21. dua puluh satu

26 4 0
                                    

Hari minggu pun tiba, kelulusan Bayu dan teman teman pria itu pun semakin dekat, setelah mengetahui senja masih hidup Bayu semakin gencar untuk belajar agar lulus, bahkan dia selalu kembali ke rumah dengan cepat sampai sampai sesekali meninggalkan bulan yg berakhir di marahi senja.

Selama itu pula senja memilih homeschooling, dia ingin memberi kejutan pada mereka teman teman nya yg tak tau jika dia sudah sadar, dan seseorang tentunya.

Seperti saat ini senja tengah mengomel pada Bayu yg kembali meninggalkan bulan di sekolah, dan menyuruh pemuda itu untuk mencarinya, rose hanya mendengarkan alunan suara senja yg merdu padahal tengah memarahi Bayu.

Rose masih benar benar merasa baru mendengar kembali suara senja, rasanya begitu lama dia tak mendengarnya.

"Abang.... Bisa ga sih jadi Abang yg bener sekali aja... Ga becus banget"

Lagi lagi senja mengungkit soal dirinya, hal itu membuat Bayu sedikit emosi walau itu benar adanya.

"Okey okey... Fine! Gue cari dia" putus Bayu yg lelah di omelin senja.

Tapi baru saja akan melangkah suara deru motor membuat mereka saling pandang dan buru buru ke depan.

Keduanya mengintip dari balik jendela menampakan bulan yg baru saja turun dari motor milik Erlang, senja yg melihat Erlang merasa begitu rindu dengan kawan dingin nya itu.

Nampak Erlang mengacak rambut bulan layaknya mengacak rambutnya dulu, bahkan Erlang mencium dahi bulan meski bulan langsung menampakan wajah garangnya.

Hatinya mencelos begitu melihat perlakuan Erlang, senja tak bodoh mengartikan tatapan mata Erlang, sikapnya, bahkan senyum pemuda itu, walau dari jarak jauh senja tau seperti apa Erlang itu.

"Apa mereka udah lama gini?" Tanya senja pada Bayu yg mengintip di atasnya.

"Iya... Bahkan ga segan segan Erlang peluk bulan" sahut Bayu membuat gadis itu terkekeh pelan.

Sedikit kecewa kala tau posisi adik untuknya di diri Erlang tersisih, dia hanya takut kembali di buang, tapi yg di sana bulan, kembaran nya, jiwanya, menurutnya bulan terlalu baik untuk jadi saudarinya yg naif.

"Ayo kembali mereka akan masuk" ujar Bayu membuat senja tersentak lalu buru buru berlari.

Namun sayang saat berlari mengejar Bayu kakinya terpeleset hingga jatuh bebas ke lantai, teriakan rose dan bayu secara bersamaan mengejutkan bulan dan Erlang yg baru masuk.

Buru buru Bayu mendekat membantu senja, tapi ini senja.... Dia malah menangis karna sakit di punggungnya, senja membenci itu.

"Lo ga papa" tanya bulan kala berjongkok di sampingnya.

"Hiks... Buat mata Lo.... Sakittt...." Rengeknya di sela tangisan nya.

"Makanya hati hati" nasihat rose yg ikut mendekat.

"Senja... Kapan bangun?" Tanya Erlang begitu menyadari hal itu.

Bukan nya menjawab senja hanya sibuk urusan punggungnya, dia benar benar tak suka jika harus jatuh terlentang, punggunya akan sakit dan tak bisa di buat jalan.

"Ayo" Erlang menyingkirkan Bayu secara kasar lalu menggendong senja yg di segukan ke arah sofa mendudukan nya dengan begitu pelan.

Bulan hanya menatap bekas senja terjatuh dengan kosong lalu terkekeh pelan, gadis itu berdiri, beranjak untuk pergi ke kamarnya.

"Hikss... Lepas Lo anjing" bentakan senja berhasil membuat langkah bulan berhenti bahkan rose menutup mulutnya tak percaya.

"Lo kenapa sih?" Sahut Erlang yg baru saja di dorong oleh senja.

"Gue bilang pergi" bentak nya lagi. Erlang yg tak mengerti mencoba kembali mendekat, dia tadi ingin memeluk senja tapi tiba tiba gadis itu malah berteriak.

Bulan yg merasa tak penting kembali melangkah ke tangga hingga bilang di belokan. Senja yg ada di tempatnya mencoba menghentikan tangisan nya lalu menatap tajam Erlang

"Lo sebenernya mau apa er? Gue tau bulan?" Tanya senja to the poin.

"Mak...."

"Gue kecewa sama Lo er... Seenggaknya ga usah beri harapan palsu sama kakak gue, Lo brengsek" potong senja.

"Apa maksud Lo, gue suka, gue cinta, bahkan gue sayang sama bulan tulus, kenapa Lo bilang gitu" ujar erlang dengan mengacak rambutnya frustasi.

"Bilang gitu aja harus di bantu" ejek senja lalu melirik bulan yg terpaku di anak tangga.

Bayu terkekeh di tempat, sedangkan rose merasa malu sendiri karena di tatap cengo oleh erlang.

"A-apa?" Bulan mendudukan diri di anak tangga menutup wajahnya yg malu setengah mati.

"Woyy Onta jawab kek... Lo mau menjomblo heh" teriak senja lalu di lanjut mengasuh karna punggung nya nyeri.

"Iya iya.... " Hanya jawaban malas iya sukses membuat erlang tersenyum lebar.

"Ga romantis banget kalian, mana nembaknya di bantu adik ipar lagi" ujar Bayu berniat mengejek Erlang.

"Aawwhh.... Udah dulu.... Hiks... Sakit punggung gue" bulan dan rose Langsung menuju senja yg meringis sakit kembali menangis.

Katakan senja cengeng. Tapi senja sudah lama tak menangis seleluasa ini, biasanya dia harus memendam nya, padahal sakit yg dulu lebih sakit ketimbang hanya jatuh karna terpeleset.

"Gue tandai Lo" bisik Bayu pada Erlang.

Mereka pun akhirnya di sibukan dengan tangisan senja yg tak kunjung berhenti serta ringisan yg gadis itu buat, bahkan rose belum sempat menyelesaikan masakan nya.

Namun senja tak mau lepas dari wanita itu membuat mau tak mau bulan turun tangan memasak di bantu Bayu dan Erlang

Semuanya berakhir berantakan karna Bayu dan Erlang sesekali membuat kesalahan, bukan hanya dapur yg berantakan tapi rasa masakan dan tampilan mereka bertiga nampak sama berantakan nya dengan dapur.

"Awh... Gue mau ketawa, tapi sakit banget punggung gue" ujar senja menahan tawanya dengan mata dan hidung yg memerah.

"Sini.. duduk dulu, ga usah di makan, delivery aja" usul Erlang menuntun senja duduk kembali di sofanya

Sampai di sofa gadis itu menahan tangan erlang membuat Erlang menatap bingung senja yg terlihat sendu.

"Apa setelah ini gue tergantikan di sini?" Tanya senja menunjuk dada Erlang membuat pemuda itu terkekeh.

"Lo tetap adik gue" sahutnya dengan mengacak rambut bulan di susul mencium kening gadis itu.

"Dan bulan harus tau itu" ujar senja di angguki Erlang. Lalu senja membiarkan Erlang kembali ke dapur membantu membereska kekacauan itu.

'Kasih gue bahagia tuhan untuk saat ini sebelum semuanya benar benar berakhir' gumam bulan menatap kosong ke arah dapur.

Langit Milik Senja (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang