6

186 22 0
                                    


Happy reading!!

Malam tiba, langit telah ditaburi oleh bintang-bintang dan satu bulan yang menawan. Sesuai perkataan mereka berdua, jika Kalandra dan Tian sepakat pergi ke pasar malam di area lapangan.

Tian mematut dirinya di depan cermin, biasanya dia tidak terlalu memperhatikan tampilannya tapi untuk sekarang dia ingin melakukannya, banyak pakaian yang berserakan di lantai dan kasur, tapi dia merasa tidak cocok di gunakannya.

Hingga pilihan terakhir Tian jatuh pada celana Jeans dan hoodie oversized warna pink, tak lupa dia juga menggunakan topi putih.

"TIAN!! KALANDRA MENJEMPUTMU." Teriakan sang bunda membuat Tian dengan segera turun ke lantai bawah, berpamitan pada kedua orang tuanya yang sedang bermesraan.

Tian hendak duduk di kursi depan tapi Kalandra menghalanginya "ada apa?"

"Biar aku saja yang menyetir, kau duduk di belakang." Mendorong pelan tubuh Tian dan dia duduk di depan.

Tian menurut saja, dia duduk di kursi belakang dan menekuk lututnya, dia ragu untuk berpegangan pada pakaian Kalandra.

"Pegangan, bagaimana jika kau terjatuh." Ujar Kalandra.

"Tapi..." Tangan Tian di raih oleh Kalandra yang masih ragu, dia mengarahkan kedua tangan Tian untuk memeluk pinggangnya.

"Jika begini kau aman."

Tian menunduk malu, terdapat rona merah di pipinya, jantungnya tengah berdetak kencang "tenang..." Ujarnya dengan pelan menenangkan dirinya sendiri.

Kalandra menjalankan sepeda listriknya, dengan arahan dari Tian karena ia belum tau letak lapangan di mana. Hanya membutuhkan waktu lima menit untuk mereka tiba di lapangan, di sana telah ramai orang yang ke sana ke sini untuk melihat segala pernak-pernik dan jajanan yang di jual.

Tian menatap semuanya dengan semangat, lama sekali rasanya dia tidak mengunjungi pasar malam, alasannya hanya karena ia tidak memiliki teman untuk datang.

Tanpa sadar Tian meraih tangan Kalandra dan menariknya ke arah kerumunan, dia penasaran kenapa dari sekian banyak tempat, hanya tempat itu yang di kerumuni oleh banyak orang.

Tian menjijikkan kakinya saat tak bisa melihat dengan baik apa yang berada di tengah, dia menggerutu sebal dengan bibirnya yang dimajukan "issh."

Kalandra tersenyum tipis, sejak tadi dia melihat perilaku Tian yang baginya sangat lucu. Tanpa bersuara, dia meraih pinggang Tian dan menariknya hingga berada tepat di depannya dan dengan mudahnya dia mengangkat Tian agar bisa melihat apa yang sedang di kerumuni "kau bisa melihatnya?"

Tubuh Tian kaku, detakan jantungnya bertambah cepat, dia mengangguk pelan "i-iya." Tian melirik sekitar, pasti ada banyak orang yang melihat ke arahnya, "bisa tu-turunkan a-aku?"

Kalandra kembali menurunkan tubuh Tian, dia bisa melihat dengan jelas wajah Tian yang telah memerah "jadi apa yang berada di tengah?"

"Hanya musikal, kita pergi saja." Tian melangkah menjauhi kerumunan, dia bahkan tak lagi menggandeng tangan Kalandra.

Mereka berhenti di tempat yang berjualan aneka sosis dan seafood bakar, Tian membelinya bahkan tak lupa dia juga membelikan Kalandra.

Setelah mereka mendapatkan makanannya, mereka mencari tempat duduk dan meletakkan semua makanannya di atas meja, mereka duduk saling berhadapan.

Membuka muka sosis sedikit tergesa-gesa hampir membuat sosisnya jatuh "pelan-pelan." Peringkat Kalandra, "tidak ada yang akan mengambilnya, jika kau kurang, kau bisa ambil ini." Mendorong sosis yang dibelikan oleh Tian, "ambil."

Tian menggeleng, dia kembali mendorong sosis Kalandra "ini milikmu, aku hanya lama tidak makan ini dan rasanya aku tak sabar sekali."

Mereka makan makanan yang Tian beli diselingi canda tawa, Kalandra menunjuk ke arah sudut bibirnya sendiri memberi tau pada Tian jika terdapat saus di sudut bibirnya. Ya seperti kebanyakan drama jika Tian tidak bisa menghapusnya hingga Kalandra mengusap sudut bibir Tian dengan lembut.

Tian menunduk malu, dia juga menggigit bibir bawahnya menahan teriakannya. Kalandra hanya menggeleng melihat reaksi Tian, dia melirik ke arah jam tangannya yang melingkar di peegelangan tangan kirinya, tanpa sadar mereka menghabiskan waktu hampir dua jam "sebentar lagi kita pulang, habiskan semua makan ini."

Mendengarnya bibir Tian mengerucut "kenapa cepat sekali?!" Ujarnya tak terima, "jam mu saja yang mati."

"Lihat jam pada ponselmu, aku yakin sama."

"Aku tak membawa ponsel." Sambar Tian dengan cepat.

Kalandra menghela nafasnya "kita harus pulang, besok kita sekolah, bagaimana jika telat, kau telat mungkin tidak akan berpengaruh pada nilai, tapi aku yang mengikuti pertukaran pelajar akan sangat berpengaruh, lebih baik kita pulang, dan jika ada waktu yang banyak aku berjanji akan mengajakmu berjalan-jalan sepuasmu."

Tian menunjukkan jari kelingkingnya "pinky promise?"

Kalandra menerimanya, dia menautkan jari kelingkingnya pada Tian "sekarang kita pulang, tidak masalah bukan?"

Tian mengangguk "tapi kau sudah janji jika ada waktu kau akan mengajakku berjalan-jalan."

Kalandra mengangguk mantap "pasti akan aku lakukan."

Mereka kembali ke rumah masing-masing dengan Tian yang membawa banyak makanan, seafood yang ia beli untuk kedua orang tuanya.

Sang bunda menatap terkejut ke arah belanjaan Tian setelah ia membukanya "Tian!! Siapa yang membiarkanmu memakan seafood?!!" Kesalnya, Tian memiliki alergi terhadap makanan seafood, sebentar lagi pasti dia akan gatal-gatal, memang reaksi alerginya tidak cepat, beberapa jam setelah mengonsumsi seafood tanpa dihitung.

Tian menggaruk kepalanya, dia menunduk tak berani melihat ke arah sang bunda "Tian.." Lirihnya.

Bunda memejamkan matanya dan melejit hidung bagian atasnya "kau lupa dengan alergimu Tian?"

Tian menggeleng "Tian ingin makan seafood lagi." Sedihnya, dari dirinya taman kanak-kanak sudah tidak diperbolehkan mengkonsumsi seafood setelah Tian datang dengan bintik-bintik merah di seluruh tubuhnya.

Reaksi dari alerginya telah datang, Tian mulai menggaruk tangannya bahkan lehernya "bun.."

"Itu akibat kau makan seafood, sekarang minum obatmu dan besok jangan masuk sekolah."

Tian menuruti perkataan sang bunda, dia dengan lekas meminum obat dan jatuh tertidur dengan pulas. Bunda datang ke kamar Tian dengan bedak gatal di tangannya, dia membuka baju tidur Tian dan membalurkan bedak tersebut di area dada hingga perut Tian.

"Aku melihat banyak seafood di meja, apa Tian memakannya?"

"Tak hanya memakan, dia juga yang membelinya, mungkin membeli di pasar malam yang di kunjunginya."

Ayah mendekat dan mengelus dahi Tian, dia mengecup dahi Tian dengan sayang "anak nakal, kenapa sering melanggar aturan." Gumamnya.

"Seharusnya Kal–"

"Jangan salahkan orang lain, dia masih baru dan tidak tau jika Tian memiliki alergi, jangan menyalahkan orang lain disaat anak kita sendiri yang salah, sudah lama Tian tau jika dia memiliki alwrgi6, tapi kenapa dia tetap mengkonsumsi seafood? Jangan salahkan Kalandra." Sela sang ayah, "aku yakin jika Kalandra tau Tian memiliki alergi, dia juga tidak akan membiarkan Tian memakan seafood." Lanjutnya.
.
.
.
Keesokannya Kalandra bersekolah seperti biasa, dan saat istirahat dia berjalan-jalan mengelilinginya sekolahnya, dan saat tepat di depan kelas Tian, dia dihadang oleh satu orang laki-laki yang setinggi Tian "apa?"

"Tian tidak masuk karena sakit."

"Sakit?" Bingung Kalandra, seingatnya tadi malam dirinya dan Tian tengah pergi ke pasar malam dengan cuaca yang tidak buruk.

Teana mengangguk, dia memang yang menghadang seorang Kalandra "dia alergi seafood dan katanya tadi malam dia memakan seafood."

Bersambung...

KalandraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang