Kesebelas: Emma?

251 37 6
                                    

"Besok pergilah denganku," bisik Jayden. Laki-laki itu kembali mengecup bibir Eva, kemudian pergi dengan senyum manisnya.

"Sial, apa yang baru saja pria itu lakukan." Eva memegang bibirnya, tak bisa dipungkiri ada rasa senang setelah Jayden mengecup bibirnya.

"Bisa gila aku lama-lama." Setelahnya Eva memilih masuk ke dalam rumah dan ikut berkumpul dengan yang lainnya.

Dapat Eva lihat Jayden bermain catur dengan ayahnya. Emma tidak tau kemana, mungkin berada di dapur? Helena dan Edward? Sepasang kekasih itu pasti tengah berpelukan manja di dalam kamar.

Eva mendekat ke arah sang ayah, melihat bagaimana Jayden melawan sang ayah. Tuan Davis tertawa saat melihat Jayden berhasil mengalahkannya.

"Kau ini memang pintar sekali bermain Jay," puji Tuan Davis. Jayden hanya tersenyum sedikit mencuri pandangan ke arah Eva.

Eva mengalihkan pandangan saat tau Jayden menatapnya. Beruntungnya suara Emma berhasil mengalihkan perhatian.

"Aku membawa sedikit camilan untuk kita semua! " seru gadis itu dengan semangat.

Belum lama Emma duduk, suara ponselnya terdengar. Emma dengan segera berdiri dan pamit untuk mengangkat panggilan itu.

Entah hanya Eva yang merasa atau bagaimana, tetapi Jayden semakin menghapus jarak di antara keduanya. Eva semakin panik saat Tuan Davis menyadari posisi keduanya yang terlihat sangat dekat.

"Kalian kenapa?" Tuan Davis bertanya.

"Begini Om, kita sedang membicarakan jadwal pemotretan Eva untuk minggu depan." Jayden menyahut dengan cepat.

"Benarkah? Kalian bekerja sama ternyata," ujar Nyonya Davis dengan semangat.

"Sudah beberapa bulan ini, Ma. Jayden menjadi fotograferku, hasilnya juga sangat luar biasa."

"Benarkah? Bisakah kau memotret kami Jay?" tanya Tuan Davis.

Jayden tersenyum, "Bisa, Tante. Hanya perlu melihat schedule."

"Kalau begitu, hubungi kami ketika jadwalmu sedang kosong." Nyonya Davis menyahut dengan semangat.

"Dengan senang hati."

Eva menoleh, kemana perginya Emma? Apakah sangat penting sehingga memakan waktu cukup lama. Eva menghela napasnya, tiba-tiba ingatan tentang Jayden yang mengecupnya lewat begitu saja. Tanpa sadar wajah dan telinga Eva memerah.

Eva melangkah meninggal orang tuanya yang tengah berbincang asik dengan Jayden. Langkah gadis itu terhenti saat mendengar suara Eva yang tengah berbicara.

Belum selesai juga, pikir Eva sembari melihat jam dinding. Eva hendak melanjutkan langkahnya lagi, namun kata yang keluar dari mulut Emma menghentikan niatnya. Entah bagaimana, Eva mendengarkan percakapan Emma dengan seseorang yang berada di panggilan itu.

"Iya, kita bertemu besok."

"Di bakery saja, aku akan menunggumu."

"Iya, love you too."

"See you, tidur yang nyenyak."

Eva terdiam, pikirannya berkecamuk. Emma? Apa itu sahabatnya? Tolong pikirkan lagi kemungkinan yang positif Eva.

"Eva!" Eva terkejut saat seseorang menepuk pundaknya. Lantas terdengar helaan napas lega dari mulut Eva.

Helena yang melihat gelagat aneh adiknya itupun mengernyit heran. "Kau ini kenapa? Melamun sendirian, ini sudah malam loh."

"Kak Isa juga kenapa di sini? Bukankah kakak tadi bersama kak Edward?" Gadis itu balik bertanya.

"Ish, kau ini malah balik bertanya," kesal Helena membuat Eva terkekeh.

"Kak Isa." Helena menoleh, namun Eva lantas menggeleng membuat sang kakak berdecak.

"Sudah, ayo turun. Papa ingin kita berkumpul."

***

Hai hai, aku datang lagi.

Kritik dan saran 👉

Can You Be Mine? (Jaemin Karina) ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang