Bab 9. Guru dan Muridnya (18+)

6.1K 129 11
                                    

Happy reading,
Jangan lupa vote dan komen 🥰
.
.
.
.
.

Di pagi hari yang diiringi oleh suara burung dan ketenangan dari alam, membuat suasana harmonis di kediaman sang Dewi Alam liar.

Kini sang Dewi itu sedang menikmati sarapan paginya, ia terlihat tak nafsu dengan makanan didepannya.
ia menatap tak minat pada daun selada dan rebusan brokoli, yang hanya bertabur lada dan garam.

"Apakah tak bisa mengganti menu? Ini seperti makanan kelinci." Protesnya sambil memainkan makanannya.

"Ini bagus untuk kesehatan anda, Mengingat anda perlu banyak nutrisi karena terlalu banyak beraktivitas." Jawab pelayan itu sebelum meninggalkan Artemis sendirian, mungkin dia merasa jenuh harus mendengarkan keluhan dari Sang Dewi.

"Apa Paris tak ikut sarapan lagi?" Gumamnya, ada nada kecewa didalamnya.
Sudah tiga hari lamanya Paris menghindarinya, bahkan ketika bocah itu berpapasan dengannya pasti ia akan langsung berbalik arah.

"Permisi Dewi."
Pintu itu terbuka dan nampaklah seorang bocah tampan tanpa bandingan dibaliknya, ia terlihat membawa nampan yang berisi teh hijau dan kue kering.

Bocah itu menatap ragu pada sang Dewi,
"Aku membuatkan kue sebagai permintaan maaf." kata bocah itu sambil menundukkan kepalanya.

Sudut bibir Artemis terangkat, ia tersenyum miring melihat tingkah bocah itu. Artemis juga terlihat tergoda dengan kue kering yang dibawa anak angkatnya,
pintar sekali anak ini merayu dirinya yang sedang marah padanya.
"Kemarilah!" Perintah Artemis, membuat bocah itu segera duduk disebelahnya.

Dewi alam liar itu mulai menyesap teh hijau kesukaannya, ia juga mencomot kue kering itu dan memakannya.

"Hmmm enak. Kau sungguh membuatnya sendiri?" Tanya Artemis.
Rasa kue kering itu sangat enak, rasa susu dan butter nya sangat terasa.

"Iya aku membuatnya sendiri, aku sedikit belajar membuat kue sejak kemarin." kata Paris, ia tersenyum bangga mendengar pujian ibunya.

Artemis menganggukkan kepalanya, jadi ini alasan anak itu yang sibuk di dapur akhir-akhir ini.
"Jadi bagaimana? Aku dimaafkan?" Tanya Paris hati-hati.

"Baiklah"

"Benarkah? jadi Dewi tak marah, meski aku lancang mencium bibir anda kemarin?" Tanya Paris memastikan.

"Tidak" Sahut Artemis.

"Kalau begitu boleh aku melakukannya lagi?" Tanyanya dengan senyum cerah, dia sudah mulai menggunakan bahasa informalnya.

Artemis berhenti memakan kuenya, ia menatap nyalang bocah itu.
"Kau gila?" Desisnya.

"Iya~ bibir Dewi sangat manis hingga membuatku gila. Rasa manisnya pun masih tertempel di bibirku setiap hari." Jawab bocah itu blak-blakkan, matanya berbinar menunggu perintah.

"Perlukah aku mengganti bibirmu?! Sepertinya kepalamu itu sedang bermasalah? Perlukah aku membawamu berobat ke Apollo? Mengapa kau jadi mesum begini? Apa kau..."

"Jangan mengomel Dewi." potong Paris sambil tersenyum, matanya terus melirik ke bibir Artemis yang menggoda.

Artemis menutup bibirnya dengan telapak tangannya, mendengar kata 'Jangan mengomel' pasti bocah itu akan kembali menciuminya.

Sialan kau Ares! apa yang kau ajarkan pada Paris hingga ia menjadi setengah gila begini?! Ingatkan aku untuk memukul mu dengan busurku. Batin Artemis.

Dilain tempat:

"Hacimmm" seorang pria dewasa itu terlihat bersin-bersin, padahal ia sedang memulai olahraga panasnya di pagi hari.

Artemis Dan Benang Takdir Troya (Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang