Bab 21. Teror

1.1K 73 0
                                    



"kemana Rea kenapa belum pulang jam segini" ujar seorang pria yang tengah mundar mandir dengan memegang ponselnya

Tak berselang lama suara motor berhenti di depan gerbang terdengar percakapan antara dua orang remaja yang tak lain adalah Alvaro dan Rea. Aska pun segera menghampiri Rea yang sudah berdiri di depan pintu

"Baby kamu kemana aja hmm abang khawatir sama kamu" ujar Aska lembut memandang Rea

"Maafin Rea bang, Rea habis ke Gramedia beli novel Rea lupa ngabarin Abang" ujar Rea meyakinkan

"Ya sudah kalau begitu yang penting kamu baik-baik saja sekarang mandi gih habis itu makan" titah aska

"Iya bang Rea ke atas dulu" ujar Rea berpamitan

"Maafin Rea udah bohongin Abang" batin Rea sedih. Rea pun segera pergi ke atas menuju kamarnya berada.

"Rea udah pulang bang?" Tanya Gibran

"Hmm seharusnya kamu jagain Rea dia adik kamu bukannya malah menjaga wanita lain yang tak jelas asal usulnya " ujar aska dingin tak lupa dengan tatapan nyalang mengarah ke Gibran

"dia bukan adek gue bang, dia cuman *pembunuh* yang beruntung masih bisa tinggal disini" ujar Gibran menekankan kata PEMBUNUH. Aska yang mendengar itu pun naik pitam dan memukul keras perut Gibran

Bughhhh

"Awsshhh" rintih Gibran memegangi perutnya yang terasa sakit

"Bajingan lo Gib, lo bilang Rea pembunuh lalu apa bedanya dengan kalian manusia bajingan yang menyiksa seorang gadis dibawah umur dan apa kalian mencari tau siapa dalang yang sudah mencelakai Qeyra hah apa kalian berusaha mencari buktinya heh tentu saja tidak kalian langsung menuduh Rea bagaimana kalau lo yang ada diposisi Rea gib sanggup lo disiksa bertahun tahun oleh orang yang lo anggap pelindung sanggup lo?" Teriak aska murka sedangkan Gibran hanya menunduk takut

"Nggak gue bahkan nggak sanggup diposisi Rea, maafin abang Re,maaf" batin Gibran dengan mata yang mulai berkaca-kaca.

"Jawab brengsek jangan seenaknya lo jadi cowok lo abangnya harusnya Lo jagain dia bukannya hancurin mentalnya Lo emang nggak pantes jadi abangnya Lo nggak pantes" teriak aska dengan wajah memerah murka.

Sedangkan di kamar Rea

Kini rea tengah duduk santai di atas kasur Queen size empuk miliknya tak berselang lama ia mendengar suara keributan dari bawah ia pun segera turun untuk memastikan apa yang sedang terjadi.

Matanya membelalak kaget kala ia melihat aska tengah menghajar Gibran yang sudah terkulai lemas tanpa membalas pukulan aska

Bughhh

Bughhhh

"Astaga abanggggg" teriak Rea kaget ia pun segera berlari menghampiri Aska dan Gibran

"Abang stop jangan gini kasian bang Gibran" ujar Rea mencoba menghentikan mereka

"Lo denger Gib dia masih belaian Lo" ujar aska kepada Gibran

"Abang udah hiksss jangan pukulin bang Gibran hiksss" ujar Rea dengan Isak tangisnya, aska yang mendengar Rea menangis pun menghentikan kegiatan dan segera memeluk erat tubuh Rea yang tengah bergetar takut.

"Maafin abang princess maaf" ujar aska menyesal

"Abang kenapa pukulin bang Gibran hiksss" tanya Rea sedih

"Maafin abang princess abang terlalu emosi tadi" ujar Aska

"Hmm abang mandi dulu gih biar seger Rea mau obatin bang Gibran dulu" ujar Rea lembut

Transmigrasi Ara [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang