19

105 11 0
                                    


Happy reading!!!

Bruk!

Laki-laki berumur 26 tahun terjatuh karena tak melihat jalanan yang tidak rata "aduh.." Hanya luka pada lutut biasa saja tapi kedua orang tuanya yang mengikutinya dibelakang menatap khawatir.

"Ayo ke rumah sakit sekarang." Titah perempuan itu.

"Bun, Tian tidak apa-apa." Laki-laki itu adalah Tian, dia adalah seorang CEO pada perusahaan sang ayah, walaupun begitu dia tetap berprilaku seperti anak kecil ketika bersama orang tuanya.

Banyak waktu yang telah Tian hadapi tapi untuk hatinya tetap terpatri untuk satu orang, cinta pertama dan terakhirnya.

"Tidak, ayo ke rumah sakit."

Tian pasrah dengan sikap orang tuanya, beruntung karena tempat mereka berdiri berada di tengah pusat kota di mana juga terdapat rumah sakit.

Tian menutup wajahnya malu saat dirinya di papah oleh sang ayah seolah memiliki luka yang parah "Tian malu~"

"Di mana dokternya?"

"Pak maaf, dokter sedang beristirahat, sedangkan dokter yang lain tengah menangani pasien."

"Cepat pinta dokter itu untuk memberikan waktu untuk anakku, dia tengah terluka." Paksanya.

Suster itu melihat ke arah lutut Tian "pak, biarkan saya saja yang melakukannya."

"Tidak, saya ingin dokternya langsung yang menanganinya."

Rasanya Tian ingin menenggelamkan tubuhnya pada lautan melihat sikap sang ayah yang baginya memalukan.

Suster itu mengangguk "baik pak, tunggu sebentar saya akan bertanya terlebih dahulu pada dokter." Suster itu pergi lalu kembali lagi, "ayo, dokternya bisa meluangkan waktunya."

Ayah memberikan tangan Tian pada suster tersebut "kau bisa antarkan dulu anak saya? Saya sedang ada keperluan mendadak."

Suster itu menerima tangan Tian dan mengalungkannya pada lehernya "bisa pak."

Tian membulatkan matanya melihat ayah bundanya pergi begitu saja "kenapa meninggalkanku?"

"Anda beruntung mempunyai orang tua yang menyayangi, apalagi melihat ayah anda sangat khawatir."

Tian tersenyum, kata-kata itu mengingatkannya dengan seseorang yang pernah memuji ayahnya.

Sedangkan ayah dan bunda berada di parkiran "emang bener perlakuan kita? Meninggalkan Tian di dalam."

"Aku hanya tidak ingin Tian terus memikirkan laki-laki itu."

Laki-laki yang dimaksud tentu adalah Kalandra, mereka sebagai orang tuanya mengetahui bagaimana sang anak, apa yang anak mereka inginkan.

Sedangkan Tian saat ini berada di ruangan dokternya langsung, tapi di ruangan tersebut hanya terdapat dirinya, kata suster yang mengantarnya tadi, dokternya tengah berada di kamar mandi.

Tian terdiam mengetuk jarinya pada pinggiran lututnya yang terluka, tadi memang dia tidak merasakan sakitnya tapi setelah beberapa menit dia merasakan perihnya "dokternya lama sekali." Gerutunya.

Dia menatap lukanya yang memang tidak terluka parah "tapi ayah juga berlebihan, hanya luka seperti ini aku harus pergi ke rumah sakit."

"Mari saya obati lukamu."

Deg!

Suara itu, suara yang sangat Tian kenali, walaupun berubah sedikit memberat Tian tetap mengenalinya, dia memejamkan matanya dan tetap menunduk.

KalandraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang