laki-laki itu lembut kepada Tuan dan Nyonya Davis.

"Kenapa buru-buru sekali? Tidak mau makan malam dulu, ini sudah hampir makan malam loh, " ucap Nyonya Davis.

"Tidak perlu repot-repot Tan, saya sudah ada janji makan malam dengan Ayah dan Ibu," balas Jayden dengan sopan.

"Baiklah kalau begitu, tetapi lain kali kamu harus ikut makan bersama kami, Jay." Tuan Davis berkata yang sontak diangguki oleh Jayden dengan senyum manisnya.

Setelah kepulangan Jayden, keluarga itu memutuskan makan malam bersama. Keluarga Davis memang sering melakukan makan malam bersama, hanya saja tidak pernah lengkap. Seperti kali ini, walaupun ada Eva yang super sibuk tetapi si sulung tidak bisa hadir karena tengah ada pekerjaan di luar kota.

"Bagaimana pekerjaanmu Eva?" tanya Tuan Davis setelah mereka selesai makan malam.

"Baik, Pa. Film baruku sangat disenangi oleh para penggemar dan penonton," jawab Eva jujur.

"Lalu Emma, bagaimana dengan toko kuemu itu?" Kali ini Tuan Davis beralih kepada Emma.

"Berkembang pesat, Pa. Berkat bantuan Jay yang menawarkan kepada para model dan kru yang pernah bekerja dengannya." Emma menjawab dengan antusias.

"Memangnya apa pekerjaan Jay?" Semua mengalihkan atensi pada Eva yang bertanya.

"Jay seorang fotografer, Ev."

"Benarkah? Aku tidak pernah bekerja dengannya selama ini. Apa hasil fotonya bagus?"

"Hasilnya bagus, hanya saja dia memang sangat memilah siapa yang akan bekerja dengannya," jawab Emma.

"Aku sangat iri padamu, sepertinya kekasihmu sangat menyayangimu." Eva berkata dengan nada yang sedih.

"Eva, kamu pasti akan menemukan pasangan yang cocok denganmu nanti." Emma menenangkan.

Di dalam kamar Eva tidak dapat tertidur, di dalam pikirannya hanya ada satu orang. Jayden, laki-laki itu sangat menarik di mata Eva.

Tatapan yang diberikan Jayden kepada Emma cukup membuat Eva iri. Selama dua puluh lima tahun hidup, Eva tak pernah sekalipun menemukan pasangan yang menatapnya dengan begitu dalam.

"Andai Jay itu kekasihku," monolog Eva mulai berandai-andai.

***

Hai semua aku bawa cerita baru, tolong penuhi cerita ini dengan dukungan kalian ya.

Kritik dan saran👉

Can You Be Mine? (Jaemin Karina) ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang