#2

11 2 0
                                    

"Bener kata Arnold"

Tangan yang tadinya mengusap bulu lembut kucing berhenti bergerak. Rue tidak perlu menoleh ke belakang untuk tau siapa yang baru saja datang dan menghampirinya, karena Rey yang tadi berbicara ikut duduk di sampingnya.

"Kalo lo bakal ada di cat café" tambah Rey memperjelas apa maksud ucapannya.

"Oh..." balas yang Rue berikan. Dia melihat kucing berbulu abu yang sejak tadi diusapnya. "Ada perlu apa, kak?"

Rue memang mengira bahwa kepulangan Rey yang dinanti-nanti oleh keluarganya, terutama ibunya dan Arnold bukanlah semata atas menuruti permintaan mereka. Terbukti sekarang Rey justru mencarinya dan tanpa rasa gugup ataupun takut dia mendekatinya.

"...kenapa lo gak pelihara satu kucing kalo lo suka?" tanya Rey mengubah topik pembicaraan. Dia mungkin berani menghampiri Rue secara langsung seperti saat ini, namun dia tetap tidak berani berkata secara langsung apa maksud tujuannya.

"Gue gak mau buat orangtua gue sedih"

Bukan hanya Rue yang menyukai kucing, mendiang kakaknya juga sangat menyukai kucing. Bahkan mereka berdua dulu memelihara satu kucing manis berwarna abu-abu seperti yang tadi Rue pegang. Ketika kakaknya meninggal dunia, kedua orangtuanya selalu merasa sedih jika melihat kucing itu sehingga mereka terpaksa menaruhnya ke tempat lain yang lebih layak menurut mereka tanpa mengetahui perasaan Rue yang sedih karena harus kehilangan salah satu kenangannya dengan sang kakak.

Rey tidak berniat menanyakan hal lebih melihat ekspresi sedih Rue itu. Dia mengambil satu kucing berbulu putih yang sejak tadi mengawasinya. "Ya tapi repot juga untuk memelihara satu kucing" ucapnya berusaha menghibur Rue.

Yang lebih muda tersenyum tipis. Dia mendekati kembali kucing berbulu abu-abu yang sedikit menjauh darinya.

"...mau gue pelihara satu buat lo?"

"Ya?"

"Gak, gue rasa itu terlalu tiba-tiba"

Rey menutup mulutnya, dalam hati menyumpahi dirinya sendiri yang tidak sabaran. Rue berusaha mengabaikannya, namun tidak bisa dipungkiri, bahwa pertanyaan Rey barusan mengejutkannya.

.....

.

SKIP

.

.....

"Kakaknya meninggal dunia waktu dia masih SD"

Kata Arnold saat malam itu Rey bertanya mengapa Rue yang suka kucing harus pergi ke cat café padahal dia bisa saja memelihara satu di rumah.

"Rue pernah cerita, kakaknya itu perempuan, 5 tahun lebih tua dari dia dan meninggal waktu dia kelas 2 SMP karena kena kasus" Arnold kembali menjelaskan. Sebelumnya dia juga sudah bertanya pada Rue terlebih dahulu apakah dia boleh membicarakan hal ini pada kakaknya karena Rey pasti akan bertanya padanya meskipun seharian ini dia bersama Rue.

"Kasus?"

Arnold tidak membuka mulutnya kembali untuk mengatakan apapun, dan entah mengapa Rey mengerti arti reaksi adiknya itu.

"Jadi, karena itu, Rue lebih sering pergi ke cat café ketika liburan atau keliling sekitar area pasar dan tempat umum lainnya hanya untuk street feeding"

"Gimana dengan kucing lama dia?" tanya Rey.

"Kayaknya udah mati juga, soalnya udah lama juga kasus itu"

Benar. Umur kucing lebih pendek dibandingkan umur manusia. Wajar saja jika kucing itu akhirnya pergi juga seperti kakaknya.

Arnold menoleh karena kakaknya tidak bertanya apapun lagi. "Kak, lo suka Rue?"

"...gak"

Rey meninggalkan kamar Arnold dan kembali ke kamarnya. Perasaannya pada Rue tidak bisa digambarkan hanya dengan satu kata itu. Ada perasaan lain terpendam di dalamnya, dan Rey yakin itu bukan suka. Dia tidak pernah percaya akan cinta pada pandangan pertama, jadi dia tidak akan mau mengakui jika dia menyukai bahkan mencintai Rue. Namun jika Arnold bertanya apakah dia tertarik dengan Rue, maka dia akan tanpa ragu mengakuinya.

Rue yang harus menanggung semuanya sejak masih kecil, mengingatkannya pada kondisi dirinya sendiri saat itu.

.....

.

SKIP

.

.....

Besok paginya, Rey rupanya lebih berani lagi. Dia mendatangi rumah Rue karena Arnold berkata jika hari ini Rue berencana hanya di rumahnya, membaca buku sepanjang hari.

Rue menerimanya sebagai tamu meski ekspresi mukanya terlihat bahwa dia kesal dengan sikap kurang ajar Rey tersebut. Namun Rey hanya diizinkan masuk di bagian depan rumah saja karena orang tua Rue bekerja dan akan pulang sore atau malam nanti.

"Kok lo gak tau malu banget, kak?" gerutu Rue. Dia mungkin simpati dan iba setiap melihat Rey, namun bukan berarti dia tidak akan kesal jika Rey bersikap seenaknya seperti ini.

"Gue gak tau" aku Rey.

Saat itu, Rue menyadari bahwa ada yang aneh dalam diri Rey. Bukan hanya dirinya yang berusaha menutupi semua emosinya, namun ada hal lain yang lebih dalam dan lebih rumit.

"...lo bukan kak Rey 'kan?"

Rey terpaku, tampak terkejut dengan pertanyaan aneh Rue barusan. Bukannya tersinggung bahkan marah, pria itu hanya menyeringai dan dengan santainya berkata. "Ahhh...selama ini, baru lo yang nyadar kalo gue bukan Rey yang selama ini kalian kenal"

Inilah pertemuan pertamanya pada Reynold, sisi lain Rey yang sangat terobsesi dengan Rue.

.....

.

To the next part >>>>

.

.....

[✓] Leeknow | LimboTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang