Bab 11. Letnan Muda

1.2K 108 5
                                    

Hai para readers apa kabar?
Makasih banyak ya udah mau mampir, jangan lupa vote dan ninggalin jejak ya. Terimakasih banyak🥰
.
.
.
.
.

Paris berjalan masuk ke dalam rumah sang Dewi, sebenarnya ia masih ingin lebih lama menginap di kediaman Ares. Tapi entah kenapa, ia merasa rindu pada ibunya.
Ah, apa yang Paris harapkan?
bila Paris merindukan Artemis. Belum tentu Artemis juga rindu padanya, mengingat ia adalah beban untuk Artemis. Pasti Artemis merasa senang bila anak merepotkan sepertinya pergi dari kediamannya.

Paris membuka pintu kamarnya, matanya menatap waspada pada sosok yang tengah berbaring di ranjangnya.

"Ah aroma ini" Paris menghirup dalam aroma bunga Krisan yang menguar di kamarnya. Belum lagi suara dengkuran halus yang terdengar di telinganya.

Matanya yang semula menajam kini menatap lembut pada seseorang yang berbaring di ranjangnya. Ia dengan  hati-hati mendekati sosok itu, ia menatap lekat wanita didepannya, wajahnya terlihat cantik dan anggun ketika tertidur. Sekali lagi ia terpesona dengan kecantikan natural sang Dewi alam itu.

"Hanya saat tidur saja ia terlihat tenang, coba saja ketika bangun, sangat galak dan cerewet." Gumamnya sambil membenarkan anak rambut yang menutupi wajah rupawan sang Dewi.

Karena merasakan sebuah sentuhan, Sang Dewi perlahan membuka mata emerald safirnya.
"Emmm Paris kau sudah pulang?" tanya Artemis dengan suara seraknya khas bangun tidur.

Artemis mengucek matanya, ia menatap bocah yang duduk di sisi ranjangnya.

"Paris?"
"Hm." jawab singkat Paris, wajahnya masih terlihat kesal.

Sang Dewi itu memeluk bocahnya, ia pikir anak ini sudah tak mau lagi tinggal dengannya dan lebih memilih tinggal bersama Ares, Gurunya.

"Kau sungguh pulang?" Suaranya terdengar lembut.

"Iya Dewi, aku pulang." Jawab Paris.
Ia membalas pelukan hangat Artemis, bahkan dengan manja ia menyenderkan kepalanya di bahu wanita itu.
Paris sungguh tak bisa terlalu lama marah dan mendiamkan Artemis.

"Maaf, bila aku terlalu keras padamu.
Aku tak bermaksud begitu Paris." kata Artemis, ada raut penyesalan di wajahnya.

"Tidak masalah Dewi, aku sudah melupakannya." Balas Paris sambil menepuk-nepuk punggung Artemis.

"Kau sungguh memaafkan ku?" Artemis melepaskan pelukannya sepihak, anak itu terlihat protes atas tindakannya.

"Ada satu syarat." ucap Paris.
"Apa itu?" Tanya Artemis,

Paris menarik bibirnya licik,
"Tidurlah dikamarku malam ini! Dan jangan pergi sampai fajar menjelang!" Katanya.

"Aku menolaknya! Paris kau sudah besar." Tolak Artemis

"Begitu kah? Padahal waktu kecil kau sering tidur denganku? Apa karena kini kau sudah tidak say..."

"Baiklah." jawab cepat Artemis, ia segera berbaring kembali ke ranjang Paris.

Anak itu ikut membaringkan dirinya di sebelah Dewinya, dia sangat senang bisa menghabiskan waktu malam ini dengan ibu asuhnya yang ia sayangi.

"Boleh aku tidur sambil memeluk dew.."
"Tidak." Balas cepat wanita itu.
"Aku mohon hanya untuk malam ini." Kata Paris memelas.

Artemis menarik napasnya,
"Terserah, lakukan saja apa yang kau mau."

Anak itu melingkarkan tangannya ke pinggang Artemis, ia mendusel-duselkan wajahnya ke ceruk leher Artemis.
Ia menghirup rakus aroma krisan bercampur siprus, aroma sang Dewi Alam yang begitu Paris sukai.

Artemis Dan Benang Takdir Troya (Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang