#4

14 3 0
                                    

"Rue, gimana sama kerja kelompok kamu?"

".....Berjalan baik tanpa masalah"

.....

"Bisa gak lo kasih dia kelonggaran? Apa salahnya dia kumpul sama temen-temennya buat kerjain tugas kelompok?"

.....

Semakin dia dekat dengan Rue dan mengenal teman-temannya, semakin dia merasa aneh. Mereka terus berkata bahwa dia terlalu mengekang Rue, dia justru menyiksa Rue dan hal aneh lainnya mereka katakan yang tidak dapat dia mengerti.

Dan Rue selalu terlihat panik setiap dia bertanya dan berujung mengalihkan pembicaraan mereka.

.....

"Dia itu pacar atau peliharaan lo? Kenapa lo selalu buat dia terlihat menyedihkan?"

Hal itu justru yang selalu ingin Rey ketahui kebenarannya. Namun Rue selalu enggan membuka mulutnya untuk membicarakannya, baik pada Rey maupun pada teman-temannya.

.....

"Apa selama ini yang lo maksud itu adek gue Arnold?"

"Apa hubungannya Arnold sama lo yang ngekang Rue?"

Pernah dia dengan hati-hati bertanya apakah mereka salah mengenali Rey sebagai adiknya, namun mereka justru menganggapnya aneh. Mereka adalah teman Rue, tentu mereka mengenal baik Arnold pula karena Rue sering bercerita bahwa dia dan Arnold masih berteman baik dan sering pergi makan atau jalan bersama dengan yang lain.

Ini gila. Ini perlahan menyiksanya.

Dia tidak bisa memaksa Rue untuk menjelaskan hal ini. Sebelum dia bertanya lebih lanjut, Rue akan memberikan tatapan sedih seolah dunia akan berakhir ketika Rey mengetahui sebenarnya.

.....

Dan hari itu tiba juga. Saat dia terbangun dalam kamarnya yang berantakan. Tidak ada barang berharga yang hilang atau pun tanda-tanda seseorang menerobos masuk secara paksa. Saat dia memeriksa rekaman cctv, dia melihat monster yang sudah lama dia lupakan.

.....

.

END OF FLASHBACK

.

.....

"...Kak"

Panggil Arnold pelan melihat Rey dengan tatapan kosong berdiri di tengah studio milik Rue. Sesuai perkiraan, ruangan inilah yang paling tepat untuk menenangkan monster dalam tubuh Rey.

Arnold yang sudah berencana mengambil spesialis kejiwaan nantinya dengan tenang duduk di depan pintu, mengawasi kakaknya sendiri yang tengah kehilangan kesadarannya. Felix ikut mengawasi dari kejauhan, dia siap berlari mengejar Rey jika tiba-tiba sepupunya berlari keluar rumah.

Rey memandang sekitarnya, Arnold, Felix, kemudian pada tangan kirinya yang diberi gips lalu tertawa. "...Gue capek" ucapnya perlahan kembali sadar.

"Istirahat kalo capek, kak" kata Arnold pelan. Rey menatapnya, memberikan senyuman lemah dengan merentangkan kedua tangannya. Tanpa dijelaskan lagi, Arnold mengerti apa yang diinginkan kakaknya itu.

Dipeluknya sang kakak dengan erat, menahan tangisnya sedangkan sang kakak dalam pelukannya menangis sekuat yang dia bisa. Suara tangisannya teredam oleh suara hujan di luar sana.

[✓] Leeknow | LimboTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang