Semenjak berita kematian Ohm beberapa tahun lalu datang menampar mereka, sebuah ruangan tak pernah tersentuh sama sekali. Gelap, dingin, kosong dan sesak
Tak ada yang ingin mendatangi kamar ini lagi... Kecuali, seorang pria yang berdiri di hadapan meja yang layak dikatakan usang. Tak peduli seberapa kotor permukaannya, tangannya tetap menumpu di atas kesatnya meja
Pupil matanya bergetar, begitu pula dengan tangannya yang menggenggam sebuah benda persegi berukuran 6×8 cm dengan gambar berwarna
Menyeringai, penuh kekecewaan. Meletakkan benda itu perlahan-lahan dan menyimpannya kembali ke dalam laci
Keputus asaan kembali menyerangnya
"Arghhh! Brengsek!" Gulf meninju meja, sebagai pelampiasan emosinya. Mengumpat, menyerang dan sedikit menangis
Bukan hanya meja. Namun dinding, dan semua benda keras ikut menjadi tempat pelampiasan emosinya yang mendukung darah segar semakin menampakkan merahnya di tangan yang semula bersih itu
Semakin benda-benda kasar itu menyakiti tangannya, maka titik sensitif di dalam hatinya terobati
"Bedebah!"
Gulf duduk di bawah meja yang telah ditinggalkan sang pemilik cukup lama. Dingin begitu terasa, seakan kamar ini memang tak pernah dihuni siapapun sebelumnya
Gulf meremas wajahnya, bersama darah yang tercium kuat, menyapa indera penciumannya. Nafasnya yang terengah-engah membuat ketenangannya enggan untuk kembali
"Kau akan mati... Aku bersumpah akan mengirimmu ke neraka yang sesungguhnya!"
..。☽︎☾︎。..
Setelah mengingat kembali tentang apa yang telah Gulf temui di ruang kamar itu, tangannya kembali bergetar mengingat seberapa berantakan skenario yang telah 'orang itu' buat. Tinjunya terkepal erat
Desain kamar itu sangat memprihatikan. Barang-barangnya terlihat usang dengan begitu cepat, yang membuat segalanya terasa aneh. Kamar dengan pernak pernik serta dekorasi yang sangat mahal itu, dapat usang dengan sangat cepat hanya karna ditinggalkan pemiliknya selama kurang dari lima tahun?
Sentuhan yang tiba-tiba datang di tangan Gulf mengejutkannya
"Tanganmu kenapa?" Pria itu bertanya di antara rasa khawatir dan bingung. Matanya memancarkan begitu banyak kepedulian, membuat Gulf semakin geram akan apa yang telah terjadi
Gulf menatap tangannya yang penuh dengan luka. Dan menjawab dengan nada rendah "Ini normal untuk orang-orang seperti kita"
Mew terlihat berpikir selama beberapa saat. Menimang-nimang keputusan yang akan ia ambil
"Kepentingan apa yang membuatmu ingin menemuiku?"
"Aku ingin memastikan kau dan calon bayi kita baik-baik saja"
Gulf menyeringai "Memastikan aku untuk baik-baik saja agar lebih seru untuk membunuhku nanti?"
Mew mengabaikan ucapan Gulf, tak ingin menanggapi.
Karna, satu pertanyaan yang ingin terucap ini tak boleh urung, hanya karna sebuah topik tidak penting "Dengan tanganmu yang terluka seperti itu, bisakah cincinku ini masuk?"
Gulf menatap kotak merah yang terbuka memperlihatkan cincin di dalam sana tanpa ekspresi
Seorang Matthew Jarviz melamarnya dengan begitu tiba-tiba seperti ini?
Yang benar saja!
Adakah sebuah ide licik yang nantinya akan mengguncang dunia bawah?
"Apa rencanamu?" Gulf menatapnya, namun semua yang ada dalam sorotnya telah berubah menjadi kesal
KAMU SEDANG MEMBACA
From The Darkness
FanfictionSelalu ada dua sisi dari setiap orang. Jadi, mari kita temukan sisi Gulf dari yang terbaik hingga yang paling gelap "Tanpa kau sadari, setiap detik dalam hidup hanyalah tentang persaingan" ⚠️Banyak kata/adegan yang tidak pantas. Mohon bijak dalam me...