13

141 16 0
                                    


Happy reading

Raut wajah Kalandra berubah kecut, dia mengumpulkan keberanian untuk menyatakan perasaan tapi yang ia dengar adalah penolakan dengan wajah yang datar "kenapa?"

Tian meminum air lagi dengan tenang "kau menyatakan perasaan seperti itu, tidak romantis." Ujarnya.

"Apa jika romantis kau akan menerimanya?"

"Tidak juga." Ujar Tian dengan nada yang menggoda.

"Lalu kenapa alasannya begitu?"

"Coba kau bertanya kenapa tidak?"

"Kenapa tidak?"

"Tidak menolak maksudku." Seulas senyum dari Tian terlihat, dia saat mendengarnya sangat gugup, tapi untuk menerima Kalandra begitu saja tanapa menggoda bukankah membosankan?

Kalandra mengerjapkan matanya, mengolah kata-kata Tian yang baru sampai di otaknya lalu setelahnya dia tersenyum lebar hingga memunculkan dimple "ka-kau?" Ujarnya tak percaya.

"Maafkan aku, tapi cara menyatakan perasaanmu seperti ini, pertama kau menatap ke arah lain lalu setelah ditegur baru kau mengatakannya dengan menatapku, aku membalas dengan mengusilimu." Jelas Tian panjang.

Kalandra meraih tangan Tian dan mengelusnya dengan lembut "kau tau, untuk menyatakan perasaan membutuhkan keberanian, a-aku gugup hingga tidak menatap dirimu."

Tian mengangguk mengerti "aku juga gugup dan tidak percaya."

Mereka saling terdiam dengan senyuman lebar sebelum perkataan Kalandra membuat Tian ingin melemparkan gelas pada kepalanya "itu artinya kau menerima dirimu sebagai pihak bawah?" Ejek Kalandra.

"Kau?!"

Kalandra terkekeh, berdiri dari duduknya dan melangkah untuk membayar yang mereka makan, lalu setelahnya dia kembali untuk mengajak Tian berjalan kaki memutari tempat itu, beruntung sekali spot yang mereka pilih terdapat taman.

Kalandra memeluk Tian dari samping, mereka berjalan di trotoar "kau pihak atas, kau hanya pihak bawah untukku." Mengecup rambut Tian di mana dia bisa mencium harum yang manis dari rambut itu.

Tian menenggelamkan wajahnya pada dada Kalandra dan merengjuh tubuh Kalandra "ya, aku pihak bawah hanya untukmu." Balas Tian.

Mereka duduk di kursi taman, bercanda tawa dan kembali berpelukan, tidak mengawasi sekitar, hal biasa ketika berpacaran, dunia seolah milik mereka yang lain hanya menumpang.

Mereka menghabiskan waktu dengan baik, bercerita tentang mereka diri sendiri untuk saling mengenal lebih dalam, maklum saja mereka tidak terlalu saling mengenal dan langsung menjadi kekasih.

Kalandra melirik jam tangan yang mslingkar di pergelangan tangannya, matanya membola terkejut saat mereka menghabiskan waktu sangat lama "kita harus segera pulang, sudah pukul 22.00"

"Tidak mau~" Dia masih ingin menikmati Kalandra, untuk berpisah karena akan malam dia tidak ingin.

Kalandra menghela nafasnya "orang tuamu akan khawatir, lagipula apa kau tega membuatmu namaku buruk karena mengajak anak mereka keluar sampai lupa waktu? Ayo kita pulang."

Tian merengut tapi menuruti Kalandra, berdiri dari duduknya dan kembali ke tempat sepeda mereka di parkirkan, dia tidak boleh merusak nama baik Kalandra hanya karena dirinya, tapi dia benar-benar ingin bersama Kalandra untuk waktu yang lama.

Kalandra menghentikan laju sepedanya setelah sampai di depan rumah Tian, dia turun tapi Tian tetap saja duduk pada jok "Tian kita telah sampai." Namun Tian hanya diam dan terus menatap ke arahnya, menggoyangkan tangannya ke depan wajah Tian, "Tian?"

KalandraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang