5

209 21 0
                                    


Happy reading!!

Tian menunggu Kalandra di ruang tamu, ada beberapa snack di meja yang disediakan oleh dirinya, untuk Kalandra? Jika mau ambil saja, tapi selebihnya itu untuk dirinya, mengerjakan tugas tanpa memakan sesuatu itu membosankan.

Tian memainkan pensil miliknya, bunyi ketukan terdengar saat pensil itu beradu dengan meja tamu, dia terlihat bosan menunggu Kalandra, padahal masih belum sampai lima menit.

"TIAN ADA SESEORANG YANG MENCARIMU
!!" Teriak sang bunda.

"BIARKAN DIA MASUK BUNDA!" Balas Tian berteriak.

Kalandra datang dengan membawa buku tebal, Tian meringis membayangkan jika Kalandra meminta dirinya untuk membaca seluruh buku itu.

Kalandra duduk di lantai mengikuti Tian, meletakkan buku pada meja dan mengeluarkan buku sekolah miliknya "aku akan membantumu tapi aku juga akan mengerjakan tugasku, kau tidak masalah?" Tanya Kalandra.

Tian mengangguk "ya." Tian memberikan bukunya pada Kalandra, "ini tugasku."

Salah satu alis Kalandra terangkat "kenapa kau memberikannya padaku?"

"Untuk mengerjakan ini." Ujar Tian dengan tenang.

"Tadi kau mengatakan meminta bantuanku bukan?" Tian mengangguk mengiyakan pertanyaan Kalandra, "apa membantu artinya mengerjakan semuanya?" Tian menggeleng dengan pelan, "jadi, kerjakan terlebih dahulu, jika ada yang tidak mengerti, tanyakan padaku."

"Aku tidak mengerti semuanya, jadi bantu aku, jika aku mengerti, aku tidak akan meminta bantuanmu." Jelas Tian.

Kalandra menghela nafasnya, menerima buku milik Tian dan membaca dengan baik soal soalnya "Sebuah mobil bergerak dengan kecepatan 20 m/s dan mengalami percepatan 5 m/s^2. Berapakah kecepatan mobil setelah 4 detik?" Ujar Kalandra membaca soalnya.

Tian mengedikkan bahunya "aku tidak tau, kenapa aku harus repot menghitung kecepatan mobil?"

Sekali lagi Kalandra menghelas nafasnya, dengan baik dia menjelaskan dan menyelesaikan satu soal milik Tian "kau harus dengarkan aku, aku yang mengerjakannya tapi kau harus paham, kau mengerti?"

Tian mengangguk "aku akan mencoba memahami."

"Untuk menyelesaikan soal ini, kita bisa menggunakan persamaan kinematika:

v = u + at

dimana v adalah kecepatan akhir mobil, u adalah kecepatan awal mobil, a adalah percepatan mobil, dan t adalah waktu yang ditempuh.

Substitusikan nilai yang diberikan ke dalam persamaan ini:

u = 20 m/s (kecepatan awal mobil)
a = 5 m/s^2 (percepatan mobil)
t = 4 s (waktu yang ditempuh)

v = u + at
v = 20 m/s + (5 m/s^2 x 4 s)
v = 20 m/s + 20 m/s v
= 40 m/s

Sehingga, kecepatan mobil setelah 4 detik adalah 40 m/s." Jelas Kalandra, tangannya dengan lihai menulis rumusan dan penjelasannya.

Tian mengerjapkan matanya yang berbinar, kagum karena Kalandra dengan cepat mengerjakan soalnya "bagaimana kau bisa pintar?"

"Membaca dan mencoba mengerjakan soal." Jawab Kalandra, menarik buku yang sebelumnya ia bawa, buku yang sangat tebal, lalu ia mendorongnya ke meja di depan Tian, "baca ini, aku akan meminjamkannya untukmu."

Tian terpaksa tersenyum, dengan pelan dia kembali mendorong buku tersebut untuk kembali berada di depan Kalandra "terimakasih sebelumnya, tapi aku tidak membaca ini."

"Kau membaca apa?"

"Novel, aku lebih menyukai membaca novel daripada buku pelajaran, jika ditanya hobiku apa, maka aku akan menjawab membaca novel." Jelas Tian.

"Cobalah membaca dua lembar atau tiga lembar."

"Jangankan dua lembar, menatapnya saja tanpa membacanya pun membuatku pusing, menatap rumus yang bertumpukan membuat mataku rabun." Keluh Tian.

"Kau tidak ingin pintar?"

"Aku ingin, tapi kata ayah jangan paksakan, kau belajar sesuai dengan kemampuanmu, ay–" Tian dan Kalandra melihat ke arah orang yang memotong ucapan Tian, ternyata sang ayah.

"Ayah tidak ingin putra ayah ini tersiksa dan tidak menikmati sekolah, asal tidak membolos dan mengerjakan tugas itu sudah cukup, apa gunanya nilai jika putraku memiliki batin dan pikiran yang tersiksa jika di paksakan, kembali ke awal jika nilai tidak begitu di butuhkan yang penting putraku senang." Potong sang ayah, dia baru saja datang dari kantor dan berkunjung ke sekolah miliknya, dia mendekat dan duduk di sofa dekat Tian, mengelus rambutnya yang terasa lembut sekali di tangannya, "banyak anak yang merasa tertekan karena orang tuanya yang menginginkan anaknya pintar dan mendapat nilai sempurna, tanpa mengerti dan tau bagaimana sang anak harus belajar keras dan tidak ada jeda, mental sang anak pasti terganggu dan ayah tidak menginginkan hal itu terjadi pada Tian."

Tatapan Kalandra berubah kagum dengan sosok ayah Tian yang pengertian, menunjukkan senyuman lebarnya dan mengangguk kecil "aku senang ternyata bapak memiliki pemikiran yang baik dan masih memikirkan anak bapak."

Ayah tersenyum lebar menunjukkan dimple yang selalu Tian sukai, jika tidak ada Kalamdra mungkin dia akan menusuk-nusuk dengan jarinya "aku berusaha yang terbaik untuk anakku tapi bukan dalam hal pendidikan saja, tapi kesehatan mental." Ayah berdiri dari duduknya, "Kalandra terimakasih kau mau mengajarkan putraku dan mau di repotkannya, jangan panggil aku terlalu formal seperti itu jika di rumah, panggil paman saja, ayah pergi ke kamar terlebih dahulu." Pamitnya.

Kalandra mengangguk walaupun dia sungkan untuk memanggil paman, seolah dia keluarganya padahal dirinya hanyalah orang asing "kau beruntung Tian."

"Benarkah?"

Kalandra mengangguk "ayahmu terlihat sangat perhatian."

"Ayah memang yang paling hebat, dia pahlawanku." Ujar Tian dengan riang bak anak tk ketika membacakan pidato.

"Menggemaskan" Gumam Kalandra yang tak di dengar oleh Tian.

"Kau jangan pulang karena aku menyelesaikan tugasnya, kau kerjakan saja di sini karena aku ingin menatapmu eh maksudku untuk mengetahui bagaimana sulitnya kelas selanjutnya nanti." Kelopak mata Tian melebar karena tanpa sengaja mengatakan hal yang memalukan.

Kalandra terkekeh dan kembali menatap buku miliknya "jika ingin menatapku, tatap saja, aku tidak keberatan" Celetuknya.

Tian menjadi salah tingkah, dia merutuki bibirnya yang mengatakan hal itu begitu saja, membuatnya malu tak kepalang "ka-kau ke-kerjakan saja." Tian beranjak dari duduknya dan pergi ke arah dapur guna menghindar dari Kalandra, dan dia juga ingin mengambil air dingin untuknya dan Kalandra. Setelah dia rasa maunya telah hilang, dia kembali ke ruang tamu dengan dua gelas dan satu teko berisi air dingin, meletakkannya dan menuangkannya untuk Kalandra dan dirinya "minumlah."

Kalandra mengangguk, meraih cangkir yang berisi air itu dan meneguknya sedikit lalu dia kembali berfokus pada tugas miliknya.

Tak ada percakapan, hening melanda di ruangan itu, Kalandra yang fokus pada tugasnya dan Tian yang sibuk memakan snacknya dengan sesekali mencuri pandang pada Kalandra, betapa tampannya makhluk ciptaan Tuhan di depannya itu.

"Kalandra." Panggilan darinya tidak dihiraukan, Tian terdiam setelah mengingat kejadian di kelas Kalandra tadi, dengan ragu dia membuka mulutnya ingin berkata tapi kembali terkatup, menghirup nafasnya cukup lama laku menghembuskannya "ma-mas.." Lirihnya.

"Hm." Saut Kalandra namun dengan tangan dan matanya yang tetap fokus pada tugas.

Tian mencubiti paha miliknya, bohong jika mengatakan dirinya tidak salah tingkah, sangat salah besar. Karena tidak ada sahutan lagi dari Tian, Kalandra mengenai tikan menulisnya dan mengubah pandangannya ke arah Tian "ada apa?"

"A-aku ingin mengajakmu ke pasar malam di lapangan nanti malam, kau mau?"

Kalandra terdiam beberapa detik sebelum mengangguk menyetujuinya "boleh, tapi aku tidak memiliki sepeda motor, kau tau aku di sini mengikuti pertukaran pelajar."

"Aku punya, sepeda listrik."

"Kita akan ke sana nanti malam, biarkan aku menyelesaikan tugasku dulu."

Bersambung...

KalandraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang