Happy reading!!!Tian terdiam di dalam kelasnya, dia tidak termenung biasa saja, dia sedang berpikir bagaimana menyelesaikan soal yang di berikan oleh gurunya "kenapa harus repot menghitung kecepatan mobil?" Sungutnya.
Teana melirik ke arah buku Tian yang tidak ada jawaban "kau tidak tau jawabannya?"
Tian menggeleng "kau tau?"
Teana mendengus "kau yang sering masuk saja tidak tau, apalagi diriku yang sering bolos berpacaran?"
"Aku tidak suka membawa tugas ke rumah, aku ingin di rumah bersantai ria." Gumam Tian, "siapa seseorang yang bisa membantuku?"
"Kalandra? Dia mengikuti pertukaran siswa dan dia juga berada di satu tingkat lebih atas dari kita, mungkin dia tau." Jawab Teana, "kau bisa meminta bantuannya, em sedikit modus bisa juga."
"Kenapa kau mengingatkan tentang hal itu Teana, aku sedang tidak ingin memikirkan taruhan kita." Lesu Tian, dia sepertinya menyerah untuk mendekati Kalandra.
"Waktumu masih banyak, lima hari lagi."
Tian menggeleng pelan "aku menyerah, aku akan mentraktir dirimu."
"Aku menggantinya, jika kau kalah, maka kau mengakui dirimu adalah pihak bawah."
"Mana mungkin, aku seorang pihak atas." Pekik Tian tak terima.
"Tidak mungkin, kau adalah seorang pihak bawah Tian."
Tian berdiri dari duduknya, meraih buku dan pensil miliknya "lihat saja, aku akan mendekati Kalandra lagi." Ujarnya, melangkah pergi meninggalkan Teana yang sedang tersenyum.
Tian pergi ke kelas Kalandra, berdiri di depan kelas tanpa langsung masuk, jika masuk begitu saja maka Kalandra akan mengatak dirinya tidak sopan, sedangkan jika dirinya mengetuk pintu, akan membuat banyak orang menatap dirinya penasaran, dirinya tidak suka menjadi sorotan "huh.." Tian menghembuskan nafasnya lalu mengetuk pintu dan memutar knop pintu "permisi." Sapa Tian dengan lembut.
Tentu apa yang dilakukan Tian membuat siswa dan siswi yang berada di dalamnya menatap terkejut ke arah Tian, ini tidak pernah terjadi dan sekarang mereka melihatnya secara langsung.
Tian mencoba menghiraukannya, melangkah mendekat ke arah Kalandra dan menunduk pelan, perasaannya gugup dan untuk mengatakan sepatah kata saja, dia rasanya tak sanggup, dia tidak mengerti kenapa perasannya menjadi seperti itu "Kal–"
"Aku kakak tingkatmu, apa sopan begitu memanggil hanya dengan nama?"
Tian menggaruk kepalanya "kak?" Ucapnya tak yakin, respon Kalandra menggeleng tanda tak setuju dengan perkataan Tian.
Tian terdiam beberapa saat, sebelum dia mengucapkan suatu hal yang membuat dirinya ingin mengubur dirinya sendiri atau mencebur ke lautan "ma-mas?" Gugup Tian.
Kalandra mendongak dan menatap mata Tian, memutar pena yang berada di jarinya seolah menimbang ucapan Tian "baik, panggil aku seperti itu."
Tian bernafas lega, walaupun dia akan kembali sesak nafas saat memanggil Kalandra bertambah dengan panggilan yang membuatnya malu "iya, emm bi-bisa mengajarkan aku?"
"Bantuan apa yang kau butuhkan?"
Tian meletakkan bukunya, membuka halaman demi halaman untuk menunjukkan soal yang dia tidak ketahui "tentang ini, kau bisa membantuku?"
Kalandra membaca soal milik Tian lalu mengangguk "kau datang pada orang yang tepat, aku bisa membantumu."
Mata Tian berbinar, dengan segera dia menarik kursi dan duduk di samping Kalandra "jadi sekarang saja."
Kalandra menggeleng "di rumah, kau bisa sekalian belajar."
Bahu Tian meluruh yang artinya dia kecewa dengan penuturan Kalandra, menemui Kalandra agar dia tidak belajar di rumah, lalu dia meminta mengerjakan di rumah, sama saja menemui Kalandra sia-sia saja.
"Tidak bisa sekarang?" Tanya Tian penuh harap.
Kalandra menggeleng "aku sedang belajar, itu pekerjaan rumah bukan?"
Tian mengangguk "iya." Jawabnya dengan lirih.
"Kerjakan dirumah, sekarang waktunya belajar dan menyerap apa yang dipelajari."
Tian menjadi lesu, gagal sudah nanti di rumahnya dia bisa tenang tanpa ada gangguan, menonton youtube dan melakukan hal yang menyenangkan, dan karena Kalandra dia harus mengubah keinginannya "aku pergi."
Tian pergi dengan jalan yang gontai, buku tanpa minat ia genggam dengan erat "tak masalah Tian, biarkan Kalandra yang akan mengerjakannya."
Pulang sekolah tiba, Tian tentu tak semangat mengingat dia harus mengerjakan tugas, dia ingin waktu yang kosong tapi tugas mengganggunya "bagaimana kata Kalandra?" Tanya Teana, "kau tadi tidak mengatakan apa-apa, kau masuk ke dalam kelas lalu duduk dengan lesu, apa Kalandra tidak ingin mengajarimu?"
"Bukan tidak ingin, tapi dia mengatakan akan mengajarkanku di rumah, tapi kau tau aku tidak suka membawa tugas ke rumah, kegiatan menonton youtube, streaming dan lain-lain terganggu." Keluh Tian, "aku yakin Kalandra mengerti dan pintar, dia hanya perlu memberitahu caranya, tapi karenanya aku harus menunggu dirinya pulang sekolah."
"Hanya sebentar, kau mengerti, disaat kita meminta bantuan tentang tugas, orang yang memiliki tugas biasanya hanya menerima selesai, siapa tau memang Kalandra yang kan mengerjakannya dan kau hanya perlu menunggu tanpa harus berpikir."
"Kau yakin Kalandra seperti itu?" Tanya Tian, "dari lubuk hatiku yang paling dalam, dia tidak akan mrmbiarkanku hanya melihat dan mengangguk saja jika ditanyakan aku mengerti atau tidak, tapi dia akan memberikan soal lain dan aku harus mengerjakannya, atau paling jahatnya dia hanya bertanya, apa rumusnya? Kau harus mengikuti langkah-langkahnya." Cibir Tian.
Teana tertawa keras lalu menepuk bahu Tian, menggelenglan kepalanya pelan mengatakan miris pada temannya itu "aku akan mencontek darimu saja."
"Jika aku mendapatkannya susah payah hanya karena Kalandra, aku tidak akan memberikan contekan padamu." Dengus Tian, "aku harus berpikir dan kau hanya perlu melihat?"
"Ayolah Tian sayang, otakku telah penuh dengan nama kekasihku, kapasitas otakku tidak bisa ditambah dengan rumus-rumus yang membingungkan, aku mendukungmu dengan do'a."
Mereka berpisah di gerbang sekolah, Tian dengan sepedanya dengan secara pulang je rumahnya, memang tak membutuhkan waktu yang lama, dia dengan cepat membersihkan tubuhnya dan mengganti pakaiannya.
Tian dengan membawa buku tugasnya dan pensil keluar rumah, tujuannya adalah rumah samping, tempat Kalandra dan yang lainnya tinggal sementara.
Mengetuk pintu dengan pelan dan menunggu seseorang membukanya, tapi hampir lima menit tidak seorangpun muncul, Tian menghentakkan kakinya dan mendengus keras "KALANDRA!!" Teriaknya tiba-tiba.
"Hm."
Tian menoleh ke asal suara, dia bisa melihat Kalandra yang sedang melipat tangannya di depan dada dengan seragam sekolah yang belum ganti "eerr ka-kau baru datang?"
Kalandra mengangguk "seperti yang kau lihat, pulanglah, nanti aku yang akan kesana."
"Ke rumah?" Tanya Tian dengan ragu.
"Kau mau ke hotel? Izin pada ayahmu terlebih dahulu, baru aku akan mengajakmu ke hotel."
"Kau sunguh mengajakku ke hotel?"
Kalandra mendesah lelah "berapa kapasitas otakmu? Perkataan yang sederhana saja kau tidak mengerti."
"Jadi kau tidak mengajakku ke hotel?"
"Pulang pada rumahmu, aku tidak mengerti kenapa kau bertanya seolah ingin pergi ke hotel."
"Jika aku pulang kerumah, kau akan melakukan apa?"
Kalamdra mendatarkan ekspresinya "aku akan menciummu hingga pingsan."
Mata Tian membulat terkejut "ka-kau be-bercanda bukan?"
"Tentu aku bercanda, aku menyuruhmu pulang, artinya pada rumahmu, nanti aku yang akan datang untuk mengajarimu." Jelas Kalandra.
Bersambung...
KAMU SEDANG MEMBACA
Kalandra
Ngẫu nhiênini bercerita tentang Tian yang mengaku dirinya seorang pihak atas, selalu menolak jika terdapat beberapa orang yang mengatakan dirinya cantik. sejujurnya gak bisa buat deskripsi, baca dulu, tertarik lanjut saja. Kalandra as Jaehyun Tian as Taeyong