Seokjin duduk di bangku sebelah tempat tidur Namjoon di rumah sakit.
Hampir satu minggu berlalu dari kejadian buruk yang hampir merenggut nyawa pria kesayangannya.
Besi itu hanya berjarak beberapa sentimeter dari jantungnya.
Masa kritisnya sudah lewat dan sekarang Namjoon tengah dalam masa pemulihan.
Ia menatap lembut wajah Namjoon yang sedang tertidur dan mengecup keningnya.
"Nggg" Namjoon membuka matanya perlahan.
"Hey..." Seokjin mengembangkan senyumnya.
Namjoon menerang kesakitan saat bergeser meninggikan sandaran kepalanya.
"Jangan bergerak dulu" Seokjin menahannya.
"Kau baik-baik saja Jin?" Suaranya masih serak dan lemah.
Seokjin mengangguk dan tersenyum mengelus pipinya.
Tatapan Namjoon teralih pada perban yang menempel di sisi kening Seokjin. Ia menyentuhnya perlahan.
"Kau terluka..."
"Hey....aku yang harusnya khawatir"
"Aku takut sekali Namjoon..."
"Aku baik-baik saja Jin...sebentar lagi aku akan keluar dari rumah sakit ini" Ia tersenyum lebar.
"Aku melihatmu ikut di ambulans Jin...kau tak berhenti menangis"
"Aku telah membuatmu sedih.."
Seeokjin menggeleng. Air matanya kembali tumpah.
Kenyataan bahwa Seokjin bisa saja kehilangan Namjoon saat itu juga membuat hatinya sakit.
"Jin....aku disini..."
"Semuanya sudah berakhir" Namjoon mengusap pipinya.
Air matanya semakin deras seiring dengan anggukannya.
"Kita pergi saja okay..."
"Kita tinggalkan saja dunia menyeramkan ini"
"Kau ingat janjiku kan.."
Seokjin kembali mengangguk sambil menyeka kedua mata dengan tangannya.
"Jangan menangis lagi sayang..."
Namjoon bergeser mendekat. Menarik dagunya dan mencium bibirnya yang memerah.
Melumatnya perlahan lagi dan lagi hingga mereka kehabisan napas.
"Apakah kau pikir akan ada orang yang masuk ketika kita.....you know..." Namjoon berbisik sambil melirik kebawah.
Sesuatu menegang dari balik selimutnya.
"Namjoonaahhhhh..." Seokjin tertawa dan memukul kakinya.
"Aaawwww.....kakiku juga terluka...."
Pintu kamar itu terbuka.
Won Hae masuk dan tersenyum melihat mereka berdua.
"Syukurlah kalian baik-baik saja"
"Kalian gagal melindungi Seokjin kapten"
Namjoon megeraskan wajahnya.
"Maaf...." Won Hae menundukkan kepalanya.
"Sunwoo sudah benar-benar mati. Forensik menemukan beberapa bagian tubuhnya yang hancur karena ledakan itu"
"Mungkin setelah ini kalian akan mengambil cuti untuk beberapa....hari?"
"Tidak usah kapten" Seokjin tersenyum menoleh menghadap Won Hae.
"Kami berhenti"
Won Hae menghela napas panjang.
"Aku sudah mengantisipasi hal itu"
"Jika itu membuat kalian merasa lebih tenang maka...itu pilihan kalian"
•
•
•
"Sudah siap?" Namjoon menenteng tas besar dan kopernya.
Seokjin mengangguk kemudian mengikuti Namjoon keluar dari rumahnya.
Ia menengok sebentar setelah mengunci pintunya.
Semua kenangan manis dan pahit tertinggal disana.
Dan sekarang mereka akan memulai hidup baru mereka jauh dari kenangan-kenangan itu.
Mereka tiba di Anyang dan memasuki kawasan pemakaman yang sepi.
Seokjin berjongkok di depan sebuah nisan.
"Aku pergi Ken..."
"Doakan aku dan Namjoon bahagia ya..."
"Aku tidak akan melupakanmu"
Ia meletakkan cincin pertunangannya dengan Ken di depan batu nisan dan berdiri.
Namjoon mengulurkan tangan di belakangnya.
Menatap matanya lekat dengan khawatir.
"Kukira kau akan menangis lagi"
Seokjin menggeleng, mengecup bibir Namjoon dan tersenyum.
"Sekarang ini aku adalah orang paling bahagia di dunia"