Bab 16. Disiksa

1.4K 88 1
                                    


"Gha gimana ya kabar mommy sama yang lain" ucap Rea lirih dengan mata berkaca-kaca.

"Mommy Rania keadaannya sedikit memprihatinkan kata bang Al kemarin mommy Rania masuk rumah sakit lagi ya semenjak kepergian kamu mereka jadi berubah mereka berusaha ikhlasin kamu dengan menyibukkan diri dengan bekerja" ucap Alvaro. Rea yang mendengar itu pun merasa sedih perlahan air matanya mengalir membasahi pipinya.

"Kasian mommy hikss maafin ara mom"ucapnya lirih. Alvaro pun segera menghapus air mata Rea.

"Kamu mau ketemu mommy Rania?" Tanya Alvaro pelan. Rea pun menggeleng kepala singkat

"Aku mau selesaiin masalahnya Rea dulu baru aku bisa ketemu mommy" ucap Rea sendu

Alvaro pun menganggukkan kepalanya paham

"Aku akan bantuin kamu sebisa mungkin" ucapnya yakin

"Makasih" ujar Rea.

"Pulang yuk nanti takut dicariin sama bang aska" ajak Rea Alvaro pun hanya menganggukkan kepalanya sebagai jawaban. Mereka pun segera membayar makanannya setelah itu mereka pun bergegas pergi meninggalkan taman kota menuju mansion Argantara. 20 menit berlalu kini mereka sampai di depan gerbang rumah Rea.

"Kamu nggak mampir dulu" ujar Rea

"Udah jam 19.36 aku langsung pulang aja, habis ini langsung mandi terus istirahat ya" ujar Alvaro dibalas anggukan kecil oleh Rea

"Ya sudah aku pulang dulu ya " ujar Alvaro berpamitan. Perlahan ia mendekati Rea

Cup

Sebuah kecupan singkat mendarat di kening Rea. Rea pun hanya mematung dengan pipi yang sudah memanas seperti tomat. Sedangkan Alvaro hanya terkekeh kecil melihat tingkah Rea. Ia pun segera bergegas meninggalkan Rea yang masih berdiri.

"Anjirr itu apa tadi, OMG bisa jantungan nih gue kalau gini terus" batin rea sembari memegangi dadanya

"Huaaaaa mommy Rea pengen nikah sama Ghaga" teriaknya di depan gerbang. Perlahan ia pun segera masuk kedalam rumah dengan hati senang. Ia pun segera membuka pintu rumah.

Plakkkk

Sebuah tamparan mengenai pipi mulus Rea,Rea pun mantap tajam orang yang telah menampar nya.

"Habis dari mana kamu hah, jam segini belum pulang" teriaknya didepan muka Rea siapa lagi kalau bukan sang Daddy

"Palingan juga ngej***ng" ucap Gibran dengan pandangan remehnya menatap ke arah Rea.

"Diem lo bangsat nyambar aja lo kek petir" ujar Rea menatap tajam Gibran

"Gue habis jalan jalan" jawab Rea memandang sang Daddy penuh kebencian.

"Jalan jalan sama cowok mana pelukan lagi" ujar Gibran sirik

"Apa benar itu Rea" tanya sang Daddy dengan amarahnya

"Kalau iya kenapa, urusannya sama anda apa nggak ada juga kan, mau saya jalan sama kakek kakek pun nggak ada hubungannya sama anda" ujar Rea sedikit teriakk

Plakk

Satu tamparan keras mendarat lagi dipipi kanan Rea. Rea pun memegangi pipinya yang terasa panas akibat kuatnya tamparan sang Daddy.

"Beraninya kamu melawan saya,mau jadi apa kamu hah" teriak sang Daddy murka

"Ya jadi manusia lah ya kali jadi hewan kek kalian" ujar Rea menyindir.

"Arrrgggghhhhhh, lepasin bangsat" teriak Rea kala sang mommy menjambak rambutnya dengan keras.

"Beraninya kamu melawan hah, kalau bukan karena kami kamu mungkin sudah jadi gembel diluar sana seharusnya kamu berterima kasih karena kami masih mau menampung pembunuh seperti mu" ucap sang mommy murka. Ia pun semakin kuat menjambak rambut Rea. Rea pun mencoba memberontak.

"Arrgghhh lepas" ujarnya merintih perlahan air matanya mengalir membasahi pipinya kala ia sang mommy menjambak rambutnya dengan kuat, rasa sakit yang bertubi-tubi membuat kehilangan tenaganya. Gibran yang melihat itu pun tak menghentikan kedua orang tuanya ia justru menonton adegan penyiksaan Rea.

Plakkkk

Plakkkk

Bughhhh

Tamparan pukulan yang terus menerus diberikan oleh sang Dady. Rea yang sudah kehilangan tenaganya pun hanya diam tak melawan.

"Sudah mas kita tinggalkan saja pembunuh ini" ucap mommy rea. Mereka pun meninggalkan Rea yang terkulai lemas di lantai ruang keluarga.

"Hikss jadi gini rasanya jadi Lo Re, pantas saja lo memilih menyerah" ujar rea lirih. Perlahan ia pun bangkit dengan hati hati ia berjalan menaiki tangga menuju kamarnya berada.

"Awshhh" rintihnya memegangi kepalanya yang terasa pusing, ia pun bergegas menaiki tangga demi tangga, baru sampai di pertengahan rea yang sudah tidak kuat menahan rasa sakit di kepalanya pun mendadak pingsan hingga membuatnya terguling dari lantai.

Brukkkk

Darah segar keluar mengalih dari kepala Rea. Tak lama kemudian seorang pria tampan datang memasuki ruang keluarga betapa terkejutnya ia kala melihat sang adik terkulai lemas dengan darah yang terus mengalir dari kepalanya.

"Reaa" teriak Laskara keras, yaps pria itu adalah Laskara, Aska pun bergegas menghampiri sang adik

Deggg

Betapa terkejutnya ia ketika melihat sang adik yang dipenuhi luka di wajah dan tangannya. Tanpa ba bi bu Aska pun segera menggendong sang adil ala Bridal style kemudian pergi menuju rumah sakit. Dengan kecepatan tinggi ia mengendarai mobilnya

"Maafin abang re, abang nggak bisa jagain kamu,abang akan bikin perhitungan kepada mereka yang telah menyakitimu,abang akan balas mereka " batin Aska yakin. Tak berselang lama kini mereka pun sampai di rumah sakit "Zerga Hospital" . Dengan cepat aska membawa sang adik

"Dokter dokter tolong adik saya" teriak aska memanggil dokter. Tak lama kemudian seorang dokter dan 2 suster datang membawa brankar, aska pun segera menaruh tubuh sang adik di atas brankar.

"VVIP" ujar Aska dingin namun tersirat rasa amat khawatir  kepada Rea. Dokter yang mengerti akan maksud aska pun segera pergi membawa rea ke ruang VVIP.

"Maaf tuan anda tidak bisa masuk" ujar suster itu.

"Tapi, huftt baiklah lakukan yang terbaik untuk adik saya " ujar aska pasrah

"Baik tuan " ucap suster itu kemudian masuk.

Aska pun menunggu Rea di depan ruang VVIP. Sudah 20 menit lamanya ia menunggu namum dokter tak kunjung keluar ia pun mengambil hp nya dan menelepon seseorang.

"Rea ada dirumah sakit, Lo kesini sekarang gue ada urusan" ujar aska to the point

"Rumah sakit mana" tanya orang itu diseberang sana

"Zerga Hospital, Lantai 2 Ruang VVIP, gue tunggu Lo di pintu kamar " ujar aska detail.

Ia pun mematikan sambungan telepon itu sepihak. 10 menit kemudian seorang pemuda  pun datang menghampiri Aska yang nampak murung. Terlihat bekas air mata di pipinya.

"Gimana keadaan Rea" tanya pemuda itu khawatir

"Dokter belum keluar" ujar Aska dingin

"Gimana bisa sampai gini" tanya pemuda itu "gue juga nggak tau pas gue sampai rumah gue udah liat rea di terbaring di depan tangga dengan banyak luka ini pasti perbuatan mereka,tolong jagain Rea gue mau ngurus sesuatu " ujar Aska

"Lo jagain Rea biar gue yang ngurus mereka " ujar pemuda itu dengan wajah memerah menahan amarah mendengar ucapan Aska

"Tap"

"Lo lupa gue siapa gue nggak akan bunuh orang sebelum waktunya tenang aja gue cuman mau main main sebentar" ujar pemuda itu yang mengerti akan maksud aska

"Hmm gue tau lo Alvaro" ujar Aska. Yaps pemuda yang ditelepon oleh aska adalah Alvaro. Alvaro pun menganggukkan kepalanya kemudian pergi meninggalkan rumah sakit menuju kediaman keluarga Argantara.

Transmigrasi Ara [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang