Ketiga: Rasanya Sulit Sekali

337 46 4
                                    

Berbulan-bulan Eva mencoba mencegah tumbuhnya perasaan kepada Jayden Benjamin. Rasanya gagal, perasaan Eva semakin besar, entah apa yang menarik dari pria itu. Berkali-kali Eva menghindar saat ada pria itu datang ke rumah nyatanya malah membuat perasaannya semakin intens.

"Mara, hari ini aku pulang ke apartemen ya." Gadis itu berujar dengan suara letih.

"Kau yakin? Aku rasa kau sedang tidak sehat." Mara terlihat khawatir kepada bosnya itu.

Eva tersenyum, "Aku baik, Mar. Hanya butuh sedikit waktu untuk menenangkan diri."

Mara mengernyit, "Apa kau masih memikirkan pria itu?" tanya Mara dengan tatapan seperti hendak menerkam mangsanya.

"Tidak, tidak. Kau ini selalu saja berpikir ke arah sana. Aku sudah memutuskan untuk tidak memikirkan pria itu lagi, Mar." Mendengar itu Mara hanya menghela napas. Dapat Mara lihat senyum Eva yang dipaksakan.

"Ya, terserah dirimu saja." Mara memilih mengakhiri percakapan keduanya.

Perjalanan menuju apartemen milik Eva dihiasi dengan perbincangan keduanya. Eva merasa bebannya sedikit berkurang karena topik yang dipilih Mara sukses membuat perutnya sakit karena tertawa.

Setibanya di apartemen milik Eva, dua gadis itu berjalan dengan tawa yang masih menghiasi wajah keduanya. Mata tersenyum hangat menatap tawa Eva, rasanya sudah jarang melihat Eva tertawa selebar ini.

"Ev, aku akan memasak kau ingin memakan apa?" tanya Mara sembari membuka pintu kulkas di depannya.

"Aku tidak tau, kau tau Mara aku selalu menyukai apa yang kau masak." Mara hanya memutar bola matanya malas mendengar jawaban gadis itu.

Setelah menjawab pertanyaan Mara, Eva memilih menuju ke balkon untuk bersantai. Tak berselang lama suara dari ponsel menginterupsi gadis itu. Dengan segera Eva mengangkat panggilan itu setelah membaca nama si penelpon.

"Halo.. Eva kau tidak pulang malam ini?" tanya sebuah suara di seberang sana.

"Tidak, aku pulang ke apartemenku. Memangnya ada apa?"

"Begitu ya. Sebenarnya hari ini keluarga Jay akan datang kemari, tapi sepertinya kau tidak bisa datang."

"Keluarga Jay? Bagaimana maksudnya, aku tidak paham." Kepala Eva berkecamuk memikirkan kemungkinan kemungkinan yang akan terjadi.

"Sebenarnya Jay datang untuk melamarku."

Deg
Satu tetes air mata berhasil luruh dari sudut mata Eva. Kenapa rasanya sesakit ini, pikirnya.

"Eva, kenapa kau terdiam?" Suara Emma kembali terdengar.

"Tidak, aku hanya merasa terkejut kau sudah dilamar." Eva menjawab dengan suara yang lirih.

"Eva, apa kau menangis?" Emma terdengar sangat khawatir.

"Aku hanya terharu Emma, kita sudah bersama sejak kita lahir dan sekarang kau sudah dilamar membuatku ingin menangis."

"Jangan menangis, aku tidak akan kemana-mana. Kau tenang saja, okay."

"Emma, aku akan pulang nanti." Eva sudah memutuskan, dirinya harus bahagia. Lagipun siapa dia? Hanya saudara kembar Emma. Salah sekali dirinya menaruh rasa kepada kekasih saudarinya itu, tentu saja dia akan kalah sebab rasa cinta Jay untuk Emma begitu besar. Bodoh, pikir Eva.

"Terima kasih Ev, kau memang saudaraku yang paling baik."

Memang sepertinya tidak ada kesempatan bagi Eva. Sudah sebaiknya Eva memilih mundur dan ikut bahagia melihat Emma bahagia.

***

Haii, ceritanya baru 3 chaptre tapi udah penuh dengan drama, tapi semoga nggak sedrama itu ya.

Kritik dan saran 👉

Can You Be Mine? (Jaemin Karina) ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang