Kedua Puluh Dua

130 19 5
                                    

Eva menatap cermin di apartemennya, mencoba menemukan kekuatan dalam bayangan dirinya sendiri. Keputusan yang diambilnya bukanlah hal mudah, tetapi dia tahu itu adalah yang terbaik. Ketika bel pintu berbunyi, Eva merasa sedikit terkejut. Dia berjalan pelan menuju pintu dan membukanya, menemukan Mara berdiri dengan senyuman lembut di wajahnya.

"Apa kabar?" tanya Mara, masuk dan memberikan pelukan hangat pada Eva. Sudah dua minggu sejak ulang tahunnya dan Eva belum bertemu dengan Jayden sama sekali. Saat dirinya kembali ke apartemennya, Jayden sudah menghilang entah kemana.

"Sedikit lebih baik," jawab Eva dengan suara pelan. "Aku tahu ini akan menjadi perjalanan yang panjang, tapi aku siap."

Mara duduk di sofa, mengajak Eva duduk di sampingnya. "Aku dan Varen akan selalu ada untukmu. Ingat itu, oke?"

Eva mengangguk, merasa dukungan dari Mara seperti angin segar yang menenangkan hatinya. "Aku berencana untuk fokus pada diriku sendiri. Mungkin mengambil beberapa kelas atau mencoba hobi baru. Apa pun yang bisa membantuku menemukan kembali siapa diriku."

"Itu ide bagus," kata Mara dengan antusias. "Mungkin kita bisa mengikuti kelas yoga bersama. Itu bisa membantu menenangkan pikiran dan tubuhmu."

Eva tersenyum. "Kedengarannya menyenangkan. Aku butuh sesuatu untuk menjaga pikiranku tetap sibuk."

Mara mengangguk. "Jangan terlalu dipikirkan, Kau masih memiliki jatah cuti beberapa bulan ke depan."

Eva tertawa kecil, merasa sedikit lebih ringan. "Terima kasih, Mara. Aku benar-benar bersyukur memiliki kalian."

Di tempat lain, Jayden dengan wajahnya yang mengeras berkata, "Kau tidak akan pernah bisa pergi dariku, Eva. Yang aku mau hanya dirimu dan kamu tidak akan pernah lepas dariku."

Jayden Benjamin, lelaki penuh ambisi itu tidak akan pernah melepaskan pujaan hatinya itu. Gadis yang sudah dirinya inginkan semenjak sekolah menengah, Eva Adeline Davis harus menjadi miliknya dan tidak boleh dimiliki oleh siapapun.

Jayden menatap layar ponselnya dengan tatapan tajam. Dia merasa frustasi karena Eva terus menjauhinya. Dalam pikirannya, Eva adalah miliknya, dan tidak ada yang boleh menghalangi mereka bersama.

"Kau tidak akan pergi dariku, Eva. Kau harus sadar bahwa aku adalah satu-satunya yang tepat bagimu," gumam Jayden sendiri, menguatkan keyakinannya sendiri. Dia sudah merencanakan langkah-langkah selanjutnya untuk memastikan Eva kembali padanya.

Dia menghubungi beberapa temannya yang bekerja di industri hiburan. "Aku butuh bantuan kalian," katanya tegas.

Mereka mengangguk paham. Mereka tahu betapa Jayden serius dalam mengejar apa yang diinginkannya. Rencana pun mulai digulirkan, dengan harapan bisa membawa Eva kembali ke pelukan Jayden.

Sementara itu, Eva sibuk dengan rutinitas barunya. Dia mengikuti kelas yoga bersama Mara, menemukan kedamaian dalam gerakan-gerakan itu. Meskipun hatinya masih terluka dan penuh pertanyaan, dia mulai merasa sedikit lebih baik dengan fokus pada dirinya sendiri.

Banyak penggemar Eva yang mulai menyadari hilangnya sang idola. Bagi mereka, Eva adalah idola yang cukup sering aktif di media sosial, gadis itu sering sekali mengunggah potret-potret dirinya, bahkan bisa tiga kali mengunggah dalam sehari. Namun, sudah dua bulan ini gadis yang mereka idolakan itu menghilang, bak ditelan bumi. Tak pernah mengunggah satupun foto, membiarkan akun yang memiliki berjuta-juta pengikut itu terbengkalai.

Orang tua Eva juga semakin pusing saja, sebab Eva tidak mengabari mereka sama sekali. Dan juga dengan hubungan Emma dan Jayden, seharusnya mereka akan melangsungkan pernikahan sebentar lagi, tetapi jika Eva menghilang seperti ini mana mungkin keluarganya bisa melangsungkan pesta pernikahan sedangkan salah satu anggota keluarganya menghilang entah kemana.

Mara menatap Eva dengan prihatin. "Bagaimana kabar keluargamu? Mereka pasti khawatir," tanya Mara pelan.

Eva menarik napas dalam-dalam. "Aku tahu, aku perlu menghubungi mereka. Tapi setiap kali aku berpikir untuk menelepon, aku merasa takut. Takut mereka tidak mengerti, takut mereka marah."

Mara menggenggam tangan Eva. "Mereka adalah keluargamu, Eva. Mereka mencintaimu dan pasti ingin yang terbaik untukmu. Cobalah berbicara dengan mereka."

Eva mengangguk, meskipun masih ada keraguan di matanya. "Baiklah, aku akan mencoba."

Sementara itu, Jayden semakin intensif dengan rencananya. Dia memastikan setiap langkahnya direncanakan dengan cermat. Di sisi lain, penggemar Eva mulai berspekulasi tentang hilangnya sang idola. Berbagai teori konspirasi muncul, dari masalah pribadi hingga rumor bahwa Eva sengaja menghilang karena tekanan industri hiburan.

Orang tua Eva akhirnya memutuskan untuk bertindak. Mereka mendatangi apartemen Eva, berharap bisa mendapatkan jawaban langsung dari putri mereka. Ketika mereka tiba, mereka disambut oleh Mara yang menjelaskan situasi sebenarnya.

"Eva sedang berusaha menemukan dirinya sendiri," kata Mara dengan tegas. "Dia butuh waktu dan dukungan kalian, bukan tekanan."

Orang tua Eva akhirnya mengerti dan berjanji untuk memberikan ruang yang dibutuhkan oleh Eva. Mereka memutuskan untuk mendukung putri mereka dalam perjalanannya mencari kedamaian.

Di sisi lain, Jayden mulai mendekati lingkaran sosial Eva, berharap bisa mendapatkan informasi lebih banyak tentang keberadaannya. Dia menggunakan pengaruh dan kekuatannya untuk memanipulasi situasi, bertekad untuk membawa Eva kembali ke dalam hidupnya.

Sementara itu, Eva mulai merasakan sedikit kedamaian dalam rutinitas barunya. Yoga menjadi pelarian yang menenangkan, dan dia mulai menikmati hobi baru seperti melukis dan menulis. Dia menemukan kembali bagian-bagian dari dirinya yang selama ini tersembunyi di balik bayangan Jayden.

Namun, ancaman Jayden masih membayangi. Eva tahu bahwa dia harus kuat dan tegas dalam menghadapi masa lalunya. Dengan dukungan dari Mara dan Varen, dia siap untuk menghadapi apapun yang datang. Eva memutuskan untuk tidak lagi bersembunyi dan mulai menata hidupnya kembali, siap menghadapi masa depan dengan keberanian dan keyakinan.

Eva pun mulai menghubungi keluarganya, menjelaskan situasi sebenarnya. Mereka mendengarkan dengan penuh perhatian dan memberikan dukungan yang dibutuhkannya. Orang tua Eva merasa lega mengetahui putri mereka berusaha untuk sembuh dan menemukan kembali kebahagiaan.

Di tempat lain, Jayden masih terus mencari cara untuk mengendalikan Eva. Namun, Eva sudah memutuskan untuk tidak lagi tunduk pada ketakutan. Dia tahu bahwa hanya dengan menghadapi ketakutannya, dia bisa benar-benar bebas dan bahagia.

Dan begitu, dengan langkah yang mantap dan hati yang penuh tekad, Eva melanjutkan perjalanannya, siap untuk menghadapi masa depan yang lebih cerah tanpa bayang-bayang Jayden.

END

Can You Be Mine? (Jaemin Karina) ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang