#3

29 3 0
                                    

Kehadirannya bagaikan sebuah payung yang menghentikan hujan membasahi tubuh. Dia tidak lagi merasa air membasahi tubuhnya, suara hujan yang menutupi suara lainnya meredup dan dia dapat dengan jelas mendengar suara nafas Rue dan dirinya yang berdiri berdekatan di bawah payung menenangkannya.

Dengan hadirnya Rue, dia merasa seperti ada seseorang yang memahami perasaannya dan selalu siap mendengarkan keluh kesahnya. Setiap kali mereka berbicara, Rey merasa dunianya menjadi lebih indah dan lebih cerah. Dia merasa seperti memiliki teman yang akan selalu ada untuknya, meskipun pada kenyataannya mereka baru berkenalan selama beberapa minggu. Baginya, Rue adalah keajaiban yang datang dalam hidupnya dan dia bersyukur telah diberi kesempatan untuk mengenalnya.

.....

Rue mengambil langkah pelan-pelan dan penuh kewaspadaan karena penglihatannya terhalang oleh tangan Rey yang menuntunnya dari belakang. Hari ini Rey sudah memberinya satu kejutan, yaitu rumah yang baru saja Rey beli sendiri dan ketika mereka berkeliling melihat rumah, tiba-tiba Rey memintanya untuk menutup mata karena ada kejutan kedua untuknya.

Dia merasakan Rey yang membawanya ke bangunan lain namun masih tersambung dengan bangunan utama. Sama seperti suasana di bangunan utama, bangunan ini juga terasa tenang namun lebih nyaman. Apa karena samar dia mencium aroma khas cat dan minyak yang biasa dia cium saat melukis?

"Kamu bisa membuka matamu" bisik Rey mengejutkannya. Sinar matahari yang masuk melalui jendela besar di satu sisi ruangan menerangi seluruh ruangan dengan baik, tidak terlalu gelap maupun terang. Peralatan melukis memenuhi satu sisi ruangan dengan bagian tengah ruangan diisi satu sofa besar yang bisa Rue gunakan untuk berbaring nantinya jika dia lelah.

Ini semua sama persis seperti yang Rue ucapkan tentang mimpinya memiliki studio sendiri pada Rey beberapa bulan lalu saat pacarnya ini bertanya tentang rumah impiannya.

"Bagaimana?"

Saat ini yang paling gugup adalah Rey yang menantikan respon Rue. Pikiran buruk perlahan menghantuinya. Apakah dia terlalu berlebihan dengan menyiapkan ini?

Rue adalah sosok yang mandiri yang lebih suka bekerja keras demi mendapatkan apa yang dia inginkan daripada meminta sesuatu dari orang lain bahkan orangtuanya sendiri. Hal kecil atau besar akan dia pertimbangkan dengan baik apakah dia benar-benar menginginkannya, bagaimana dia mendapatkannya. Sebelum orang menawarkan memberikannya pada Rue, cewek itu sudah berpikir lebih jauh.

"Rey!" Rue menarik Rey secara tiba-tiba ke dalam pelukannya. Segala bisikan-bisikan negatif yang memenuhi kepalanya sirna begitu saja. "Terima kasih" bisik Rue menenangkan Rey.

Dan lagi, Rue selalu menerima pemberian Rey dan mengapresiasinya.

Rey membalas pelukan Rue lebih erat, menyembunyikan wajahnya di bahu sempit Rue. "Aku mencintaimu"

"Tiba-tiba?" sahut Rue tertawa. "Bukankah harusnya aku yang mengatakan itu?"

"Hmmm..."

"Aku juga mencintaimu, Rey"

Bersama, di tempat ini mereka menciptakan sesuatu yang dinamakan 'rumah'. Sebuah tempat yang menyimpan banyak kenangan, baik kenangan indah maupun kenangan buruk.

.....

.

END OF SWEET DREAM

.

.....

Suara hujan deras di luar sana menggambarkan bagaimana suasana di ruangan yang biasanya memberikan kehangatan kini terasa dingin menusuk padahal mereka tidak basah oleh hujan maupun terkena hembusan angin dingin di luar sana.

Rey menundukkan kepalanya dalam diamnya. Dia tidak mengatakan apapun selama satu jam terakhir dan Rue dengan sabar menunggunya.

"Aku akan pergi, agar aku bisa membencimu" kata Rey mengangkat kepalanya agar dapat beradu pandang dengan Rue. Dengan tenang Rue mendengarkan perkataan Rey tersebut meskipun dia merasa sesak dan sakit akan salam perpisahan ini.

"Aku bisa menerimanya. Selama ini aku telah bersalah padamu, aku minta maaf" kata Rue dengan tenang. Tangannya terangkat mengusap pipi Rey yang sudah basah oleh airmata.

"Jangan membenciku" kata Rue lagi.

"Kamu tau 'kan bagaimana hidup seseorang yang memiliki kebencian terhadap orang lain dalam hidupnya? Dia tidak akan pernah lupa dan terus mengingatnya, melupakan hal baik tentangnya dan mengingat hal buruknya saja. Aku tidak ingin dibenci seperti itu olehmu, dan aku lebih tidak ingin melihatmu menderita karena mengingat hal buruk tentang kita yang pernah bersama"

Rey menggenggam tangan Rue di pipinya, merasakan kehangatan itu untuk terakhir kalinya. Dia memejamkan matanya, mengeraskan hatinya untuk melepaskan tangan Rue dari genggamannya.

"Aku akan membencimu" kata Rey keras kepala.

"Lalu apa? Untuk balas dendam padaku?"

"Untuk bertahan hidup"

"...ah"

Rue lupa. Bagaimana dia telah menjadi segalanya bagi Rey. Ungkapan jujur Rey barusan membuat dia akhirnya tidak mampu bertahan lagi dan menangis kencang. Malam itu, semuanya berakhir bagi mereka. Dunia mereka telah berhenti di malam itu.

.....

.

END OF NIGHTMARE

.

.....

Rey duduk di depan jendela besar ruangan yang dulu dan hingga kini dimiliki oleh Rue. Satu-satunya barang yang tidak bisa Rey buang atau simpan dan hanya membiarkannya saja. Jika penyakitnya kambuh, dia akan lebih sering menghabiskan waktu di sini untuk menenangkan dirinya. Dengan Reno dalam pelukannya, dia memandang hujan deras di luar sana.

Sudah 5 tahun berlalu, hidupnya tidak seindah dulu namun dia tetap berusaha bertahan untuk hidup karena 'benci'-nya pada Rue. Dan tentunya Rue juga merasakan hal yang sama, dengan rasa penyesalannya itu. 

.....

.

To the next part >>>>

.

.....

[✓] Leeknow | LimboTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang