3. Tiga

41 7 0
                                    

Pagi tiba, langit sudah ada di sekolah atas suruhan bundanya, dia hanya jengah mendengar teriakan mariana di tiap paginya untuk menyuruhnya pergi sekolah.

Baru saja datang langit sudah di suguhi senyum milik senja membuat pemuda itu kesal, apalagi melihat senja terus menerus mengikutinya.

"Langit nanti ke kantin sama gue ya"

"Langit lo udah sarapan belum? "

Kurang lebih begitu lah yg senja suarakan.

"Lo bisa jauh dari gue ga? Gue cape dengerin ucapan lo" sentak langit membuat senja sedikit terkejut.

"Emm.. Ga bisa, sayang nya gue mau terus deket lo" ujar senja membuat langit mengeram kesal.

"Pergi sebelum gue lepas kendali senja" senja sedikit takut tapi gadia itu tetap di depan langit.

"Ga papa bunuh gue aja langit, gue juga udah cape tau" gumam senja dengan menunduk.

Hal itu ternyata membuat jantung langit berdetak tak karuan, pemuda itu akhirnya memilih menyingkir membiarkan senja mengikutinya.

Bel istirahat berbunyi, senja keluar dengan heboh menggandeng erlang dan viona, bahkan sesekali gadis itu melempar candaan yg di tanggapi tatapan datar erlang.

Sampai di kantin senja duduk bersama naufal, bayu, radit, juga langit. Gadis itu duduk di antara erlang dan naufal. Sedangkan viona di tarik hingga duduk di antara bayu dan langit.

"Kamu makan apa? Biar abang pesenin" ujar bayu begitu lembut pada viona.

"Emm... Vio mau mie ayam deh" uhar viona dan bayu langsung beranjak memesankan makanan viona.

"Ja.. Lo mau apa? Sekalian gue pesen" senja hanya menggeleng dengan mata fokus pada handphone.

Padahal erlang dan naufal tau kalau senja hanya menatap kosong layar ponsel yg memperlihatkan wallpaper seorang gadis yg pernah begitu berarti di hidupnya.

"Ja.. Lo yakin ga mau makan? Nanti lambung lo kambuh" kali ini radit bersuara membuat senja mendongak.

"Es teh tawar aja deh, gue ga laper" ujar nya.

"Oh ya besok malem aku ulang tahun, kalian dateng kan? Ayah buat pesta kecil kecilan di taman rumah" ujar viona tiba tiba saat bayu datang.

Bayu mengacak rambut viona dengan menyodorkan mie ayam pesanan gadis itu, sedangkan naufal dan radit saling pandang melihat mimik wajah senja yg berubah.

"Mereka harus datang, bener kan? " naufal dan radit mengangguk kaku sedangkan erlang hanya berdehem.

"Lo ikut kan lang" tanya bayu pada langit yg hanya menatap ponsel.

"Apa? " langit melepas earphone nya lalu bertanya.

"Ke pesta ulang tahun aku" ujar viona dengan mendongak.

Langit hanya mengangguk acuh membuat senja hanya tersenyum getir dengan menyeruput minuman nya yg terasa pait, sepahit hidupnya.

❄❄❄❄❄

Waktu pulang sudah tiba, langit mengendarai motornya sampai di sebuah rumah, dan menatap nyalang pada mobil hitam yg terparkir di teras rumah itu, cepat cepat langit masuk.

Tepat saat itu matanya melihat sosok yg seharusnya menjadi seorang ayah dan suami yg baik tengah menampar bundanya.

"PAPAH" bentak langit membuat pria paruh baya itu terkekeh.

"Lihat... Lihat riana, apa ini didikan mu selama ini pada anak kita hah? Ga becus" ujar pria itu membuat langit kesal.

"Papa stop. Bunda ga salah" langit mencoba membantu riana berdiri.

Menatap tajam ke arah ayahnya itu. Daniel prasma. Pemilik perusahaan no 2 se Indonesia itu.

"Ingat riana, besok aku datang kembali untuk memberi surat itu" Daniel pergi membuat riana menangis di pelukan anaknya.

"Papa mu minta cerai dari bunda nak" ujar riana membuat hati langit runtuh seketika.

"Bunda jangan sedih, tunjukin sama papa kalo bunda bisa tanpa dia" ujar langit membuat riana hanya bisa mengangguk.

"Gimana jeslyn? Kamu udah dapet kabar nya? " langit menggeleng.

"Bunda jangan mikirin jeslyn dulu, langit yakin dia baik baik aja di sana. Sekarang bunda mending tidur nanti darah bunda naik lagi" ujar langit. Jika bersama riana langit akan bisa berbicara panjang, dan menatap nya dengan lembut.

Setelah membantu riana sampai kamar, langit kembali ke kamarnya dengan perasaan kacau balau, keluarga nya yg perlahan hancur, orang orang yg langit sayangi pergi.

"Jes... Lo kemana" gumam nya menatap figura foto yg menangkap gambar seorang gadis berpose cantik di sana.

"Lo ga tau gue kacau banget tanpa lo" lagi lagi langit berbicara sendiri.

Puas menatap foto itu, langit berdiri berjalan ke balkon kamarnya, menatap langit yg mulai memerah menunjukan senja telah tiba.

Melihat itu langit teringat pada senja, gadis yg beberapa hari ini mengusik hidupnya. Gadis itu begitu terobsesi ada di dekatnya membuat kadang kala langit merasa risih.

Tapi entah kenapa melihat matanya, langit merasa gadis itu begitu menyedihkan, berbeda dengan tampilan nya yg begitu sempurna, di matanya malah menyorot kesenduan yg begitu mendalam.

"Lo kenapa sih langit" gumamnya memukul kepalanya kala mengingat soal senja.

Entah kenapa dia tak ingin mengingat gadis itu lagi, rasanya dia ingin melenyapkan nya agar tak selalu mengusik hidupnya.

Langit Milik Senja (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang