"Aku hanya akan membantu mengganti perbanmu kemudian pulang okay..."
Mereka sudah berada di depan rumah Seokjin.
Empat buah anak tangga menyambut mereka sebelum pintu itu dibuka.
Seokjin mempersilahkan Namjoon masuk dan bergegas ke kamar mandi.
Ia membuka kemejanya yang berlumuran darah dan berdiri di depan wastafel. Mencuci tangannya dan mengerang ketika ia mencoba membuka perban itu dari belakang kepalanya.
"Sini aku bantu" Suara itu sedikit mengejutkan. Ia melepaskan tangannya.
Dengan telaten Namjoon membuka perban berlumuran darah itu dan membuangnya.
Seokjin berpindah duduk ke sisi bathtub dan menunduk ketika tangan besar itu membersihkan lukanya.
Pemandangan itu.
Sebuah bekas luka sayat menyilang dari bawah bahu kanan hingga tengah punggungnya.
Beberapa bekas luka yang telah menutup dan sisa-sisa memar di sisi kanan tulang rusuknya.Namjoon menelan ludah.
"What have you done to yourself Kim Seokjin?"
"Namjoon..."
"Apakah aku menembak orang yang salah?"
Seokjin berdiri segera setelah Namjoon mengobati dan menutup lukanya.
"Siapapun orang itu, ia menembakku terlebih dahulu"
Ingatan Seokjin kembali pada peristiwa tadi.
Rasa takut yang tidak ingin ia rasakan datang kembali."Jangan pernah melepas rompi anti peluru itu okay..."
"Hey...kau takut aku mati?"
Namjoon terkekeh mendengar ucapan pria di hadapannya itu.Seokjin mendongak pelan. Tatapan matanya sarat akan kemarahan..
"Ini hari pertama kau bekerja Namjoon!"
"Maaf..." Namjoon menunduk.
Ia merasa bersalah karena kecerobohannya. Dan...mungkin...telah membuat partnernya khawatir.
"Pulanglah"
"Aku juga tidak pernah menginginkan seorang partner"•
•
•
"John Doe"
"Tidak ada data apa-apa tentang orang itu"
Hoseok yang tengah berada di kamar mayat bersama Seokjin dan Namjoon bergerak mondar mandir di sekeliling tubuh pembunuh itu.
"Sidik jari dan sample darahnya sama sekali tidak ada yang cocok" Min Yoongi menyerahkan file laporan forensik itu kepada Hoseok.
"Jadi orang itu benar-benar pandai menyembunyikan identitasnya atau...hanya seorang tuna wisma yang dijadikan umpan oleh pembunuh itu"
Tiga hari berlalu tanpa kejadian-kejadian mengerikan lagi.
Semuanya sepi.
Terlalu sepi hingga terasa janggal jika suasana ini dibilang aman.
"Kau pernah berhadapan dengannya bukan Jin?" Namjoon menyeruput kopinya.
Seokjin menggeleng.
"Dia selalu berada di belakangku. Dia menjebakku di ruangan yang sangat gelap. Ketika aku mengejarnya dia mengenakan pakaian serba hitam dan masker yang menutupi wajahnya. Saat itu yang ada di pikiranku hanya ingin menangkapnya. Jadi aku mengejarnya mati-matian"
Seokjin mengacak rambutnya kasar.
"Kurasa kita akan mulai dari nol lagi bukan?" Ia menyeringai.
"Aku benci jika kasusku tidak tuntas"
Namjoon menatap lekat mata pria di hadapannya itu.
"Obsesimu akan menghancurkan dirimu sendiri Jin..." Ia berujar pelan.
"Kau tidak tahu apapun tentang diriku Namjoon"
"But I will..Jin....I will" Ia menatap pria yang telah berjalan menjauhinya.