Bab 31. Selalu Tersakiti

833 55 6
                                    

"Harapan ku begitu tinggi hingga melebihi potensi yang membuat ku sakit hati dan jatuh kembali"
                                    ~reaqueen



"Tapi kan beda Jubaedah" ujar Reva cemberut
"diam deh sama sama kera ngga boleh ribut" ujar Dilla menengahi
"iya iya emak kera" ujar Audrey dan Reva barengan
"oiyaa re, pacar lo kemana tumben beberapa hari ini ngga kelihatan " ujar Audrey memecah keheningan.
" dia lagi sibuk sama kerjaannya" ujar Rea nampak serius. mereka hanya menganggukkan kepalanya sebagai jawaban. tak terasa sudah hampir sore mereka menghabiskan waktu dirumah sakit bersama Rea. kini mereka memutuskan untuk pulang begitu pula dengan Rea pun pulang dikarenakan moodnya yang tidak baik (membosankan jika berada disini terus begitu kata Rea).

**********

"apa!! bagaimana bisa? aku harus menemuinya sekarang" ujar seorang gadis
"jangan dulu Ra, tahan dulu niat Lo kita harus jalanin rencana kita " ujar gadis lain
"tapi.... huftt baiklah " pasrah gadis itu
"gue udah ngumpulin beberapa bukti yang Lo mau" ujar seorang pemuda yang baru datang dari arah pintu
gadis itu pun menoleh ke sumber suara.
"makasih ya kalian udah mau bantuin gue" ujar gadis itu tersenyum kecil
"Santai aja kali, kita kan sahabat dari kecil" ujar gadis lain
"Yoi" balas pemuda itu singkat

sedangkan di sisi lain

"jadi dia pelakunya, rupanya dia ingin bermain-main dengan ku" ujar seorang pria paruh baya
"tunggu pembalasan ku" ujar pria itu lagi
(ada yang tau siapa dia??? hayoo tebakk)

************

kini Rea sudah sampai di kediaman keluarga Argantara dengan diantarkan oleh ketiga pengawalnya ehh ralat sahabatnya maksudnya ehhe. Rea pun segera masuk kedalam rumah terdengar suara gelak tawa didalam rumah tanpa ba bi bu Rea pun langsung masuk. yahh benar saja dugaan Rea semua inti geng Dragster ada dirumahnya
"inget rumah Lo?" tanya seorang pemuda dengan nada dinginnya siapa lagi kalau bukan Gibran. kini atensi mereka beralih menatap seorang gadis cantik yang terdiam didepan pintu masuk.
"hmmm " balas Rea singkat
"habis dari mana Lo?" tanya Gibran basa basi(bilang aja kalo khawatir)
"bukan urusan Lo" ujar rea tak mau kalah. Rea memutuskan untuk pergi menuju kamarnya ia pun berjalan melewati Gibran namun tangannya ditahan oleh seseorang yang tidak lain adalah Gibran.
"Lo habis ngejalang kan hah, Lo nggak punya harga diri ya" ujar Gibran remeh.
"gue nggak pernah ngelakuin hal kotor seperti yang Lo bilang " ujar Rea sembari menghempaskan tangan Gibran
"nggak pernah Lo bilang terus itu di leher Lo apa hah, ngga usah bohong deh lo" ujar Gibran sedikit berteriak
"Lo nggak tau apa-apa mending ngga usah banyak bacot deh " ujar Rea malas berdebat.
"cihh murahan banget sih" ujar Zean menatap jijik Rea
"sejam berapa neng?" ujar seorang pemuda yang juga merupakan inti dari geng Dragster panggil saja dia Satriya.
"diem Lo semua, Lo nggak tau apa-apa tentang gue jadi stop ngatain gue" ujar Rea sedikit emosi

"ada apa ini ribut ribut" ucap pria paruh baya yang baru datang dari arah tangga siapa lagi kalau bukan sang Daddy.
rea berbalik menatap sang sang Daddy dan mommy yang berjalan menuju ke arahnya.
"liat Dad, pembawa sial ini habis ngejalang masih berani pulang ke rumah memang dasar tidak tahu malu" ujar Gibran menatap tajam Rea sedangkan para inti geng Dragster hanya diam tak bersuara sembari menonton mereka (Gibran kek kompor aja ya)
sang Daddy pun menatap Rea hingga netranya berhenti tepat menatap leher Rea yang dipenuhi bekas merah
"dasar jalang murahan, kamu tidak tau malu hah" teriak sang Daddy murka
"dasar pembawa sial, hidup saja tidak berguna, kamu selalu saja membuat saya malu" ujar sang mommy ikut emosi
"apa kurang hah uang yang saya kasih, dibayar berapa kamu rea, saya jijik tidak sudi punya anak seperti mu,sangar memalukan " ujar sang Daddy. Rea hanya terdiam melihat mereka hingga sedetik kemudian buliran air bening jatuh dari matanya
"ya Tuhan kenapa sakit sekali, apa ini yang dirasakan oleh Rea sampai sampai dia memilih pergi" batin Rea sendu.
"uang mana yang anda maksud tuan? Anda bahkan tidak pernah memberi saya uang sepeserpun, anda bahkan tidak pernah merawat saya, anda lupa bahwa diusia saya yang masih 7 yahun anda menyuruh saya bekerja untuk keperluan saya sendiri, anda lupa? oh ya saya memang bukan anak anda, anak anda sudah lama tiada karena kecerobohan kalian semua " ujar Rea dingin dengan netranya menatap tajam mereka semua

plaakkkk

plakkkk

"dasar tidak tahu diri, tidak punya sopan santun kamu hah" ujar sang mommy setelah melayangkan tamparan keras dipipi Rea.
"ambilkan cambuk, saya mau kasih pelajaran jalang ini" ujar sang Daddy yang sudah diliputi oleh amarahnya.
"ini mas" ujar mommy Aulia sembari menyerahkan cambuk kepada sang suami.

cetasssssssssssssssssss

"arrrkkkkhhhhhhh" teriakan Rea terdengar cukup keras saat sang Daddy mencambuk punggungnya

cetassssssssssssssssssssss

"aaarrrrgggghhh sakitt hikss"

cetassssssssssssssssssssss

cetassssssssssssssssssssss

cetassssssssssssssssssssss

"hikss ya tuhan sakitt hikss" ucap Rea lirihh

cetassssssssssssssssssssss

"arggghhh"

"ingat ini belum seberapa dengan apa yang kamu lakukan Rea" ujar sang Daddy lalu pergi diikutin sang istri meninggalkan Rea yang terkulai lemas dengan luka dipunggung nya.
"sabar re, Lo pasti kuat gue yakin Lo bukan orang seperti yang mereka katakan" batin seorang pemuda menatap Rea dari kejauhan.
"rasain tuhh" ujar Gibran menatap remeh Rea.
"guyss markas" ujar Gibran lagi. mereka pun segera pergi meninggalkan kediaman keluarga Argantara menuju markas Dragster

"non Rea non maafin bibi non, bibi ngga bisa bantuin non rea" ujar bi ina menghampiri Rea.
"gaapa kok bi, awhssshh" ujar Rea pelan.
"ayo non bibi antar ke kamar, bibi obatin luka non Rea" ucap bi Ina sembari membantu Rea berdiri dan bergegas menuju kamar Rea.

"duduk dulu non, tunggu sebentar ya non bibi ambilkan kompres untuk bersihkan luka non Rea" ujar bi Ina kemudian pergi menuju dapur.
"gue capek gue pengen istirahat tapi kenapa masalah dateng terus kenapa mereka selalu siksa gue terus" batin Rea lirih dengan air matanya yang terus mengalir.
tak berselang lama bi Ina datang dengan membawa kompres

"bibi bersihkan dulu ya non" ujar bi Ina
"iya bi" ujar Rea singkat. perlahan bi Ina membersihkan luka bekas cambukan dipunggung Rea yang cukup parah. beberapa kali rea merintih kesakitan saat bi ina membersihkan dan mengobati lukanya.
"sudah selesai non" ujar bi Ina
"makasih ya bi" ucap Rea menatap bi Ina

grepppp

tanpa aba aba rea memeluk erat tubuh bi Ina, bi Ina terkejut dengan pelukan mendadak dari Rea. tanpa berpikir panjang bi Ina membalas pelukan Rea tak kalah erat.
"makasih bi, bibi selalu ada buat Rea, bibi selalu perduli sama Rea, makasih ya bi bibi udah rawat Rea, Rea sayang bibi, bibi udah kayak ibu buat Rea" ucap Rea tulus, bi Ina terharu mendengar ucapan yang keluar dari mulut nona mudanya.
setetes air matanya terjatuh membasahi pipinya ia merasa bersalah karena tidak bisa menjaga amanah dari tuan mudanya yang tak lain adalah Laskara untuk menjaga Rea.
"bibi sangat menyayangi non Rea, non Rea sudah seperti anak bibi sendiri " ucap bi Ina.
"makasih bi" ucap Rea lagi
"non Rea istirahat ya, biar cepat sembuh bibi mau kebawah dulu kerjain pekerjaan yang lain" ujar bi Ina setelah melepas pelukannya.
"iya bi" ucap Rea sembari tersenyum kecil
"bibi tinggal dulu ya non, kalau ada apa apa panggil bibi ya" ucap bi Ina sembari mengusap lembut surai panjang milik rea.
"siap bi" ucap Rea. bi Ina pun segera pergi meninggalkan kamar Rea.

*********

"APA!!! beraninya mereka menyakiti gadis ku, bajingan dasar brengsek " teriak seorang pemuda penuh emosi

pranggggggg

pranggggggg

"tunggu pembalasan ku, akan ku buat kalian merasakannya berkali lipat dari apa yang dirasakan oleh gadis ku" ucap pemuda itu lagi

(hayooo guyss ada yang tau ini siapa??? yang tau tulis jawabannya di kolom komentar yaaa,jgn lupa like dan vote nya yaa)

Transmigrasi Ara [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang