Malam yang dinantikan tiba. Rue yang sejak pagi sudah menunggu langsung membuka pintu sebelum tamu yang dia nantikan mengetuknya. Reynold mencoba memberikan senyuman terbaiknya, mau bagaimanapun ini adalah kisah akhir baginya. Ben, Felix, Ammy, Hera, bahkan Arnold mengawasi mereka di belakang.
Rencana mereka adalah setelah Reynold mengucapkan salam perpisahannya dan pergi, Felix dan Arnold akan membawa pulang Rey sedangkan Ben, Ammy, dan Hera menemani Rue melewati malam setelah perpisahannya dengan Reynold.
Sisi lain Rey itu bukanlah yang terbaik, tapi memang perpisahan juga tetap sulit dilakukan oleh semua orang.
"Sebelum ke sini gue udah salam perpisahan sama Rey" cerita Reynold dengan canggungnya berdiri di depan Rue. Dia merasa serba salah untuk bergerak dan tidak berani beradu pandang dengan Rue. "Dan gue sedikit ngancem dia" tambah Reynold sekedar mencairkan suasana.
Rue dengan sabar mendengarkan. "Gue bilang ke dia gue bakal balik kalo sampe dia buat lo sedih, kalo sampe dia akhirnya pergi ninggalin lo karena rasa bersalah. Karena yang salah di sini gue, semuanya salah gue"
"Gimana kalo gue yang milih buat pergi?"
Rue tidak benar-benar akan ucapannya, namun dia hanya ingin mengatakannya. Reynold dengan terkejut menatapnya. Panik melandanya. "Karena gue?"
"Bukan karena lo, tapi bohong juga kalo gue bilang ini gak sepenuhnya salah lo" jelas Rue. "Hubungan gue sama Rey ke depannya, gue belum bisa pastiin gimana akhirnya. Tapi satu yang perlu lo inget" Rue meraih kedua tangan Reynold yang sudah lama tidak dia rasakan kehangatannya.
"Ini bukan salah lo, bukan salah gue, bukan juga salah Rey. Ini cuma sedikit cerita tentang kita dan kesalah pahaman kita, yang ngajarin kita untuk tambah dewasa dengan proses menyakitkan" kata Rue lantas tertawa. "Gue gak paham sama omongan gue sendiri, tapi maksud gue, gak ada yang salah. Semuanya wajar, semuanya memang akan terjadi tanpa kita hindari seperti takdir. Jadi jangan nyalahin diri lo sendiri"
Reynold melihat wajah Rue yang menunjukkan bahwa dia bersungguh-sungguh dengan ucapannya. Memang ucapan perempuan itu tidak berhasil menghiburnya, tapi Reynold tidak ingin membuat Rue bersedih lagi karenanya sehingga dia akhirnya hanya bisa tersenyum kecil.
"Bisa gue minta sesuatu dari lo?" pinta Reynold dengan suara pelan menahan tangis.
Rue tanpa diberitahu apa yang diinginkannya, langsung memeluk erat Reynold. Wajahnya dia sembunyikan di pundak Reynold hingga terasa bahwa ada air yang membasahi kaus yang dikenakannya. Rue menangis sambil menahan suaranya.
Reynold membalas pelukan itu tak kalah eratnya. Dagunya dia sandarkan pada puncak kepala Rue. "Gue harap lo sama Rey untuk selanjutnya selalu bahagia. Jikapun kalian nantinya bakal berantem, gue harap lo sama Rey bisa saling komunikasi baik-baik dan cari jalan keluar bersama. Kalian udah berjuang sejauh ini, jangan sampai hilang hasil perjuangan kalian. Karena bersatu bukanlah akhir dari cerita" bisik pria itu lembut penuh perhatian. Rue mendengarkan dalam diam, masih berusaha menahan agar isak tangisnya tidak keluar.
.....
.
.
.
.....
"Morning, Rue" sapa Ammy langsung memeluk Rue erat. Hera yang tadi mengolesi roti panggang mereka dengan selai ikut masuk ke dalam pelukan itu.
"Gue mau gabung boleh gak?" tanya Ben meletakkan tiga kelas kopi dan segelas teh di atas meja. "Rue, lo mau izin apa tetep masuk hari ini?"
"Masuk" jawab Rue. Hampir Ammy berkata bahwa temannya ini memiliki mental kuat namun ketika mendengar lanjutan ucapan Rue, dia lantas mendengus geli. "Tapi habis itu gue ajuin cuti seminggu"
Ben mengangguk mengerti. "Untungnya Sam sih ketua kita, pasti dia bakal setuju aja sama permintaan cuti lo"
"Gue niatnya balik ke rumah, kangen sama orangtua gue. Sama pengen ke kuburan kakak gue juga" jelas Rue mengambil duduk di ruang makan diikuti Rue.
Jika ada yang belum paham, mereka semua ini merantau ke kota lain saat kuliah dan kerja.
"Terus, kak Rey gimana?" tanya Hera.
Rue berhenti mengunyah, pikirannya melayang ke saat perpisahannya dengan Reynold semalam. Jika tebakannya benar, Rey dan dirinya masih membutuhkan waktu untuk menenangkan diri sebelum bertemu kembali. Kali ini mereka benar-benar berniat akan bertemu dan meluruskan segalanya, tidak lagi melarikan diri seperti yang sudah-sudah.
"Itu urusan kita berdua, nanti" ucapnya.
.....
.
To the next part >>>>
.
.....
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] Leeknow | Limbo
Fiksi Penggemar"Bahkan setelah 5 tahun berlalu, perasaan itu masih sama" Cerita tentang Rey yang belum bisa memaafkan dirinya sendiri dan Rue yang masih menunggu Rey untuk kembali.