10

144 21 1
                                    


Happy reading!!!

"Hiks.. Hikss..." Suara tangis itu berasal dari Tian yang berdiri di samping jembatan, orang yang melihatnya mungkin akan berpikir masalah yang ia alami sangat berat hingga memilih akan melakukan bunuh diri.

Berkali-kali banyak orang yang menghampiri Tian dan memintanya untuk tidak melakukan hal konyol itu, namun Tian membalasnya jika dia tidak akan melakukannya, dia hanya tidak tau akan pergi kemana, mengatakan hal itu membuat Tian disangka tengah diusir keluarganya, ada beberapa orang dengan baik yang menawarkan Tian untuk tinggal, tapi tentu Tian menolak karena dia memiliki rumah dan ayah bundanya pasti akan khawatir karena ia tidak pulang, "terimakasih telah khawatir tuan dan nyonya, aku hanya ingin menenangkan diri di sini."

Pluk!

Terdiam menatap aliran sungai yang membuatnya sedikit tenang hingga dia terkejut dengan sebuah tepukan pada bahunya "kau ingin bunuh diri?"

Tian menggeleng "aku hanya menenangkan diriku Teana." Seseorang yang menepuk pundaknya adalah Teana yang bisa ia lihat di belakangnya berdiri kekasih Teana yang baginya menakutkan.

Teana melirik ke arah kekasihnya memintanya untuk sedikit menjauh yang untung saja langsung dimengerti "aku akan menunggu di kedai itu, jika selesai hubungi aku."

Tian terkejut dengan suara kekasih Teana, sangat berbeda dengan tubuh dan suaranya "kenapa kau menatap seperti itu?" Bingung Teana.

"Aku pikir dengan tubuhnya yang besar itu dia akan menakutkan dan bersuara dengan berat tapi ternyata dia bersuara lembut." Ungkap Tian.

"Hanya padaku dia seperti itu." Jelas Teana, "seseorang yang mencintaimu dengan tulus akan merubah sifat yang semula kasar menjadi lembut, kau tak bisa membayangkan bagaimana jika dirinya sedang bersama teman-temannya, dia akan melakukan kekerasan dan bersuara lantang, terkecuali saat diriku yang melakukan kesalahan."

"Kau sangat beruntung Teana." Ujar Tian.

Teana mengangguk "aku sangat beruntung memilikinya, dia yang perhatian dan segalanya yang aku butuhkan berada padanya, tapi itu sekarang dan untuk dulu, aku selalu menangis seperti dirimu saat ini. Berkali-kali dia menyakitiku dan beberapa kali juga hubungan kita putus lalu kembali lagi, entah aku yang memang bodoh karena mencintainya atau karena hal lain. Jadi aku tak semudah itu untuk mendapatkan sosok Jordan yang lembut dan penyayang."

"Kau pernah disakiti?"

Teana mengangguk, menatap lurus ke arah depan tengah mengais ingatan menyakitkan saat bersama Jordan "Jordan berselingkuh? Aku sudah mengaminya, aku dipukuli hanya kesalahan kecil? Aku juga telah mengalaminya, hingga aku menyerah dan memutuskan Jordan, tapi dia semakin gila tak ingin melepasku, aku bahkan pernah di kurung di rumahnya dan di perlakukan seolah aku pemuas nafsu. Saat aku memiliki kesempatan untuk kabur, aku meminta kedua orang tuaku untuk mengirimku kesini hingga bertemu denganmu, tapi Jordan selalu menemukanku hingga kita berada di satu sekolah, dia yang masih remaja telah tau tentang hal itu. Aku terus menjauhinya tapi Jordan selalu mendekatiku hingga aku luluh dan dia menjadi seperti sekarang." Cerita Teana.

"Aku pikir dia memang lembut padamu sejak pertama kali."

"Tidak ada perjalanan cinta yang mulus Tian, menangis dan sakit hati akan menjadi makanan pahit di saat tertentu." Teana menoleh ke arah Tian, "lalu kenapa kau menangis sekarang? Berceritalah padaku."

Tian mengulum bibir bawahnya, mencengkram besi penghalang jalan dan ke arah bawah "aku merasa kecewa dan sakit hati saat melihat Kalandra bersama perempuan di cafe padahal Kalandra memiliki janji untuk mengajakku jalan-jalan, aku telah menunggunya dengan semangat tapi apa yang aku dapatkan membuatku sangat kecewa." Ungkap Tian, "seharusnya aku tidak berharap jika Kalandra akan benar-benar melakukan janjinya."

"Kau cemburu? Kau mencintainya?" Tanya Teana.

Tian menggeleng lalu mengangguk, dia terlihat ragu sebagai jawaban dari pertanyaan Teana.

Teana mengangguk mengerti "kau memang tidak mengerti apa yang sedang hatimu inginkan dan rasakan, sekarang aku ingin bertanya, apa yang kau rasakan saat melihat Kalandra?"

"Aku merasakan detakan jantung berpacu sangat cepat tidak seperti biasanya, dan aku juga merasakan sesak nafas saat dia memandangku terus-menerus." Ungkap Tian, "aku selalu terpesona padanya dan memandang dengan kagum ketika dia berjalan atau melakukan apapun yang terlihat olehku." Lanjutnya lagi.

Teana meringis pelan saat melihat Tian yang tengah tersenyum sendiri "ini menakutkan, apa aku berprilaku seperti itu juga." Gumamnya.

"Jadi apa yang aku rasakan itu Teana?"

"Kau mencintai Kalandra." Jelas Teana, "ciri-ciri dirimu sangat cocok dengan apa yang orang rasakan saat jatuh cinta, rasanya sangat menyenangkan hingga tidak bisa dijabarkan oleh kata-kata."

"Jadi aku mencintainya?" Tanya Tian.

"Tanya pada hatimu sendiri, sebuah pertanyaan terkadang bisa di jawab diri sendiri."

"Bagaimana caranya?"

Teana menghela nafasnya, dia berbalik dan menyandarkan tubuhnya pada besi penghalang itu, menatap jalanan yang tengah di isi dengan mobil dan motor, menatap sekitar lalu melirik ke arah trotoar pejalan kaki. Teana tersenyum kecil, dia melangkah dan berdiri di belakang Tian, memaksanya untuk menatap ke arah di mana sebelumnya dia melihat "lihat itu, Kalandra berlari ke arah sini dengan peluh di dahinya, dia terlihat menatap khawatir, apa yang aku rasakan sekarang?"

"Senang tapi aku tetap merasakan kecewa dan cemburu." Dengan perlahan Tian melangkah mundur, "aku belum siap untuk berhadapan dengan Kalandra."

"Tentu belum siap karena hubungan mu saja tidak jelas dan kau merasakan cemburu, miris sekali sahabatku ini." Sambung Teana.

Tian mendengus walaupun apa yang dikatakan oleh Teana benar, dia dan Kalandra tidak ada hubungan apapun, kecewa mungkin bisa sebagai alasan karena Kalandra memang melupakan janjinya, tapi bagaimana dengan perasaan cemburunya sedangkan Kalandra dan dirinya tidak ada hubungan, mereka hanya saling mengenal tanpa sengaja.

Tian berlari menghindar dari Kalandra, pesetan dengan sepeda yang ia tinggal di cafe, nanti dia bisa menjemputnya lagi.

"TIAN!! TUNGGU SEBENTAR!!" Teriakan itu sangat nyaring hingga beberapa pengendara menatap ke arah Kalandra, tapi dia tak menghiraukannya, di pikirannya hanya dia yang ingin menjelaskannya pada Tian dengan segera.

Teana menghadang Kalandra "minggir Teana, aku ingin mengejar Tian."

Teana menggeleng "biarkan ia tenang dulu lalu setelahnya kau bisa menemuinya dan menjelaskannya."

Kalandra mengusap kasar wajahnya "aku tidak bisa, aku harus segera menjelaskannya."

"Mengapa kau terlihat sangat peduli dengan Tian, seharusnya kau biarkan saja, kalian hanya teman." Dia berkata seperti itu karena ingin mendengar penjelasan dari Kalandra.

"Aku bersalah, aku berkata akan mengajaknya berjalan-jalan tapi aku memilih bersama teman sekelasku, tapi bagaimana lagi jika aku tidak bisa menolaknya karena dia memaksaku." Jawab Kalandra.

"Besok saja kau temui Tian dan menjelaskan semuanya, kalian seperti pasangan kekasih saja." Cibir Teana, "aku yang bertahun-tahun bersama Jordan tidak pernah berlari seperti di film India, dan kalian yang tanpa hubungan melakukannya." Ujar Teana dengan gelengan kepala.

Bersambung...

KalandraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang