Bab 3 - De Javu

476 32 3
                                    

(Terkadang muncul hal-hal yang terasa familiar. Seperti perasaan yang tidak asing namun sulit dimengerti.)

Selamat membaca.
Sorry for typo(s).

🦊🦌🐥🌸🤡

•—

          Laki-laki berusia dua puluhan itu membuka mata karena terganggu oleh cahaya dari matahari yang mulai naik menelusup melalui celah gorden kamarnya.

          Dengan malas memaksa bangun tubuhnya. Membuka gorden menatap keluar jendela melihat suasana desa sebelum melangkah gontai ke arah kamar mandi.

          Berselang tiga puluh menit, setelah membersihkan diri dan bersiap tidak lupa dengan sarapan sekaligus makan siangnya kini tubuh berbalut seragam jonin itu melangkah cepat menuju kantor Hokage.

         Begitu tiba, sambutan sarkas dari laki-laki dengan cerutu di tangan terdengar membuatnya meringis canggung. "Sudah menjalani hidup lebih dari setengah abad, saat kembali lagi ke masa ini pun terlambat masih menjadi kebiasaanmu ya."

          "Mohon maaf Sandaime-sama. Saya terlambat bangun." Hiruzen terkekeh kecil mendengarnya.

          "Kau bermimpi buruk lagi?" Mendapat anggukan singkat dari laki-laki bersurai putih keperakan di hadapannya, laki-laki tua yang duduk di kursi kebesarannya itu menghela napas pelan lalu mematikan cerutunya.

          "Sudah tujuh tahun berlalu dan kau masih selalu mendapatkan mimpi buruk itu. Apa kau yakin tidak perlu bantuan medis atau Klan Yamanaka untuk membantumu? Kau kembali ke sini bukan untuk menjalani hidup yang penuh rasa tekanan seperti ini kan, Kakashi?"

          "Terimakasih Sandaime-sama. Ini hanya perasaan bersalah pada mereka. Jangan khawatir, aku masih bisa menanganinya." Kakashi mencoba meyakinkan, dirinya paham ada kekhawatiran dalam diri Sandaime.

          Setelah kembali ke tubuh ini Kakashi muda tidak lagi berdarah dingin seperti dulu. Dan Hiruzen tentu tidak ingin karena mimpi buruk itu dia kembali berubah seperti sebelumnya, dingin dan tidak tersentuh. Bertahan menjalani hidup hanya untuk misi bahkan jika harus menjadi mesin pembunuh.

          "Aku mengerti kegundahanmu, Kakashi. Dan kau sendiri juga tahu bahwa semua yang terjadi dan tidak dapat kau cegah bukan sepenuhnya salahmu. Sejauh ini kau sudah mampu berjuang sendiri tanpa mereka berempat.
          Banyak hal yang sudah kau lakukan. Walau ada beberapa yang tidak sesuai harapan kau harus ingat tidak semua hal bisa ada dalam kendalimu."

          Kakashi hanya bergeming mendengar apa yang disampaikan oleh Hiruzen. Dirinya tahu dan setuju dengan apa yang dikatakannya, namun tetap saja rasa bersalah lebih dulu lebih menyelimuti hatinya.

          "Sudahlah, kau sendiri pasti paham. Bagaimanapun, jiwamu saat ini hampir seusia denganku. Hari ini kau tidak ada misi kan? apa kau akan mengawasi mereka lagi, Rokudaime?"

          "Jangan memanggilku begitu, Sandaime-sama. Di sini aku hanya Kakashi yang sedang menjalankan misi khusus darimu."

          "Hahaha, baiklah."

          Jam pulang akademi sudah lewat sejak satu jam yang lalu. Selama itu pula Kakashi hanya berdiam diri menatap beberapa anak yang sedang bermain di halaman gedung akademi dari kejauhan.

          Tidak banyak keadaan yang berubah setelah kembali ke masa ini. Kakashi terlempar ke masa ini tepat satu hari setelah kelahiran Naruto.

          Itu berarti sang guru –Namikaze Minato dan istrinya –Uzumaki Kushina, tidak bisa dia selamatkan. Dirinya juga terlambat bertemu dan menyadarkan Obito.
Karena hal itu juga semuanya, menurut Kakashi tidak banyak yang berubah.

Sejarah Berulang [BEGIN AGAIN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang