Happy reading!!!Pulang sekolah Kalandra tak bisa bersama Tian, dia memiliki urusan dengan organisasinya "maafkan aku, kita tidak bisa pulang bersama." Sesal Kalandra, tapi sejak awal dirinya memang ingin mengikuti organisasi PMR tersebut.
Tian mengangguk memberikan senyuman lebarnya "tidak masalah, aku senang."
"Senang?" Alis Kalandra terangkat salah satunya tak mengerti apa yang dimaksud oleh Tian.
Tian mengangguk "cita-citaku ingin menjadi dokter tapi ayah tidak memperbolehkannya, ayah memintaku untuk menjadi pengusaha seperti dirinya. Karena kau kekasihku maka aku ingin kau menjadi dokter kelak." Cerianya.
Kalandra mengusak rambut Tian "semoga saja itu bisa terjadi, aku akan menjadi dokter."
"Aku pulang dulu." Tian berbalik namun tangannya di cekal oleh Kalandra membuatnya kembali menatap ke arah Kalandra, "ada apa?"
"Sebelum pulang panggil aku."
"Kalandra?"
"Tidak."
Tian mengerjapkan matanya, melihat situasi sekitar "mas, Tian pulang dulu yah." Ujarnya, dia bahkan tengah menunduk malu menyembunyikan rona pipinya, ah panggilan itu sungguh membuat jantungnya berdetak dengan cepat.
Kalandra tersenyum lebar "terus panggil aku seperti itu Tian, biasakan, aku senang kau memanggilku seperti itu."
Tian mengangguk "akan aku usahakan."
Mereka berpisah, Tian bersenandung dengan mengendarai sepeda listriknya, memarkirkan sepedanya pada garasi setelah ia sampai pada rumahnya.
Bunda yang melihat perubahan sang anak hanya membiarkannya saja, menunggu waktu yang tepat untuk bertanya pada Tian "bersihkan tubuhmu lalu makanlah Tian." Ujarnya.
"Iya bunda."
Tian membersihkan tubuhnya, menggunakan pakaian santainya dan turun pada lantai bawah, mereka duduk pada kursi makan, sebenarnya tidak dipaksakan karena hari masih sore, tapi terkadang Tian kelaparan saat pulang sekolah membuat itu semua menjadi biasa, makan sore tentu tanpa sang ayah karena masih berada di kantor.
Setelah selesai Tian habiskan waktunya di depan televisi, mencari siaran yang baginya menarik, apalagi jika bukan kartun, umurnya memang bisa dikatakan telah dewasa tapi kartun akan tetap menjadi kesukaannya, dia bisa bernyanyi bahkan terhibur dengan tingkah konyol tokoh kartun.
Bunda yang memperharikan dari belakang menggeleng pelan dan gemas melihat tingkah sang anak, melangkah mendekat dan duduk pada sofa belakang Tian karena Tian memilih duduk pada karpet bulu. Tangan lentiknya mengelus rambut Tian yang terasa sangat lembut, seperti rambut bayi.
Kartun yang ditayangkan telah selesai, berganti dengan iklan-iklan produk, dan pada pertengahan siaran iklan tersebut berganti pada berita. Wajah Tian menyendu melihat apa yang diberitakan, menunduk dalam dan memilin kaosnya.
'Beberapa remaja diketahui memiliki hubungan sesama yang berujung diusir'
Bunda menyadari perubahan raut wajah sang anak, otaknya berputar saat apa yang dikatakan sang suami tempo hari dan semakin dikuatkan dengan tingkah Tian yang berubah secara cepat setelah melihat berita.
Tak mau membuat sang anak larut dalam sedih, dia meraih remote televisi dan mengubah chanel yang hanya berisi kartun "lihat itu nak." Lembutnya.
Tian kembali berpusat pada kartun yang ditampilkan, melupakan kesedihan yang terjadi sangat singkat barusan "bunda pergi ke kamar dulu, jika kau lelah kembali ke kamarmu dan istirahat."
"Okey~"
Malam telah tiba, Tian tidak ada agenda untuk pergi ke luar bersama Kalandra, lagipula mereka masih bisa bertemu di sekolah, yah walaupun Tian dengan berat hati menyetujuinya.
Beralih pada bunda dan ayah yang saat ini berada di dalam kamar, ayah yang duduk pada ranjang bersandar pada kepala ranjang dengan membaca berita pada ponselnya sedangkan bunda tengah meminum teh hijau pada gelas kecil, rutinitas yang selalu ia lakukan setiap malam.
Ayah sesekali melirik ke arah bunda, melihat sang istri yang termenung walaupun masih meminun tehnya, pandangannya terlihat kosong.
Ayah mematikan ponselnya dan melangkah mendekat ke arah bunda, duduk tepat di kursi kecil di depan bunda "ada apa? Sepertinya kau tengah memikirkan sesuatu, ceritakan padaku."
"Ucapanmu tempo hari tentang Kalandra dan Tian sepertinya benar." Jawabnya dengan pelan.
"Perasaanku memang tidak salah."
"Bagaimana masa depannya? Kau tidak akan membiarkannya bukan?"
Ayah meraih tangan bunda dan mengelus punggung tangannya dengan ibu jarinya "biarkan saja, tidak lama pasti hubungan mereka putus, aku yakin itu."
"Seyakin itu?"
"Tian adalah orang yang mudah bosan, apalagi dengan hubungan yang baru saja ia lakukan, biarkan terlebih dahulu, lagipula apa yang ingin kau lakukan dengan hubungan mereka? Kau memiliki cara untuk memisahkan mereka?"
Bunda menggeleng "aku tidak tega, saat tadi Tian bersedih hanya karena melihat hubungan sesama jenis yang tidak diterima di sini."
"Sebab itu aku membiarkan mereka, yang aku pedulikan hanya Tian, aku tidak ingin putraku bersedih."
"Tapi jika dibiarkan bagaimana jika hubungan mereka akan terus berlanjut sangat lama? Kehidupan tentu bukan hanya tentang cinta bukan? Tian juga akan menua, siapa yang akan merawatnya jika bukan anaknya."
Ayah terdiam membisu "sungguh aku tidak tau dan aku akan mencari solusi dari ini, apakah hubungan mereka akan tetap bisa berlanjut atau tidak." Ujarnya setelah diam beberapa saat.
.
.
.
Yah hari memang berjalan sangat cepat, lihatlah sang rembulan yang saat ini telah tergantikan oleh matahari menyinari bumi, membuat kehidupan bertambah menghangat.Seperti hari biasa Tian akan berangkat sekolah, yang menjadi perbedaan hanya dia yang akan berjalan bersama Kalandra.
Memiliki hubungan yang baru saja tentu masih memiliki perasaan yang manis, cinta yang bergemuruh dan selalu membuat hati berdetak kencang.
"Kau sudah siap?" Tanya Kalandra.
"Siap." Uajrnya dengan smangat, tapi setelahnya dia menatap bingung ke arah punggung Kalandra, dia belum kunjung menjalankan sepedanya, sedikit memiringkan tubuhnya agar dapat melihat Kalandra dari bawah, "ada apa?"
"Kau melupakan apa yang aku katakan kemarin." Dengusnya.
Tian mengulum bibirnya, melirik ke arah rumah takut jika orang tuanya mengintip hingga mendengar perkataannya "aku siap mas."
Kalandra tersenyum dengan lebar, mulai menjalankan sepeda listriknya dengan kecepatan maksimal "kau mau ikut aku nanti?"
"Kemana?" Berbeda saat menggunakan sepeda motor karena pasti tidak akan bisa mendengar dengan jelas yang diucapkan, tapi karena mereka menggunakan sepeda listrik Tian bisa mendengar dengan jelas suara Kalandra.
"Toko buku, jika tidak mau tidak apa-apa."
"Aku mau." Ujarnya cepat, walaupun ia tidak tau akan membeli apa nantinya yang penting dia ikut saja dan bisa menikmati waktu dengan Kalandra berdua saja.
"Nanti saat telah berada di sekolah, hubungi orang tuamu dan minta ijin, karena kita tidak akan pulang terlebih dahulu."
Tian mengangguk "iya, aku akan menghubungi bunda."
Mereka telah samapai pada sekolah, kedekatan mereka membuat tatapan tanya dari para murid namun tidak berani bergosip, siapa yang berani membicarakan Tian anak sang pemilik sekolah, mereka takut dikeluarkan begitu saja, karena saat mereka dikeluarkan dari sekolah tersebut akan sangat sulit untuk bersekolah di tempat lain karena nama mereka yang telah dianggap buruk.
"Kau belajarlah yang rajin."
"Iya mas, mas juga ya." Walaupun ucapan Kalandra tidak bervariasi tapi Tian tetap suka, perkataannya ia jadikan semangat untuk belajar.
Bersambung...
KAMU SEDANG MEMBACA
Kalandra
Randomini bercerita tentang Tian yang mengaku dirinya seorang pihak atas, selalu menolak jika terdapat beberapa orang yang mengatakan dirinya cantik. sejujurnya gak bisa buat deskripsi, baca dulu, tertarik lanjut saja. Kalandra as Jaehyun Tian as Taeyong