Kedua: Apakah Sebuah Kebetulan?

480 44 3
                                    

Hari ini Eva ada jadwal pengambilan gambar untuk produk kecantikan. Namun, kali ini Eva menjalani pemotretan dengan semangat yang menggebu.

Rasanya baru kemarin Eva berkata tak pernah satu projek dengan Jayden Benjamin, seorang fotografer yang ternyata cukup terkenal. Laki-laki itu dengan serius menatap hasil gambar tadi.

"Apa sudah cukup bagus?" tanya Eva tiba-tiba yang membuat Jayden terkejut.

"Astaga, kau mengagetkanku." Jayden berucap sembari mengelus dadanya.

"Aku minta maaf, aku tidak tau," sesal Eva.

"Tidak apa, Ev. Apa kau mau melihat hasil fotomu?" Pertanyaan itu membuat mata Eva berbinar.

"Benarkah? Aku ingin melihat hasilnya." Dengan semangatnya Eva semakin mendekat ke arah Jayden.

Mata berbinar Eva melihat ke arah layar yang menampilkan wajah ayunya. Tanpa sadar Jayden tersenyum. Dalam hati ia berkata, "Benar-benar seperti Emma."

Pekerjaan keduanya telah selesai. Melihat Jayden yang hendak pergi dengan buru-buru Eva mengejar laki-laki itu.

"Jay!" Seruan itu sukses membuat Jayden menghentikan langkahnya dan menoleh ke arah Eva yang tengah berjalan mendekatinya.

"Bisakah kita pergi makan siang lain kali?" Gadis itu berkata dengan malu-malu.

Tampak berpikir sejenak, akhirnya Jayden mengangguk yang membuat Eva menyunggingkan senyumnya dengan lebar.

Sepanjang perjalanan menuju ke rumah, Eva tak menanggalkan senyumnya sama sekali. Perilaku itu tentu saja menarik perhatian sang manager.

"Kau terlihat sangat bahagia, Ev. Apa kau sedang menyukai seseorang?" tanya Mara, managernya.

"Ah, tidak juga. Aku hanya sedang memiliki mood yang bagus, Mar." Gadis itu mencoba mengelak.

"Ayolah. Aku mengenalmu lebih dari lima tahun dan kau masih mengelak, Ev?"

Merasa tak bisa berbohong Eva akhirnya mengangguk kecil bermaksud menjawab pertanyaan Mara diawal. Mara tak terkejut dan sepertinya dia tau siapa pria yang menarik bagi seorang Eva Adeline.

"Apa orang itu Jayden Benjamin?" Pertanyaan langsung dari Mara membuat Eva gelagapan.

"Tidak, tidak. Kau ini mengada-ada saja." Eva memilih menatap jalanan untuk menyembunyikan kegugupannya.

"Tak apa, Ev. Kau boleh jatuh cinta kepada seseorang." Tangan Mara mengelus pundak gadis di sebelahnya.

"Mara... Kali ini aku tidak boleh sampai jatuh cinta kepada pria itu," jawab Eva, tetapi tatapannya kian menyendu.

"Tapi kenapa? Kau bisa saja meluluhkan hatinya." Mara tampak bingung mendengar penuturan sang gadis di sampingnya itu.

Eva menoleh ke arah Mara, "Kau tau Mara, Jay adalah kekasih Emma dan pria itu terlihat sangat mencintai Emma." Kali ini Mara hanya terdiam mendengar penuturan Eva. Kenapa kisah cinta selalu saja rumit.

Eva dan Mara memasuki pekarangan rumah besar milik keluarga Davis. Pernyataan Eva tadi akhirnya menjadi penutup perbincangan keduanya selama perjalanan pulang.

Eva dengan senyum bahagia karena akhirnya berhasil menyelesaikan pekerjaannya membuka pintu utama rumah besar itu. Namun, senyum itu seketika luntur saat melihat sepasang kekasih yang sedang saling melempar tawa.

Mara yang berdiri di belakang Eva menghela napasnya, "Sudahlah, masih banyak pria lain di luar sana. Kau ini cantik Ev, aku yakin banyak pria yang mengantri untuk menjadi kekasihmu."

"Tapi aku tidak sebaik Emma." Gadis itu masih terus menatap dua manusia itu. Eva menghela napasnya berat, kenapa pula ia merasa tidak senang? Eva bahkan baru bertemu dengan pria itu beberapa minggu yang lalu.

Lantas dengan langkah pasti Eva memasuki rumah itu dan menyapa pasangan itu dengan senyum semanis mungkin. Melihat Jayden dan Emma secara lebih dekat rasanya membuat dada Eva sesak. Entahlah, Eva akan mencegah perasaan terhadap Jayden terus tumbuh.

***

Hai-hai, aku update.
Semoga suka sama cerita ini ya.

Kritik dan Saran👉

Can You Be Mine? (Jaemin Karina) ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang