14

133 16 0
                                    


Happy reading!!

Pagi yang cerah secerah senyuman seorang Tian yang baru saja turun dari lantai kamarnya, dengan menggendong tas pada punggungnya dia terlihat sangat bersemangat untuk pergi ke sekolah, tidak biasanya.

Dia duduk pada kursi makan, orang tuanya hanya membiarkan tanpa menanyakan kenapa Tian sangat ruang pagi itu, mereka makan dengan tenang sebelum suara bel menghentikan mereka.

Bunda berdiri dari duduknya "aku akan membuka pintu terlebih dahulu." Dia melangkah ke arah pintu luar dan membukanta, Kalandra telah berdiri di depan rumah dengan seragam yang rapi, "masuklah." Ajak sang bunda.

Tian tersenyum lebar melihat kedatangan Kalandra, dengan cepat dia memasukkan makanan dan mengunyahnya dengan cepat.

"Aku akan menunggu, jangan mengunyah sangat cepat atau kau akan tersedak." Ujar Kalandra.

Tian memelankan makannya, terlihat sangat penurut, orang tua Tian hanya diam membisu "kau sudah sarapan Kalandra?" Tanya ayah.

Kalandra mengangguk "iya paman, aku sudah sarapan."

"Kau sangat rajin ya, jam segini kau telah melakukan sarapan pasti kau bangun sangat pagi." Puji ayah.

Kalandra tersenyum tipis "begitulah paman, aku harus menyiapkan segala keperluan sendiri karena aku berada di kota lain."

Mereka bertiga memandang takjub Kalandra, banyak nilai plus yang mungkin Kalandra akan kantongi nantinya jika dia terus melakukan hal itu.

"Aku selesai, ayah bunda aku akan pergi dengan Kalandra, sampai jumpa." Pamit Tian.

Kalandra membungkukan tubuhnya "saya pergi paman bibi."
.
.
.
Mereka sampai pada sekolah, Kalandra memarkirkan sepeda listrik tersebut dan menyusul Tian yang menunggu di depan parkiran.

"Ayo ke kelas." Untuk pertama kalinya Tian merasa sangat senang dan bersemangat untuk sekolah, bahkan rasa-rasanya ia ingin menginap di sekolah bersama Kalandra.

Kalandra mengantar Tian ke kelas, mengusap rambut kepala Tian "kau rajinlah, seperti kata ayahmu, jangan membolos walaupun kau tak mengerti pelajarannya."

Tian mengangguk "iya, kau juga." Kalandra sudah pasti rajin berbeda dengannya, tapi kata apa yang harus Tian ucapkan jika bukan itu.

Mereka berpisah, Tian langsung masuk ke dalam kelas dan duduk pada kursinya, dia menelungkupkan kepalanya pada lipatan tangannya.

"Aku melihat pemandangan yang indah tadi seolah dunia hanya milik berdua, aku lewat saja tidak disapa."

Tian mengangkat sedikit kepalanya dan menatap ke arah Teana dan tersenyum lebar "maafkan aku, aku tidak melihatmu." Jujur Tian.

"Ya, karena matamu hanya tertuju pada Kalandra."

"Benar, jadi maafkan aku, aku sungguh tidak melihatmu."

"Tidak masalah." Teana mengubah kursinya ke arah Tian lalu ia duduk kembali, "aku melihat warna cinta pada kalian, kau memiliki hubungan dengan Kalandra?" Tanyanya.

Tian mengangguk "iya, tadi malam dia menyatakan perasaan padaku, tidak romantis tapi aku menyukainya, hatiku berdebar-debar saat mendengar pernyataan darinya." Jelasnya, "kami resmi berpacaran tadi malam."

"Terlihat senang sekali, jika kau menjalani hubungan ini sangat lama maka aku akan bangga padamu."

"Maksudmu?"

"Tidak mungkin hubungan kalian hanya beberapa minggu atau beberapa bulan, paling tidak kalian bisa bertahan sampai bertahun-tahun maka aku akan bangga."

KalandraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang