Bab 12. Orion (18+)

5.1K 122 1
                                    

Happy reading
Selamat membaca
Jangan lupa vote ya terimakasih banyak 😉
.
.
.
.
.

"Hei!!!"
Sang Dewi pemburuan itu berlari mengejar anaconda raksasa yang membawa Gref, rusa kesayangannya.

Artemis telah membidiknya berkali-kali, tapi busur panahnya itu tak mempan padanya. Kulitnya sangat tebal dan kuat.
Ia juga telah menggerakkan sulur-sulur di hutan untuk membelit anaconda itu, tapi sulur-sulur itu tak mampu menahan tenaga besarnya.

"Gref, bertahanlah! Jangan mati! Tusuk dia dengan tandukmu!" Teriak Artemis.

Rusa jantan itu memekik kesakitan, jangankan untuk menyundulkan tanduknya, untuk menggerakkan kepalanya saja ia kesulitan.

"Hei!! Lepaskan rusaku sekarang!!" Perintah Artemis sambil membidik anaconda itu tanpa henti.

Anaconda itu mendesis, ia melata cepat ke arah Artemis. Sepertinya ia akan menelan Artemis hidup-hidup.

Seorang pemuda gagah dan bertubuh jangkung datang, ia menahan ekor anaconda itu sebelum menyentuh sang Dewi.

Pemuda misterius itu langsung melompat ke puncak kepala Anaconda dan menusukkan tombaknya ke kepala hewan buas itu, dengan gerakan kilat ia menariknya sampai ke matanya.

Anaconda itu berguling dengan darah yang terus mengucur, matanya telah dirobek sampai ke mulutnya, makhluk itu tewas seketika.

Gref segera berlari menuju ke Artemis,
ia mendusel-dusel dan bersandar ke tubuh Sang Dewi. ia takut, karena baru saja akan dimakan oleh ular besar.

"Tidak apa Gref. Tubuhmu masih lengkap. Lain kali aku akan mengasah tandukmu, agar tidak hanya menjadi pajangan di kepalamu." Timpal Artemis menenangkan Rusanya.

Rusa itu memekik, lalu ia pergi berlari meninggalkan sang Dewi dan pemuda itu. Bukan hanya kepada manusia bahkan kepada hewan pun Artemis berkata kejam.

"Anda tidak terluka nona?" Tanya Pemuda itu, ia telah berdiri di depan Artemis.

Wanita itu termenung, ia sedang tersihir oleh ketampanan dan kegagahan pemuda itu.
Rambut hitam legam yang terlihat halus,
Mata berwarna biru keperakan yang terlihat seperti ombak pantai, kulit berwarna eksotis yang begitu memukau dan jantan, serta tubuhnya yang tegap dan apa itu perutnya berotot kotak-kotak menggoda kaum hawa.

"Nona?" Tanyanya lagi.

"Ahh ya, terimakasih tuan muda." Kata Artemis gelalapan.

Pemuda itu tersenyum melihat tingkah wanita didepannya,
"Sedang apa nona di dalam hutan?" Tanyanya.

"Memang kau tak lihat? aku baru saja mengejar rusaku yang terbawa ular." jawabnya.

Pemuda itu terkekeh geli mendengar jawabannya,
"Bukan begitu maksud saya, mengapa ada nona cantik sendirian di hutan ini?"
Tanya pemuda itu.

Pipi Artemis memerah mendengar ucapan manis pemuda itu.
"Aku sangat suka berburu di hutan" balasnya.

"Begitukah? aku juga sangat suka berburu di hutan. Rupanya kita memiliki kesamaan, apakah ini takdir nona?" Ucapnya sambil tersenyum manis.

Wanita itu tak mampu menahan senyumnya, pemuda ini jauh berkali lipat lebih tampan ketika tersenyum.
"Maukah besok kau menemaniku berburu? agar aku tak sendirian." Ajak Artemis penuh harap.

"Baiklah, mana mungkin aku menolak permintaan nona cantik seperti anda." jawabnya sambil mengerling.

Dada sang Dewi semakin berdebar mendengar kata manis darinya.
Ahh inikah yang dinamakan jatuh cinta pada pandangan pertama.

Artemis Dan Benang Takdir Troya (Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang