"Joel bilang dia mau jemput Nicole jadi dia bakal nyusul. Lo mau bareng gue apa Joel jadinya?" Zeus langsung bertanya begitu dia memasuki kamar kosan Rey yang terbuka lebar.
"...lo mau pergi duluan?" tanya Zeus yang baru fokus pada sahabatnya. Saat dia memasuki kamar kosan Rey tadi, dia sedang sibuk dengan layar hp nya. Dilihatnya kamar Rey yang sudah rapi, pakaian kotor berada di kantung plastik yang akan dia bawa ke laundry nanti, buku-buku juga sudah dimasukkan ke dalam kardus agar tidak berdebu selama ditinggalkan.
"Lo mau pergi ke mana?" tanya Zeus lagi. Seingat dia, rencana mereka bertiga hanyalah pergi berkemah selama seminggu, namun Rey bertingkah seolah dia akan pergi meninggalkan kamar kosannya cukup lama.
"Ke rumah" jawab Rey singkat.
"Rumah?" ulang Zeus tidak percaya dengan pendengarannya. Sahabatnya yang tidak pernah terpikirkan untuk pulang ke rumah bahkan ketika liburan semester ini tiba-tiba ingin pulang ke rumah?
"Terjadi sesuatu?" tanya Zeus khawatir.
"..."
Tidak ada hal penting yang terjadi sepertinya. Bahkan meskipun ibunya dan Arnold memohon untuknya pulang, dia tetap menutup kedua telinganya seolah tidak mendengarkan apapun. Namun pertemuannya dengan Rue mengusik rasa penasarannya hingga dia akhirnya pulang ke rumah saat liburan tiba.
"...gak ada. Semua baik"
"Lo yakin?" tanya Zeus sekedar memastikan. Diperhatikannya raut wajah Rey yang tidak berubah, masih tampak menyedihkan di matanya. Tapi Rey pasti akan marah jika dia mengatakan hal itu.
"Jadi gue gak akan ikut kalian" ucap Rey mengubah topik pembicaraan mereka.
Zeus mendengus. Sebenarnya karena siapa dia dan Joel harus merelakan waktu liburan mereka hanya untuk menemani Rey yang selalu tampak kesepian seolah dunia ini meninggalkannya? Namun sekali lagi dia tidak mengatakannya, tidak ingin mengusik ketenangan ini.
"Jadi kapan lo pulang? Gue harus kasih tau Joel buat ke sini"
"Ngapain lo nyuruh Joel ke sini? Kata lo tadi dia jemput Nicole"
"Tapi ini pertama kalinya lo liburan tanpa kita. Lo mau ntar Joel telpon lo sambil nangis karena ngerasa bersalah fokusnya sekarang jadi ke Nicole?" ucap Zeus dengan penuh drama.
"Lo telpon dia aja, tapi gue yang ngomong" putus Rey namun Zeus hanya menuruti bagian awalnya saja. Ketika Joel sudah mengangkat telpon dari Zeus, dengan penuh drama pria itu berkata.
"Halo, yang? Anak kita Rey katanya mau liburan tanpa kita, kamu tau kan perasaan seorang ibu yang ditinggalkan anaknya sendiri?"
["...mau ke mana Rey?"] tanya Joel tanpa terpengaruh dengan drama buatan Zeus barusan. Pria yang menganggap dirinya sebagai ibu Rey ini mendengus sementara Rey hanya menyeringai di tempat duduknya.
"Ck, lo bener-bener gak bisa diajak drama bareng" keluh Zeus.
["Gue lagi sama Nicole"] balas Joel memberikan alasan yang tidak berarti. Ada atau tidak adanya Nicole tidak akan mempengaruhi sikap dinginnya. ["Jadi Rey mau ke mana?"]
"Dia bilang kali ini dia mau pulang"
["...pulang? You okay, Rey?"] respon yang sama seperti Zeus tadi. Rey mengulurkan tangannya, dan Zeus dengan senang hati memberikan hp tersebut padanya.
"Gue baik, tenang aja"
["Oke kalo lo baik"] balas Joel. ["Jadi kemah kita batal?"]
"Lo bisa kemah bareng Zeus"
["...nah, gue males direpotin Zeus sendiri"]
Zeus merampas kembali hp nya. "Lo tau kan gue bisa denger lo juga?"
["...gue gak ada niatan buat ngomongin lo dari belakang, kok"]
Zeus memberikan hp nya kembali pada Rey, merasa pusing harus menerima kenyataan memiliki dua sahabat dengan sifat yang menguras emosi. Padahal begitu juga yang dirasakan Joel dan Rey saat berteman dengannya.
Seperti kata Nicole, mereka ini melengkapi satu sama lain.
.....
.
SKIP
.
.....
"Rey~" ibunya secara tidak sabar berlari menghampiri putra sulungnya yang baru saja turun dari mobil. Di belakangnya, Arnold setengah berlari dan ayah tirinya yang melangkah pelan dengan senyum canggung dan tatapan rasa bersalah padahal sebenarnya dia tidak memiliki salah apapun, justru Rey merasa dia yang salah di sini.
"Mmm..." gumam Rey membalas pelukan ibunya itu.
"Kak..." panggil Arnold berhenti lima langkah di depan Rey dengan canggung. Padahal dia sendiri yang selalu merengek untuk Rey pulang menghabiskan liburan bersamanya, apakah sekarang dia merasa malu karena Rey akhirnya pulang?
"Sini" panggil Rey membiarkan adik kandungnya itu memberikan pelukan erat. Apa karena lukanya sejak kecil hingga Rey tidak bertambah tinggi seperti Arnold?
Setelah memberikan masing-masing satu pelukan untuk ibunya dan Arnold, Rey melihat ayah tirinya yang berdiri canggung di hadapannya. "...apakah perjalananmu melelahkan, nak?"
"...lumayan"
"Kak, lo gak bawa baju apapun?" tanya Arnold memecah kecanggungan antara mereka.
"Hm? Oh, gue rencana pinjem baju lo aja, repot"
Saat itulah Arnold menyadari bahwa tubuhnya lebih besar dari tubuh kakaknya. "Boleh! Ayo, gue tunjukin isi lemari gue" ucapnya dengan riang menarik Rey memasuki rumah diikuti kedua orangtua mereka.
"Dia selalu buat saya sadar" gumam ayah tiri Rey. "Bahwa saya harus selalu bersikap baik padamu dan Arnold" tambahnya menarik istrinya ke dalam pelukannya. Tidak terlihat dia tersinggung sama sekali dengan perlakuan dingin Rey terhadapnya, justru dia sangat memahami Rey dan merasa bangga padanya. Dari usia sangat muda selalu menjadi pelindung untuk ibu dan adiknya.
"Dia selalu dapat bisa diandalkan" gumam ibu Rey menatap punggung Rey yang tampak sangat besar dan kuat baginya.
.....
.
.
.
.....
"Gue rasa akan ada badai setelah ketenangan ini, kak"
Di kamarnya, Rue mengambil satu bingkai foto kecil yang memuat foto dua anak perempuan yang saling berpelukan dan tersenyum dengan riangnya.
Dia tidak ingin mengakui bahwa pertemuannya dengan Rey mengusik ketenangannya, namun dia ingin mengakui bahwa Rey merasakan hal yang sama sepertinya. Ketika Arnold berkata bahwa liburan kali ini Rey akhirnya pulang, Rue dapat menebak akan ke arah mana kisah mereka selanjutnya.
.....
.
To the next part >>>>
.
.....
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] Leeknow | Limbo
Fanfiction"Bahkan setelah 5 tahun berlalu, perasaan itu masih sama" Cerita tentang Rey yang belum bisa memaafkan dirinya sendiri dan Rue yang masih menunggu Rey untuk kembali.