#1

19 2 0
                                    

Kakakku adalah seorang yang ceria dan penuh semangat. Selalu menyenangkan bermain bersamanya. Dia bagaikan matahari yang menyinari dan menghangatkan hatiku. Dan aku bagaikan bunga matahari yang selalu menghadap ke arahnya dengan senang hati. Aku sangat menyayanginya dan selalu ingin menjadi sepertinya.

Hingga akhirnya kegelapan datang dan merebutnya dariku selamanya.

.....

"Ditemukan seorang siswa SMP tanpa busana di sebuah gubuk-"

Rue mematikan televisi sebelum penyiar berita itu menyelesaikan laporannya. Tidak ada yang menegurnya atas sikap lancangnya itu, justru mereka berterima kasih padanya. Di ruang rawat rumah sakit ini, terbaring kakak Rue yang baru saja menjadi korban pemerkosaan yang baru saja diberitakan.

Sejak pertama kali kakaknya ditemukan hingga kini, kakaknya itu tidak lagi tersenyum dan hanya memberikan tatapan kosong seolah dia sudah lelah dengan kehidupannya sendiri. Rue telah kehilangan matahari yang selalu dia kagumi. Matahari itu kini tengah bersembunyi di balik awan dan tampak enggan memberikan cahaya dan kehangatan di dunia yang sudah hancur ini.

"Kakak" panggilan Rue membuat kakaknya menoleh. Tanpa senyuman, tanpa suara hangat, hanya memalingkan wajahnya dari sang adik.

Rue tentu merasa kecewa, namun bukan karena kakaknya mengabaikannya, melainkan karena kakaknya tidak mengatakan apapun, tidak mengeluh, menjerit, hingga menangis. Hanya memberikan tatapan kosong yang mengatakan dia sudah menyerah dalam hidupnya.

Dan memang benar itu terjadi.

Tidak lama, matahari itu hilang untuk selamanya.

Rue melihat kedua orangtuanya, ibunya yang sudah lelah menangis sejak semalam dan hanya terduduk di tanah basah dengan ayahnya memeluknya. Perempuan kecil itu lantas melihat kuburan yang baru saja selesai ditutup, kuburan kakaknya.

"Kakak..." panggilnya menaburkan bunga di atas kuburan itu dengan tenang. Saat ini dia sedang menggantikan peran kedua orangtuanya untuk mengantarkan kepergian sang kakak dengan tenang.

"Sekarang kakak tidak akan sakit lagi" kata perempuan kecil itu dengan polosnya. Tangis sang ibu kembali pecah mendengarnya, begitu juga dengan ayahnya yang berusaha tetap tegar. Kedua orangtuanya meraih Rue yang terlihat tenang namun sebenarnya sangat terluka itu, memeluknya dengan erat.

.....

.

END OF SAD STORY

.

.....

Rue menyeruput kopinya untuk menyegarkannya kembali setelah bergadang semalaman menyelesaikan salah satu projek yang akan di presentasikan sore nanti. Sebenarnya dia masih sempat untuk mengerjakaannya pagi ini, namun berhubung Felix akan izin tidak masuk hari ini dan seminggu ke depan, dia yang akan menangani beberapa tugas Felix sehingga hari ini dia akan fokus menyelesaikan pekerjaan Felix tersebut.

"Rue, lo mau salad buah gak?" tawar Ben yang baru datang dan langsung pergi menemui Rue di pantry tanpa menaruh tasnya terlebih dahulu.

"Mana?" balas Rue penuh semangat.

"Bisa gak lo sarapan yang mengenyangkan dulu?" sahut Sam masuk ke pantry dengan membawa bungkus plastik berisikan bubur. "Gue beli buat lo berdua, makan aja" katanya.

"Lo gak?" tanya Ben memeriksa isi bungkus plastik itu sambil memberikan Rue satu kotak kecil salad buah buatannya.

"Gue udah, sekalian sama Felix tadi" kata Sam. "Felix udah briefing ke gue tentang kerjaan dia, ntar lo tinggal konsul ke gue aja kalo ada yang enggak lo ngerti" tambah Sam yang ditujukan pada Rue. Selain merupakan kakak tingkat Rue semasa kuliah, Sam sekarang menjabat sebagai ketua tim yang terdiri dari dia, Felix sebagai wakil ketua dan mengurus masalah bahasa jika projek mereka akan berfokus secara internasional, Ben dan Rue sebagai anggota, dan beberapa karyawan lainnya yang baru Rue kenal ketika dia bekerja di perusahaan ini.

"Berarti tadi lo mampir ke bengkel sebentar?" tanya Ben membawakan dua mangkok serta dua sendok.

Sam melihat Rue yang menantikan jawabannya. "Gak, gue cuma nganter Felix habis itu langsung ke kantor"

Jawaban Sam membuat Rue kecewa, namun dia tidak mengatakannya. Lebih tepatnya, tidak bisa. Selain Felix dan Arnold yang masih bagian dari keluarga Rey, tidak ada orang yang Rue kenal dekat dengan Rey. Sebenarnya ada Hera juga yang merupakan adik kandung Zeus, tapi Rue jarang bertemu dengan Hera, ditambah Hera sendiri juga tidak terlalu peduli dengan kehidupan kakak kandungnya sendiri sehingga dia jarang mendengar cerita mengenai kabar Rey.

"Gue balik ke ruangan gue dulu" pamit Sam meninggalkan Ben dan Rue di pantry.

"Jadi nanti lo bakal di ruangan Felix apa masih di meja lo?" tanya Ben mendorong mangkok yang sudah dia tuangkan bubur pada Rue.

"Felix" jawab Rue singkat. "Tolong taruh saladnya ke kulas dulu, dong" pintanya yang langsung dituruti Ben.

"Kerjaan lo udah kelar emang?"

"Untuk projek sore ini, udah. Tinggal ngejer yang Felix sama punya lo. Udah kelar 'kan?"

"...Dikit lagi" kata Ben. Dia memperhatikan wajah Rue yang tampak kurang tidur karena harus begadang semalam. "Kayaknya ntar sore gue sama Sam aja yang presentasi, biar lo bisa pulang cepet"

Rue selalu bersyukur bisa memiliki pekerjaan dengan anggota tim yang sudah dia kenal, terutama Ben dan Felix sehingga mereka langsung memahami apa yang dia butuhkan. Sam juga sudah mulai paham dengan siklus kerja Rue, walau kadang dia masih bertanya pada Felix jika dia melakukan kesalahan.

"Tapi, dalam bahasa Inggris"

"Apanya?"

"Presentasinya, makanya Felix banyak juga tugas dia"

"...Sam pinter ngomong bahasa Inggris 'kan?"

"Udah, biar gue aja. Tapi gantinya lo kerjain sebagian tugas gue, gue mau wfh besok"

Ben tidak bertanya atau mengeluh, hanya mengacungkan jempolnya tanda dia setuju membantu Rue.

.....

.

To the next part >>>>

.

.....

[✓] Leeknow | LimboTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang