4. empat

44 9 0
                                    

Pagi baru kembali tiba, langit berniat untuk membolos hari ini, jadi pemuda itu memutuskan pergi ke rooftop.

Tapi di sana, dia malah kembali di usik oleh senja yg terus berucap tanpa langit tau apa yg gadis itu bicarakan.

"Lo tau, bang bayu dulu sayang banget sama gue, waktu kecil gue ambil mainan nya pun dia ga akan marah" ujar senja dengan terkekeh pelan.

"Dulu kalo gue ulang tahun, gue selalu dapet kado spesial dari ayah gue, bahkan sampe sekarang" lanjutnya.

"Lo bisa diem ga" sentak langit karna sudah jengah dengan cerocosan senja.

"Enggak. Gue cuma mau berbagi cerita sama lo"

"Buat apa? "

"Buat buktiin kalo lo ga sendiri di sini" senja menatap kosong depan membiarkan angin meniupkan sebagian rambutnya.

"Gue ga sendiri, lo terlalu percaya diri" kali ini langit menatap tajam senja.

"Mata lo ga pernah bohong lang, gue tau posisi lo, walau gue ga tau apa yg lo rasain" ujar senja menatap mata langit membuat langit mengalihkan Pandangannya dengan wajah datar andalan nya.

"Gue ga butuh lo, mending lo pergi" usir nya dengan tegas.

"Okey... Nanti istirahat gue balik ya" senja berjalan meninggalkan rooftop membuat raut heran di wajah langit.

Dan benar, bel istirahat berbunyi senja berjalan dengan riang membawa 2 kotak bekal ke rooftop.

Klek

Pintu rooftop terbuka membuat senja langsung di suguh pemandangan langit yg tengah menghisap rokoknya, gadis itu berdecak kesal melihat asap yg terbawa angin.

"Rokok ga baik loh buat kesehatan" celetuk senja membuat langit hanya meliriknya sebal.

"Lang... Rokok bisa buat kangker, lo ga mau nambah penyakit kan? Di sana banyak orang yg pengen sembuh, dan lo ga berniat mau membuat lo sakit bukan" cerocosnya membuat langit dengan kesal membuang rokok yg masih panjang itu.

"Nah sekarang makan ya... Gue udah siapin bekel 2 dari rumah, ga niat ke kantin soalnya" ujar senja duduk di samping langit dengan membuka bekalnya.

"Nih ayo makan" senja menyodorkan bekalnya tapi tak kunjung langit terima.

"Gue suapin ya.. Sini aa" senja mulai menyodorkan sendok berisi nasi goreng itu ke langit tapi pemuda itu tetap enggan menerima malah menghindar.

"Ayo donk dikit aja" sodor senja terus menerus membuat langit tersedak ludahnya sendiri.

"Astaga... Bentar gue beli minum dulu"

langit hanya menatap kepergian senja dengan sisa batuknya.

10 menit berlalu, langit heran pada gadis itu, sudah 10 menit peegi tapi tak kunjung kembali, hal itu membuat langit kesal karna terus berpikir apa yg terjadi pada senja.

Langit sudah menghabiskan bekal yg senja bawa, karna dia lapar, tapi dia belum minum dan itu membuat tenggorokan nya kering, kakinya hendak beranjak tapi mendengar pintu terbuka membuat dia urungkan niatnya.

"Sorry ya gue lama" ujar senja menyodorkan botol aqua dingin pada nya.

Langit hanya berdehem tangan nya mengambil botol itu dan meminum nya hingga tersisa ⅓ botol. Langit yg tak mendengar apa apa melirik senja yg menunduk menutupi sebagian wajahnya dengan rambut.

"Makan" entah perintah atau pertanyaan yg langit lontarkan membuat senja lama mencernanya.

"Gue udah makan tadi di kantin hehe" senja berujar dengan cengiran nya membereskan kotak bekalnya.

Lalu menyirit kala salah satu kotak itu sudah ringan, senja berpikir langit memakan nya, karna lapar.

"Lo makan bekalnya? Gimana rasanya? Itu gue yg masak loh, di bantuin bunda sih" ujar senja membuat langit mengalihkan pandnagan nya.

"Tadi ada kucing, gue kasih kucing" ujar langit membuat senyum di bibir senja mulai menyurut.

"Oh gitu... Ya udah gue balik kelas ya, bentar lagi masuk... Daahh langit" senja berlalu pergi meninggalkan langit sendiri di sana.

Ting

Ponselnya berbunyi tepat kesunyian menyapanya, langit merogoh sakunya dan mengambil benda pipih itu melihat notifikasi dari paman nya.

Dengan cepat langit beranjak pergi ke parkiran untuk menyusul bundanya yg katanya kecelakaan, dengan cepat dia pergi ke rumah sakit.

Di sana sudah ada paman nya, adik dari riana itu, Jackson. Langit menatap pintu UGD menatap bertanya pada paman nya yg terdiam.

"Lukanya parah, dia amnesia" suara Jackson mampu membuat petir dan guntur di hati langit. Tak percaya pemuda itu menerobos masuk melihat riana yg terbaring lemah di sana.

"Bun.. Are you okay?"

Mata wanita itu perlahan terbuka menyirit melihat langit seolah dia tak mengenalnya, bahkan riana menyingkirkan tangan langit yg menggenggam tangannya seolah risih bersentuhan dengan langit.

"Bunda... " wanita itu tak bergeming dengan panggilan langit.

"Aku bahkan sama sekali tak mengenalmu" ujar riana membuat langit mematung. Hatinya hancur berkeping-keping seolah jadi bubuk.

"Biarkan riana istirahat, dia bahkan tak mengenalku" ujar Jack membuat langit hanya menurut kemana Jack merangkul nya.

Hatinya hancur, perasaanya hancur, satu satunya orang yg membuatnya tetap ada di dunia ini melupakan nya, melupakan kenangan kenangan tentangnya, bahkan melupakan kebersamaan nya dengan nya.

Langit merasa dunia tak adil padanya, dunia mengambil orang orang tersayangnya, ayahnya yg berubah tiba tiba, perginya jeslyn sang kekasih tanpa kabar, dan sekarang bundanya kehilangan ingatan nya.

"Aarrggghh... Kenapa lo ga adil tuhan, gue cuma mau bahagia... Sial" langit berteriak memberantaki apa pun yg ada di sana. Membuat barang barangnya berserakan tak karuan.

Langit Milik Senja (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang