3

213 24 0
                                    


Happy reeading!!

Tubuhnya telah terbalut dengan pakaiannya, harum lembut terdengar saat Tian melenggang "Bunda?!! Makanannya yang berada di atas meja bukan?" Suaranya sedikit mengeras agar sang bunda mendengar.

"Ya!!"

Dengan begitu Tian meraih kotak makan tersebut dan mengantarnya pada rumah yang berada di samping rumah, itu adalah rumah milik keluarganya yang di sewakan, beberapa bulan tidak ada penghuninya.

Tok.. Tok.. Tok..

Tian mengetuk pintunya, terdiam beberapa menit hingga pintu terbuka "kau?!" Pekiknya.

"Hm?"

Tian mendengus, memberikan kotak tersebut sedikit kasar pada Kalandra, yap seseorang yang di depannya adalah Kalandra "dari Bunda."

Kalandra menerimanya "terimakasih." Setelah mengucapkan hal itu dia langsung menutup pintu meninggalkan Tian dengan mulut yang sedikit mengaga.

"Tidak sopan!!" Teriak Tian.

Pintu kembali terbuka menampilkan Kalandra yang melipat tangannya di depan dada "Kata-kata itu lebih pantas untuk dirimu."

Tian menghentakkan kakinya menuang kekesalannya "sialan." Setelah mengatakan hal itu dia melenggang pergi dari tempat itu.

Membuka pintu rumahnya sendiri dengan kasar lalu berteriak "BUNDA?!!"

Sang bunda berlari sedikit cepat, khawatir terjadi sesuatu pada sang anak "ada apa nak? Kau terluka?" Tanyanya dengan cemas.

Tian menggeleng pelan dan memeluk tubuh sang bunda "seharusnya bunda katakan dari awal, jika yang mengisi rumah kita di sebelah adalah orang yang mengikuti pertukaran siswa." Rengeknya.

"Kau lupa? Jika rumah kita memang sering di tempati oleh mereka yang melakukan pertukaran siswa? Jadi sudah pasti rumah itu berisikan mereka."

Cklek..

Pintu rumah terbuka dan menampilkan sosok yang tinggi dengan menenteng tas kerja "wah ada apa ini? Apa ayah boleh bergabung juga?"

Tian menoleh sebentar lalu kembali mendekap sang bunda, namun tak lama tangan kanannya terbuka memberi isyarat pada sang ayah untuk bergabung.

Mereka berpelukan dengan hangat, Tian sangat suka saat mereka melakukan hal itu, berpelukan dan Tian merasa di sayangi, Tian memang di sayangi tapi jika berpelukan seperti itu, rasanya sangat menyenangkan.

"Ada apa denganmu nak?" Tanya sang ayah, tangannya mengelus rambut Tian yang sangat lembut, tak di jawab oleh Tian dia melirik ke arah sang istri.

"Aku tidak tau, setelah mengantarkan makanan ke rumah sebelah dia langsung berteriak, aku pikir dia luka tapi ternyata tidak ada luka sedikitpun." Jelasnya.

"Tian tidak ingin menjelaskan?" Tanya sang ayah.

Tuan menggeleng, melepas pelukannya dan menatap orang tuanya secara bergantian "emm tidak ada, hanya sedikit kesal mungkin?"

"Pada siapa?"

"Ayah tidak perlu tau."

"Apa siswa itu berlaku suatu hal yang membuatmu kesal?"

Tian mengangguk dan menggeleng "no no no." Jarinya bergerak ke kanan dan kiri dengan mulut yang sedikit di majukan, "mungkin itu juga salah Tian ayah, ah ayah lupakan hal itu, tapi Tian yang salah."

"Maksudmu apa nak?" Sang bunda mengernyit bingung tidak mengerti apa yang di maksud oleh Tian.

"Tian kesal, tapi itu salah Tian sendiri, Tian sedikit kurang sopan padanya mungkin?" Jelasnya cukup ragu, dia ingat jelas jika dia mengatakan bisu pada Kalandra itu.

"Masuk ke dalam, dan tidurlah Tian." Perintah sang ayah.

"Iya ayah."
.
.
.
Pagi-pagi di dapur sudah terlalu berisik, bunyi penggorengan dan yang lainnya, bunda mengerjapkan matanya mendengar suara berisik yang berasal dari dapur, duduk dengan cepat dan mendengarkannya dengan bingung "apa ada hantu?"

Bunda meraih tongkat golf milik sang suami, membawanya turun ke lantai bawah dengan tangan yang terus bersiap memukul, langkahnya semakin dekat dengan dapur, hendak mengangkat tongkat tersebut untuk memukul, sebelum kembali turun setelah tau siapa pelaku yang membuat suara berisik di pagi-pagi "ASTAGA TIAN!!" Teriaknya, dapur kesayangan miliknya berantakan, dengan bahan masakan yang juga jatuh berceceran.

Tian tersenyum tanpa dosa memperlihatkan barisan giginya "Tian sedang memasak sesuatu Bunda."

Bunda menepuk dahinya, lelah dengan tingkah sang anak "kau bisa memasak?"

Tian menggeleng dengan polos "tidak bunda, ini perdana Tian memasak, yah walaupun belajar dari sosial media."

"Apa yang Tian buat?"

"Sebenarnya Tian ingin membuat nasi goreng tapi rasanya buruk, terlalu banyak kecap, lalu Tian sekarang berniat membuat cookies, tapi Tian sepertinya tidak akan membuatnya, memasak nasi goreng yang gampang saja Tian tidak bisa, apalagi cookies." Meletakkan bak yang berisi adonan yang sudah di ulen oleh Tian walaupun tidak begitu halus.

Bunda mendekati Tian, mengambil sedikit adonannya dan menyicip rasanya "ini sudah pas, hanya tinggal cetak membundar pada loyang ini Tian, bunda akan membantumu."

Mereka mulai membuat cookies, tapi keadaan sudah tidak berantakan lagi, tidak ada alat masak yang menghasilkan suara yang keras, bunda meringis pelan melihat penggorengannya terdapat goresan "berapa kekuatan dirimu saat mengaduk nasi goreng pada pan bunda?"

"Ada apa bunda? Kenapa bertanya hal itu?"

Bunda menunjuk pada goresan pada pan miliknya "lihat sendiri bukan? Sepertinya bunda harus membeli yang baru."

"Hanya terdapat goresan sedikit kenapa bunda harus membeli lagi?"

"Jelek."

Mereka menyelesaikan acara memasaknya, cookies buatan Tian yang di bantu oleh bunda sangat menggugah selera "sebenarnya ini untuk siapa Tian?"

"Seseorang bunda."

"Kekasihmu?"

Tian menggeleng dengan cepat "seseorang yang belum terlalu aku kenal."
.
.
.
Tian langsung menunggu Kalandra di depan rumahnya, melihat Kalandra yang baru saja keluar seorang diri, Tian menghamoirinya dengan tergesa-gesa "sebentar."

Kalandra manatap Tian penuh tanda tanya, alisnya terangkat satu "apa?"

Tian memberikan kotak yang berisi cookies tersebut "ini terimalah, sebagai permintaan maafku padamu karena mengatakan hal buruk tentangmu, itu aku katakan tanpa sadar, maafkan aku, aku menyesal dan mengaku salah, sebagai permintaan maafku, terimalah cookies ini, aku membuatnya sendiri dengan tanganku ini."

Kalandra terdiam sejenak lalu menerimanya "hm." Hanya jawaban singkat yang Tian dapatkan, tapi itu saja sudah cukup baginya.

Tian tersenyum "semoga rasanya enak, aku pergi terlebih dahulu, semoga setelah ini semuanya menjadi baik." Tian melangkah pergi meninggalkan Kalandra seorang diri.

Kalandra menatap kotak yang berwarna pink yang saat ini berada di genggamannya itu, membukanya dan mengambil salah satu cookies lalu di lahapnya "enak."

Kembali masuk ke dalam rumah dan meletakkan kotak tersebut di dalam kamarnya, di rumah itu dia tidak tinggal seorang diri, ada beberapa pertukaran siswa yang juga ikut tinggal disana, dia ingin egois tidak ingin berbagi cookies itu.

Bersambung..

KalandraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang