21

36 2 2
                                    

"Yatuhan aku tidak punya siapa siapa lagi, kenapa kau memberikanku cobaan yang begitu berat seperti ini. Kesalahan apa yang aku lakukan hingga aku mendapatkan takdir kejam ini"
.
.
.
.

Sumire mengingat satu bulan lalu dimana saat di hari libur dia sedang melamun dihalaman rumah dan tak sengaja mendapatkan kesialan di pagi hari.

Flashback on

"Hari libur begini sebaiknya aku tidak bermalas-malasan, aku akan membersihkan halaman saja biar semakin cantik dilihat"-Sumire

Saat dia sedang sibuk merapikan pot bunga, entah darimana datangnya sebuah bola kasti terlempar dan memecahkan pot bunga yang Sumire bereskan, hingga tanah dari pot tersebut mengotori bajunya.

"Ampunnn ini bola siapa"-Sumire

Dengan mengangkat bola nyasar tadi, Sumire berteriak teriak, hilang sudah rasa gembiranya di hari libur ini.

"PUNYA SIAPAAAAA?!!"-Sumire

Seorang ibu ibu datang sambil membawa tongkat kasti.

"Tidak perlu berteriak, ini punya saya" ucap ibu tersebut dengan menahan amarah.

"Eh--eh maaf bukk bagaimana saya tidak marah jika bola kasti ini membuat pot saya pecah dan baju saya jadi kotor"-Sumire

"Ya salah siapa pot di taruh disitu"-ibu ibu

"Lho kok nyalahin saya? Dari jaman nenek moyang saya buk, pot ini sudah berada di tempat itu"-Sumire

"Masa harus nyalahin bolanya, bola tidak punya nyawa untuk bergerak sendiri"-ibu ibu

"Eum maaf sekali lagi, bukan maksud tidak sopan tapi itu ibu sudah tahu bahwa benda mati tidak bisa bergerak sesuka hati, maka buk, sebisa mungkin jangan memukul bolanya terlalu keras apabila masih belum pandai bermain"-Sumire

"Suka suka saya, kamu siapa berani memerintah" ibu ibu tersebut tidak ingin mengalah.

Perdebatan semakin memanas hingga Sumire merasa muak dan membuang bola tersebut menjauh darinya supaya si ibu ibu juga ikut menjauh.

"Heyy tidak sopa sekali, kenapa di buang bolanya"-ibu ibu

"Suka suka saya. Cepetan di ambill, keburu di ambil orang nanti haha" Setelah mengucapkan itu, Sumire segera masuk ke rumahnya dan membereskan dirinya yang motor karena tanah.

"Bikin kesal saja"Sumire mengoceh hingga dia tidak sadar bahwa dia belum membasuh tangannya yang berlumuran sabun.

Seekor nyamuk hinggap di wajahnya, dia menepuk nyamuk tersebut namun yang ada malah sabun di tangannya masuk ke sela sela matanya.

"Arghh perih"-Sumire

Dia berlarian mencari air di dapur. Karena penglihatannya yang bermasalah, dia pun tak jarang menabrak meja kursi yang ada.

Setelah perjuangannya, Sumire pun berhasil membasuh wajahnya sampai bersih. Namun tetap saja matanya berwarna merah.

Sumire tidak terlalu memperdulikannya dia berpikir pasti itu akan hilang dengan sendirinya, dia pun lanjut membereskan halamannya yang kotor akibat pot pecah.

Lima belas menit pun telah berlalu, halaman kembali rapih. Sumire merasa bahagia dan segera pergi ke dalam rumah untuk memasak makanan.

"Sumire" seseorang menyapanya dari belakang, membuat Sumire mengurungkan niat untuk masuk.

Semuanya Sudah TakdirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang