Kelima Belas: Kala Itu

207 30 3
                                    

Suasana kantin sekolah sangat ramai, tentu saja ini sudah memasuki waktu beristirahat. Jayden bersama kedua temannya, Hazel dan James.

"Lucu sekali sahabatmu ini James, dia bahkan tidak pernah setertarik ini dengan perempuan." Hazel berniat mengejek temannya yang sepertinya sedang jatuh cinta itu.

"Benarkah? Kurasa Jay sudah dewasa, aku merasa seperti sudah membesarkan seorang anak." Jayden memutar bola matanya dengan malas, reaksi James selalu saja berlebihan.

Senyum Jayden kembali merekah saat dilihatnya dua perempuan berjalan berdua sembari tertawa. Dan, salah satunya dari dua perempuan itu sukses membuat jantung seorang Jayden Benjamin berdebar lebih cepat hanya karena melihatnya dari jarak yang lumayan jauh.

"Jay, kau tidak gila kan? Jangan tersenyum sendiri seperti itu Jay, terlihat mengerikan," ujaran Hazel tersebut berhasil membuahkan hasil, yakni pukulan di kepala pemuda tengik itu.

Hazel meringis sembari mengelus kepalanya yang menjadi korban Jayden, "Ini namanya kekerasan Jay, kau tidak bisa melakukannya kepada sahabatmu ini." Oh, Jayden ingin mengubur sahabatnya yang satu ini agar hidupnya tak penuh dengan drama buatan Hazel.

Mari lupakan Hazel sejenak, kali ini tatapan mata Jayden kembali mengarah ke gadis dengan senyum manis di seberang meja yang sudah ia duduki. Rahang laki-laki itu mengeras, menahan amarah saat melihat gadisnya sedang tertawa sebab bercanda dengan seorang pria. Jayden benci, sebab faktanya laki-laki itu sudah dekat dengan gadisnya sejak awal, sebelum Jayden tertarik dengan gadis itu.

"Sial." Kata itu terdengar sangat lirih, namun telinga Hazel yang cukup peka mampu mendengarnya.

"Jay, kau harus mendekatinya. Dia itu gadis yang lumayan populer, dan tentu saja sainganmu itu sangatlah banyak," kata Hazel setelah mengikuti arah pandangan Jayden.

Seorang Jayden Benjamin hanya terdiam, namun dapat dilihat ada sebuah senyum kecil yang terbit di bibir pemuda itu. Senyuman yang seakan mengartikan "Tunggu saja, aku akan mendapatkan gadis itu."

Semenjak hari itu, Jayden selalu mengawasi gerak gerik gadisnya, dengan koneksi yang dimiliki keluarganya tentunya. Diam-diam Jayden mengikuti kemana tujuan gadisnya saat keluar bersama teman-temannya.  Kebiasaan itu bahkan masih berlaku hingga gadis itu sudah menjadi seorang aktris terkenal.

Sungguh malang nasib si gadis, tidak.. gadisnya tidaklah malang, namun beruntung sebab selalu ada seorang Jayden Benjamin yang menjaga gadis itu di belakangnya. Jayden tersenyum puas, setelah bertahun-tahun akhirnya dia bisa membawa gadisnya ke dalam genggamannya.

Usahanya selama ini tidaklah sia-sia, buktinya ia bisa merasakan manisnya bibir gadisnya itu. Harusnya dia berani mengambil langkah sejak dulu, jadi ia tidak perlu membuat skenario bersama kembaran gadisnya itu. Bukankah ia dan Emma sama saja? Sama-sama berkhianat untuk mendapatkan cintanya, kurasa tidak Jayden tidak pernah berkhianat kepada Emma. Lelaki yang kini berusia dua puluh lima tahun itu hanya berusaha mendapatkan apa yang ia mau, dan Emma bukanlah sesuatu yang laki-laki itu mau.

Jayden hanya perlu melakukan satu langkah lagi untuk mendapatkan cintanya, mendapatkan gadisnya, gadis yang sudah lelaki itu nantikan sejak duduk di bangku sekolah menengah. Jayden ingin menyelamatkan gadisnya itu dari neraka dunia, menyelamatkan gadisnya itu dari orang-orang yang berniat jahat kepadanya.

Jayden kembali menyeringai, menonton adegan yang baru saja dikirim oleh asisten pribadinya. Sudah hampir sampai ke dalam inti rupanya, pikir lelaki itu. Dengan santai merapikan jas yang dipakainya, Jayden berjalan meninggalkan ruang kerja miliknya.

***

Haloooo, apa kabar?
Aku update, akhirnya!!
Enjoy all

Can You Be Mine? (Jaemin Karina) ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang