✎8ˋ°🦋*

739 117 10
                                    

"Satu anak buah kita menghilang" Tuan Jarviz yang tengah memeriksa kelengkapan di gedung senjata tiba-tiba berbicara, membangkitkan satu aura mencekam yang cukup jelas

Mew yang tidak tau harus menanggapi dengan cara apa tetap memilih diam dan berjalan dengan tenang di belakang ayahnya

"Aku berbicara padamu"

Mew akhirnya mengurungkan niatnya untuk diam. Ia bertanya pelan "Ulah 'mereka' lagi?"

"Musuhmu kali ini adalah serangga yang hinggap di telapak tanganmu, kau hanya tinggal menggenggamnya dan ia hancur"

"Ayah salah"

Tuan Jarviz menoleh ke belakang, menampilkan aura dingin di wajahnya

"Jika dia serangga, maka dia adalah serangga tergesit yang pernah aku temui selama ini. Tindakannya terlalu cepat hingga berhasil mengelabuiku berkali-kali"

"Kau selalu melakukan progres yang memuaskan di setiap harinya. Tapi tidak untuk mendapatkan orang-orang penting dari Harles"

Mew menghela nafas, memilih meninggalkan ayahnya sendirian tanpa sepatah katapun lagi

..。☽︎☾︎。..

Bunyi ledakan terdengar nyaring ketika pelatuk ditarik, meluncurkan peluru yang menembus kepala target

Gulf sedikit memejamkan mata saat melihat pemandangan yang harusnya membuatnya terbiasa. Bagus sekali sambutan orang-orang Ayahnya

Begitu ia sampai, hal seperti ini langsung tersuguhkan

Langkah Gulf pelan menuju sang Ayah, namun kepalanya menatap heran pada orang asing yang telah tergeletak di atas tanah bersimbah darah itu

"Jadi, ada apa lagi ini?"

Suara Gulf menjadi satu-satunya suara manusia di tempat ini. Meskipun tatapan Gulf mengarah pada anak buah Ayahnya, mereka tak berani mengucapkan apapun, menunggu yang paling berkuasa menjawab

Namun, Tuan Harles melirik salah satu anak buah kepercayaannya, dan memberikan isyarat lewat tatapannya

Tepat setelah itu, orang yang diberikan hak untuk menjawab langsung bersuara. Ia sedikit menunduk, tak berani menatap wajah Gulf

"Dia adalah salah satu orang kepercayaan dari keluarga Jarviz"

"Lalu, mengapa membunuhnya?"

"Dia tidak mengatakan apapun"

Gulf mendesis kesal dan mengumpat "Dasar bodoh! Mengapa tidak meminta keputusanku terlebih dahulu?!"

"Apakah kau peduli pada orang-orang dari keluarga itu?"

Kini Tuan Harles angkat bicara. Ia bisa menerima semua sikap buruk putranya jika tidak ada siapapun. Namun sekarang, putranya menentang keputusannya tanpa sopan santun di hadapan anak buahnya

Gulf menggeleng "Menurutmu apa keuntunganku untuk peduli pada mereka?"

Tatapan sang Ayah tak membuat Gulf gentar sama sekali. Marahnya tetap berlanjut, dan tatapannya kian tajam, terutama pada orang yang paling dipercaya sang Ayah

"Apakah kalian semua begitu bodoh hingga gagal mendapatkan informasi dari anak buahnya sekalipun?!" Gulf berteriak. Kali ini tak ada jawaban apapun

"Kalian dibayar bukan hanya untuk menggunakan kaki dan tangan saja, namun juga otak!"

Gulf yang sebenarnya memiliki niat mengunjungi Ayahnya untuk sekedar berbincang malah harus mengurungkan segalanya setelah dibuat terbakar emosi seperti ini

From The DarknessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang